Aku tersenyum membaca rangkaian percakapan mereka. Ada 105 pesan dari sebuah percakapan grup WA teman-teman SMP. Dan semua pesan tidak ada yang penting. Namanya juga grup reuni SMP, pasti yang dibicarakan tidak jauh dari hal-hal ringan. Mulai dari cerita mengenang jaman dulu sampai berbagi tips rumah tangga. Ya, semuanya fine-fine saja diobrolkan. Aku pun senang mengikuti obrolan dunia maya itu, meski aku jarang nongol dan cukup jadi stalker saja. Setidaknya aku terhibur dengan canda-tawa mereka yang spontan dan apa adanya. Mereka masih sama kocak seperti dulu.
Namun ada satu jenis percakapan yang tidak saya suka, yaitu soal pilihan hidup. Eh, kenapa Si A belum nikah, kenapa Si B lama balas chat, kenapa dia belum punya anak, bla bla bla. Kalau pertanyaannya kenapa kamu belum nikah, sama halnya dengan pertanyaan kebalikannya: kenapa kamu belum cerai. Kalau pertanyaannya kenapa lama balas chat, kebalikannya adalah: kenapa kamu cepat sekali balas chat. Setiap orang punya pilihan hidup dan jadwal kesibukan yang berbeda. So, hargai pilihan sikapnya. Teman akrab pun ada batasnya, bukan?
Aku tahu tidak terlintas sedikitpun dalam pikiran mereka untuk niat buruk mendiskreditkan seseorang. Tapi becandaan yang terlalu kasar bisa melukai yang lain. Terutama kelompok emak-emak yang kalau ketemu jadi lupa waktu. Mereka lupa bahwa di grup itu bukan hanya ada mereka. Masih ada para kaum adam yang alergi terhadap percakapan basa-basi. Tiba-tiba terlintas pikiranku terhadap rekan kerja yang berantem dengan isterinya karena ketahuan CLBK dengan teman SMA melalui grup WA. Glek! Sampai segitunya kah wanita mau mendominasi percakapan.
Tinggalkan Balasan