Apa kabar kawan blogger pembaca The Jombang Taste? Kue bolu bukan jenis makanan baru bagi orang Indonesia. Kalau saya tanya-tanya ke orang tua, kue bolu sebenarnya bukan jajanan asli Nusantara. Makanan ini diyakini merupakan peninggalan kolonial Belanda. Kendati demikian, sejak saya kecil kue bolu yang berbentuk bulatan-bulan kecil dan lonjong ini sudah ada. Rasa manis dan gurih dari kue bolu disukai oleh anak-anak. Saat hajatan pernikahan maupun sunatan pun tetangga kiri dan kanan rumah banyak yang bergotong-royong membuat kue bolu jenis ini.
Mengenai nama enthu-enthuan bukanlah tanpa maksud. Sak enthu artinya satu butir benda yang bentuknya lonjong atau bundar. Kebetulan saja bentuk kue bolu khas Jawa ini memang lonjong sehingga disebut roti enthu-enthuan. Namanya terdengar agak aneh dan asal sebut. Begitulah masyarakat mengambil mudahnya dalam membuat nama makanan tradisional. Beragam wisata kuliner yang ada di Nusantara pun pada umumnya berkembang dalam masyarakat yang mengedepankan kesederhanaan dan kealamian dalam sajian makanan sehari-hari mereka.
Namun dari semua jenis cerita yang beredar di tengah masyarakat, kue bolu berbentuk bulat ini diwajibkan hadir di rumah mempelai pria. Kok bisa? Bentuk kue bolu yang lonjong menyerupai telur ini diibaratkan sebagai telur manusia yang sedang berada pada masa subur. Harapannya adalah mempelai pria saat itu bisa segera menikah dan memiliki anak sebanyak kue bolu yang disediakan di meja tamu. Tahu sendirilah orang jaman dulu berprinsip banyak anak banyak rejeki.
Waktu terus bergerak dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat turut bergeser. Kue bolu yang dulu hanya tampak pada saat ada hajatan besar, kali ini tampil di acara-acara lain selain pernikahan. Tidak banyak orang yang tahu filosofi dibalik sebuah jajanan tradisional. Namun begitu tahu keragaman wisata kuliner Nusantara, Anda akan tahu betapa sebuah hidangan sederhana memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang kaya makna. Mari lestarikan kekayaan wisata kuliner Nusantara!
Tinggalkan Balasan