Apakah Perbedaan Berkebun dan Bertani Menurut Penduduk Indonesia?

Liburan seru ke tempat wisata di Jombang, Bale Tani di Desa Banjaragung Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang
Liburan seru ke tempat wisata di Jombang, Bale Tani di Desa Banjaragung Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang

Hampir 75 persen penduduk Indonesia adalah petani. Keterampilan mereka yang terutama adalah bercocok tanam. Demikian juga keadaan di banyak negeri-negeri lain. Mengusahakan tanah merupakan mata pencaharian yang lebih mudah dari pada berusaha di bidang yang lain. Dengan bermodalkan tanah yang ada dan dengan alat-alat yang juga mudah diperoleh, sudah mencukupi untuk memulai berusaha.

Sebagian besar penyelesaian hasil produksi tanaman sudah dilaksanakan sendiri oleh tumbuhan itu sendiri. Kesulitan yang timbul untuk mengusahakan tanah disebabkan makin terbatasnya areal tanah pertanian. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah penduduk. Di kota-kota, tanah pertanian terdesak, dijadikan tanah pemukiman atau daerah industri.

Di luar kota pun, tanah pertanian yang tidak bertambah luasnya, terpaksa dikerjakan oleh lebih banyak orang. Hal ini terutama disebabkan, adanya adat mewariskan tanah kepada anak-anak. Seseorang yang semula memiliki tanah seluas 1 hektar atau 10.000 meter pesegi, jika mempunyai lima orang anak, setiap anak akan mewarisi hanya 2.000 meter pesegi.

Bagaimana kalau anak itu pada waktunya harus mewariskan tanah warisannya kepada anak-anaknya lagi? Pada akhirnya, setelah beberapa generasi, banyak orang-orang keturunan petani yang tak memiliki tanah sendiri. Padahal mereka sebenarnya merupakan tenaga-tenaga yang cukup terlatih pada masalah pertanian. Banyak yang terpaksa bertani, tetapi bukannya mengerjakan tanahnya sendiri. Sedangkan tanahnya sendiri yang tinggal sedemikian sempitnya, tak dapat lagi dikerjakan sebagai tanah pertanian.

Terpaksa, tanah itu dialihkan menjadi tanah untuk berkebun. Tetapi jangan diartikan bahwa para keturunan petani tersebut berkebun dalam arti yang luas. Mereka bukanlah pemilik perkebunan. Jika leluhurnya dulu bertani yang berarti mengusahakan tanah untuk ditanami dengan tanaman pangan seperti padi, jagung atau palawija, kini keturunannya berkebun menanam buah-buahan atau sayur-sayuran. Jadi, perbedaan mendasar antara bertani dan berkebun adalah jenis tanaman yang dihasilkan pada saat musim panen.

Berkebun Hortikultura

Kini sebagian besar masyarakat Indonesia beralih menanam tumbuhan hortikultura, yaitu sayuran, bunga-bungaan dan buah-buahan. Dulu, hasil panenan pertanian yang berupa padi atau jagung dapat disimpan sebagai persediaan bahan pangan. Kini hasil panen mereka sangat berlainan sifatnya. Sayuran serta bunga-bungaan dan buah-buahan harus segera diperdagangkan dalam keadaan segar.

Hasil panen tidak dapat mereka simpan lagi sebagai persediaan. Hasil mereka ini, setelah dipetik harus segera disampaikan kepada para konsumennya. Sayuran juga sangat sulit untuk dibawa ke konsumen yang jauh. Untuk itu, diperlukan pengangkutan yang agak khusus. Tentu saja hal ini akan menambah beban harga.

Demikian juga dengan buah-buahan. Apa lagi dengan bunga-bungaan! Kualitas hasil tumbuhan hortikultura sangat dipengaruhi oleh kesegarannya. Karena itu, harga jualnya juga sangat berubah-ubah. Panenan yang serentak dengan hasil yang melimpah, akan menurunkan harga pasaran dengan sangat menyolok! Inilah yang selalu harus diperhitungkan oleh para pengebun.

Itulah pula perbedaan yang terang antara hasil tanaman pertanian dengan hasil tanaman hortikultura. Hasil pertanian, seperti padi dan jagung, selalu dapat disimpan dalam waktu cukup lama. Demikian juga beberapa jenis ubi-ubian. Atau hasil tanaman perkebunan sebenarnya, yang berupa kopi, teh, coklat, karet dan sebagainya.

Pada umumnya, berkebun hanya merupakan pekerjaan sambilan. Hasil kebun atau pekarangan hanya digunakan untuk menambah kebutuhan sehari-hari. Dalam beberapa hal, hanya merupakan kebun buah-buahan yang menahun. Tetapi, beberapa waktu belakangan ini, kebun atau pekarangan sudah mulai banyak yang diusahakan secara intensif.

Cara ini memungkinkan hasil pengolahan tanah yang sempit untuk tujuan komersiil. Untuk tujuan ini, kebun itu lebih menguntungkan jika ditanami tanaman semusim. Misalnya sayur-sayuran, atau tanaman rempah-rempah, seperti jahe, kencur dan sebagainya. Mereka yang memiliki tanah dekat dengan kota, juga lebih beruntung jika menanaminya dengan tanaman hias atau bunga-bungaan.

Daftar Pustaka:

Pratignyo, S.J. 1984. Tumbuh Pada Tanah Dan Tumbuh Tanpa Tanah. Jakarta: CV. Karya Indah


Comments

10 tanggapan untuk “Apakah Perbedaan Berkebun dan Bertani Menurut Penduduk Indonesia?”

  1. […] berarti tumbuhan kebun. Perkebunan adalah jenis pertanian yang dilakukan di daerah dengan luas terbatas. Hortikultura dalam perkembangannya telah dapat […]

  2. Beda ya, bertani dengan berkebun. Jadi kira-kira seperti berikut.
    Bertani itu menanam tanaman pangan seperti padi, jagung, dan palawija.
    Sedangkan berkebun adalah menanam buah dan sayuran.
    Jadi perbedaannya adalah jenis tanaman yang dihasilkan saat musim panen.

  3. Avatar Maria Heinze
    Maria Heinze

    Beda cara beda hasil. Berkebun bisa jd cara sederhana bercocok tanam di rumah.

  4. Avatar Willy Tang
    Willy Tang

    Memurutku sama aja.sama2 melelahkan.

  5. Avatar Senyum Indonesia
    Senyum Indonesia

    Tulisan yg kereeen. Thanks.

  6. Ayo bertani kakak!

  7. Trima kasih infonya kak.

  8. Avatar Li Ning
    Li Ning

    Ulasan yg keren mas. Thanks.

  9. Beda luas lahan, beda jenis tanaman.

  10. Kerenn! makasih kak

Tinggalkan Balasan ke Ron Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *