Bulan puasa Ramadhan tahun 2017 ini jatuh pada akhir Mei dan awal Juni. Sesuai ketentuan Pemerintah, kegiatan murid-murid di sekolah tetap masuk alias tidak libur. Kalau lihat kalender pendidikan, akan ada waktu tiga minggu anak-anak berpuasa sambil tetap aktif bersekolah. Artinya, selama tiga minggu itu guru dan murid tetap berangkat ke sekolah, meski dengan durasi belajar yang lebih singkat. Sesuai edaran Pemkab Jombang, selama bulan puasa ini jam kerja guru berkurang rata-rata satu jam tiap hari. Meski demikian, kewajiban absensi dengan mesin sidik jari menjadi tantangan tersendiri untuk tetap aktif dan hadir tepat waktu.
Pertanyaannya adalah apakah dengan mengefektifkan kegiatan pembelajaran di sekolah pada waktu bulan puasa bisa berpengaruh secara efektif terhadap proses pendidikan di Indonesia?
Hasil pengamatan saya di SDN Latsari mungkin sedikit mewakili praktek di lapangan. Selama bulan puasa ini murid-murid libur hanya tiga hari di awal datangnya puasa Ramadhan. Setelah libur, para siswa mengikuti kegiatan Pondok Ramadhan Kreatif di sekolah selama seminggu. Nah, masih ada sisa dua minggu lagi untuk masuk sekolah. Mau dipakai apa? Guru-guru yang menggunakan KTSP pada umumnya memanfaatkan untuk bersantai. Itu yang paling banyak saya jumpai. Bagi guru yang mengajar dengan K13, maka sisa waktu dua minggu digunakan mengisi rapor siswa yang tidak mudah dan membutuhkan banyak waktu, tenaga dan pikiran.
Lalu muridnya ngapain? Hanya bermain dan menghabiskan waktu. Kehadiran murid hanya untuk formalitas sebagai penanda adanya kehidupan di sekolah. Dari jam tujuh sampai jam sepuluh dihabiskan anak-anak untuk bermain sendiri. Kadang saya kasihan melihat mereka. Kalau memang tidak ada KBM di sekolah mengapa tidak sekalian diliburkan saja. Anak-anak akan memiliki waktu lebih banyak untuk menjalankan ibadah puasa di rumah dengan nyaman. Saya menjumpai banyak murid yang mengeluh karena mereka datang ke sekolah tidak ada kegiatan. Guru-guru pun masih sibuk mengerjakan rapor siswa sehingga tidak ada waktu untuk mengelola kehadiran murid.
Salah satu guru berujar masih enak jamannya Gus Dur jadi Presiden. Saat Gus Dur menjabat Presiden Republik Indonesia, semua kegiatan sekolah diliburkan untuk memberikan kesempatan bagi guru dan murid beribadah puasa dengan tenang dan nyaman di rumah. Apapun komentar yang muncul, kondisi saat ini memang telah berubah dibanding beberapa tahun silam. Pemerintah mengambil kebijakan tentu dengan pertimbangan yang matang. Semoga kehadiran guru dan murid di sekolah mampu menambah keberkahan saat mereka menjalankan ibadah puasa.
Tinggalkan Balasan