Mulai hari ini Sanggar Genius Al-Mujahiddin kembali aktif melakukan kegiatannya. 12 anak-anak istimewa kembali berkumpul di dalam kelas pendampingan belajar luar sekolah ini. Sanggar Genius adalah salah satu program pendidikan yang digagas oleh Yayasan Yatim Mandiri untuk mendampingi anak-anak yatim dhuafa di Indonesia. Kegiatan belajar sanggar Genius berlangsung seminggu tiga kali. Materi yang diajarkan di sanggar genius adalah pelajaran matematika dan agama Islam. Hari ini mereka hadir kembali di kelas setelah libur sekolah sebulan penuh. Canda tawa dan tawa riang tersaji di pemandangan perdana KBM semester ganjil ini.
Apa kegiatan perdana sanggar genius setelah libur panjang? Tentu tidak langsung mengarah pada aktifitas yang memutar otak secara berlebih. Saya mulai melakukan pemanasan dengan membagikan modul belajar sesuai level yang dicapai masing-masing peserta didik. Mereka mengaku kesulitan mengerjakan soal, sama sulitnya dengan mengajar kembali santri TPQ setelah libur panjang Lebaran Idul Fitri. Bedanya, saya menerapkan kebijakan yang lebih longgar kepada peserta didik sanggar genius. Mereka saya perbolehkan bergerak bebas di dalam kelas. Ada anak yang duduk manis sambil mengerjakan modul. Ada juga yang harus tidur tengkurap supaya dapat feel bagus untuk berpikir.
Durasi mengerjakan modul saya batasi paling lama 60 menit non stop. Itu adalah batas waktu standar untuk anak-anak berpikir tanpa henti. Kalau mereka capek, mereka bisa berhenti kapan saja dan saya perbolehkan. Selebihnya, saya menerangkan konsep soal di papan tulis agar bisa diikuti semua siswa. Meski dalam pendidikan formal mereka berada di kelas yang berbeda-beda, ternyata mereka bisa mengikuti dengan baik. Beberapa anak bahkan menjadi tutor sebaya untuk kawan lainnya. Komunikasi pun dapat dilakukan lebih mudah karena usia mereka tidak terpaut jauh. Hal ini sangat membantu saya dalam mengajar.
Sehubungan dengan momen jelang bulan Agustus, maka saya mengajak anak-anak untuk menghias ruangan kelas dengan atribut-atribut perayaan kemerdekaan negara Indonesia. Mereka saya ajak membuat hiasan kelas dari kertas warna-warni yang dijejer melalui seutas benang jahit. Kegiatan ini tentu saja menguras waktu dan tenaga mereka sehingga mereka tidak sempat membuat kegaduhan di dalam kelas. Butuh cara sedikit pintar untuk mengolah energi berlebih pada anak-anak agar bisa menjadi kreatifitas yang bermanfaat. Alhamdulillah, sambil berkreasi menghias kelas, mereka juga bisa mempraktekkan kerja sama tim.
Tinggalkan Balasan