Apakah Bisnis Fashion Lebaran Masih Laku di Era Pandemi Corona?

Traveling ke Jogja pakai celana batik & baju koko
Traveling ke Jogja pakai celana batik & baju koko

Tak terasa sepekan lagi akan umat muslim di seluruh dunia akan memasuki bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah waktu umat Islam melaksanakan ibadah puasa. Secara sederhana puasa diartikan dari menahan diri dari makan dan minum serta menahan diri dari perbuatan dosa. Tradisi di bulan puasa bagi umat Islam di Indonesia adalah menyibukkan diri untuk membeli sajian sahur, ngabuburit menjelang buka puasa, dan tentu saja membeli baju baru.

Membeli baju baru bukanlah kewajiban yang diajarkan oleh agama Islam. Namun entah siapa yang memulainya, suasana meriah Hari Raya Idul Fitri akan terasa lebih lengkap jika kita memakai baju baru. Baju baru adalah simbol jiwa yang baru setelah sebulan berpuasa. Baik orang Islam yang ikut berpuasa maupun yang tidak ikut berpuasa sangat antusias membeli baju baru. Lalu, bagaimana perkembangan bisnis fashion lebaran di saat pandemi virus corona berlangsung di Indonesia?

Masyarakat muslim Jawa meyakini bahwa kebutuhan utama manusia adalah sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (rumah). Tiga jenis kebutuhan primer itu mutlak dipenuhi, tidak peduli seberapa besar tingkat pendapatan masyarakat. Para orang tua yang menyayangi anak-anaknya akan mengutamakan membelikan pakaian baru kendati kebutuhan lain belum terpenuhi. Bahkan para wanita sosialita akan berlomba-lomba mempercantik penampilannya di hari raya Idul Fitri.

Berhubung saat ini Indonesia sedang dilanda wabah virus corona maka prioritas pemenuhan kebutuhan hidup harus diubah. Sebagian besar kepala keluarga tidak memiliki penghasilan selama sebulan terakhir ini. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan makan saja susah. Maka tidak ada pilihan yang lebih realistis selain menunda membeli pakaian baru. Anak-anak pasti memahami keputusan orang tua mereka mengingat dampak pandemi corona sudah mempengaruhi dunia pendidikan.

Gambar ilustrasi virus corona Covid-19 - Gambar diambil dari website tci-research.com
Gambar ilustrasi virus corona Covid-19 – Gambar diambil dari website tci-research.com

Banyak alasan mengapa Anda tidak perlu membeli baju baru untuk lebaran nanti. Kondisi pandemi virus corona ditunjang lagi oleh pengumuman resmi dari pemerintah untuk melarang aktifitas mudik pada hari Lebaran, sudah pasti bisnis fashion lebaran berkurang banyak. Lagi pula anjuran social-distancing masih terus digaungkan oleh Pemerintah. Siapa pula yang akan datang ke rumah Anda di libur hari raya yang hanya berlangsung dua hari nanti.

Penulis adalah Gold Member Shop**. Penulis mengamati trend pembelian fashion baju lebaran di aplikasi belanja online ini terdapat penurunan. Item seperti baju koko, mukena, sarung, kemeja batik, dan gamis yang biasanya ramai dibeli kali ini terlihat lesu. Jumlah pembelian bisa dilihat dari filter produk terlaris sesuai dengan beberapa item di atas. Kiranya masyarakat berpendapatan rendah tidak tergoda big sale yang ditawarkan oleh beberapa aplikasi belanja online.

Penulis telah merencanakan pembelian baju lebaran sejak akhir tahun 2019 lalu. Penulis bersyukur telah memenuhi kebutuhan baju baru Lebaran pada Januari 2020 saat pandemi virus corona belum merebak. Penulis telah membeli baju lebaran untuk anggota-anggota keluarga di rumah. Selain itu, penulis juga menjahitkan kain di tukang jahit baju langganan. Untuk saat ini penulis tidak merasa khawatir karena sudah memiliki persediaan baju Lebaran yang cukup.

Bagaimana dengan pengamatan Anda terhadap trend bisnis fashion lebaran di tengah pandemi virus corona? Apakah Anda juga menunda keinginan berbelanja baju lebaran karena dampak wabah virus corona? Silakan berbagi pengalaman pada kolom komentar.


Comments

Satu tanggapan untuk “Apakah Bisnis Fashion Lebaran Masih Laku di Era Pandemi Corona?”

  1. Avatar Fadhlur Rahman
    Fadhlur Rahman

    Selama manusia pengen ngeksis pasti dunia pergombalan masih laku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *