Sistem perekonomian apakah yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat yang hidup di Kerajaan Majapahit? Apa saja bukti aktifitas ekonomi Majapahit yang melibatkan transaksi jual-beli dengan pedagang lintas negara? Artikel The Jombang Taste kali ini akan mengulas sejarah kegiatan perekonomian pada masa berdirinya Kerajaan Majapahit. Referensi yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah buku Mengenal Kepurbakalaan Majapahit di Daerah Trowulan. Buku ini ditulis oleh Drs. I Made Kusumajaya, M. Si. dan kawan-kawan dan diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Mojokerto.
Tidak diragukan lagi bahwa salah satu faktor yang mendorong kebesaran Majapahit adalah tumbuhnya perekonomian yang berbasis pada sektor pertanian yang produktif. Kondisi geografis daerah Trowulan yang terletak di pedalaman tidak hanya memiliki kesesuaian sebagai wilayah pembangunan sebuah perkotaan, tetapi juga mengindikasikan sebagai sebuah perkotaan agraris. Untuk mendukung pertanian, dibangun pula beberapa infrastruktur untuk mengelola air di kawasan ini. Berdasarkan peta persebaran arkeologi yang dirilis Pusat Informasi Majapahit, saluran air di situs Trowulan telah dirancang dengan sangat baik untuk mendukung sektor pertanian.
Berdasarkan bukti-bukti sejarah dan arkeologis dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi Majapahit didorong oleh kegiatan pertanian dan terbentuknya jejaring perniagaan baik lokal maupun regional. Dalam Ying-Yai Sheng-Lan disebut beberapa kota pelabuhan yang berada di bawah kekuasaan Majapahit yaitu: Tuban, Gresik dan Surabaya. Maka tidak mengherankan bila di beberapa kota tersebut banyak ditemukan peninggalan sejarah kerajaan Majapahit, baik yang berupa benda-benda kuno maupun pemukiman penduduk dengan ciri khas masyarakat Jawa Kerajaan Majapahit.
Pelabuhan di utara Jawa Timur tersebut telah dikunjungi oleh pedagang asing dari Arab, Persia, Turki, India dan Cina. Pedagang Majapahit tidak hanya terbatas melakukan perdagangan di wilayahnya. Mereka juga pergi ke pulau-pulau lain seperti: Banda, Ternate, Ambon, Banjarmasin, Malaka, hingga ke kepulauan Philippina. Beberapa daerah tersebut tercatat dalam Kitab Negarakertagama dan termasuk kategori negeri yang menyerahkan upeti dalam sistem pertukaran tributari. Pedagang Majapahit membawa beras dan basil bumi yang dipertukarkan dengan barang lain seperti keramik, tekstil dan rempah-rempah.
Bukti dari kegiatan perekonomian Majapahit tersebut dapat diamati dengan ditemukannya beberapa peninggalan arkeologis yang berasal dari luar seperti keramik porselin Cina yang sebagian besar berasal dari dinasti Song. Selain itu, ditemukan juga keramik Vietnam dan keramik Thailand. Sepertinya, barang-barang tersebut termasuk yang digemari orang Majapahit. The Jombang Taste menemukan benda-benda tersebut saat mengunjungi Museum Trowulan yang juga menjadi pusat informasi sejarah Kerajaan Majapahit.
Selain pertukaran barang atau sistem tributari, mata uang juga telah digunakan dalam transaksi jual beli di Kerajaan Majapahit. Jenis mata uang ini antara lain uang lokal seperti uang gobog dan uang ma dari perak atau emas. Sejarah mancatat bahwa uang Kepeng Cina dari dinasti Tang, Song, Ming dan Qing juga berlaku di Majapahit. Dalam transaksi jual beli, alat satuan ukur seperti timbangan dari terakota dan batu juga telah dikenal. Anda dapat menyaksikan bagaimana suasana pasar pada abad XIII-XIV Masehi berdasarkan relief Candi Panataran yang berada di Kabupaten Blitar.
Semoga artikel The Jombang Taste mengenai kehidupan perekonomian pada masa Kerajaan Majapahit ini bisa menambah wawasan Anda. Mari cintai warisan budaya Nusantara!
Tinggalkan Balasan