Percaya atau tidak, kadang orang tanpa sengaja menyembunyikan sumber masalah yang sebenarnya. Kalau mereka khawatir akan mendapat kesulitan karena tidak mau atau tidak mampu melakukan apa yang diminta, maka mereka akan mengulur kebenaran untuk menghindari masalah baru.
Kerry Patterson mengibaratkan hal ini dengan cerita seorang dokter jaga yang meminta seorang mahasiswa praktik di rumah sakit untuk menyuntik dada seorang pasien berumur 75 tahun. Mahasiswa tersebut tidak yakin bagaimana melakukannya. Tetapi ketika si dokter mendapat panggilan untuk menolong orang yang terkena serangan jantung, si mahasiswa tidak bisa berkata apa-apa.
Akibatnya, dia menyuntik dan melukai kantung di sekitar paru-paru si pasien. Dan si pasien kemudian meninggal seketika oleh karena komplikasi yang terkait. Terjadilah peristiwa seorang pasien meninggal karena si mahasiswa merasa tidak nyaman untuk mengakui bahwa dia tidak mampu melakukan apa yang diminta oleh dokter jaga.
Meskipun hal ini kedengarannya aneh, sangat biasa kita mendapatkan teman satu tim yang tidak bisa bertindak disiplin karena menentang atau tidak mau tunduk pada aturan. Dia menyembunyikan fakta bahwa dia tidak dapat melakukan apa yang diminta. Dia lebih suka dikenai hukuman daripada mendapat malu di hadapan kawan-kawannya.
Barangkali bentuk penyamaran sumber masalah yang paling lazim terjadi adalah ketika orang menutupi tidak adanya motivasi dengan masalah kemampuan yang dibuat-buat. Hal ini sering terjadi jika seorang karyawan mengira bos tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi. Tetapi ternyata bos tersebut muncul dan ingin tahu mengapa pekerjaan tidak dilaksanakan.
Bagaimana solusinya? Komunikasi intensif antara kedua belah pihak menjadi cara efektif menyelesaikan masalah tersamar ini. Kesediaan untuk mengakui kekurangan diri dan membantu orang lain meningkatkan kemampuan diri mereka akan mengatasi masalah tersamar dalam organisasi. Semoga artikel ini bisa memberi inspirasi untuk Anda.
Enjoy blogging, enjoy writing!
Tinggalkan Balasan