Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah oleh Puskesmas Japanan, Mojowarno, Jombang

Vape Liquid Rokok Elektrik - Gambar diambil dari www.pinterest.com
Vape Liquid Rokok Elektrik pun memiliki dampak yang sama buruk terhadap kesehatan manusia – Gambar diambil dari www.pinterest.com

Salah satu bentuk kenakalan remaja dan anak-anak saat ini adalah merokok. Merokok sudah dianggap sebagai hal biasa bagi pergaulan modern sehingga setiap pendidik perlu mengajarkan perilaku sehat kepada siswa. Puskesmas Japanan mengadakan kegiatan sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Lingkungan Sekolah pada hari ini Rabu, 2 Oktober 2019. Acara ini berlangsung di Aula Puskesmas Japanan yang beralamat di Jalan Sumberboto Desa Sumberboto, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.

Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok Tahap II ini dihadiri oleh 28 orang tamu undangan yang terdiri dari para kepala sekolah dan guru penanggungjawab Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Para tamu undangan berasal dari jenjang SD, MI, MTs dan SMP di Kecamatan Mojowarno. Mereka telah memenuhi ruang aula puskesmas sejak pukul 08.00 hingga pukul 11.00 WIB. Acara ini berlangsung dengan menarik karena mengulas tema terkini yang sedang dihadapi para guru di sekolah masing-masing.

Dokter Sakdun, Kepala Puskesmas Japanan, menyatakan pentingnya memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta didik di sekolah. “Setiap anak memiliki hak untuk menghirup udara bersih dan segar,” ujarnya membuka pertemuan.

Lebih lanjut pria berkacamata ini menjelaskan peran kawasan tanpa rokok dalam meningkatkan kualitas peserta didik dan produktifitas guru di sekolah. Guru yang tidak merokok telah memberikan contoh perilaku hidup sehat kepada para siswa yang diajarnya. Keteladanan hidup sehat bukan hanya perlu dilakukan oleh guru, tetapi juga para orang tua.

“Tentu kita tidak berharap anak-anak terpapar dampak buruk rokok akibat perilaku perokok aktif maupun perokok pasif,” tambahnya.

Pemaparan Kawasan Tanpa Rokok semakin menarik saat dibuka sesi tanya-jawab antara narasumber acara dan audiens. Sejumlah guru pria bergantian menggali informasi dari beberapa dokter narasumber seputar mitos dan fakta konsumsi rokok.

“Benarkah perokok pasif memiliki dampak lebih buruk daripada perokok aktif?” demikian disampaikan Abu Alif, salah satu peserta acara sosialisasi KTR asal SDN Wringinpitu.

Pertanyaan tersebut lantas disambut gemuruh tepuk tangan hadirin. Lagi-lagi Dokter Sakdun menjawab dengan diplomatis, “Tingkat bahaya akibat rokok tergantung frekuensi dan kadar udara terpapar rokok yang telah dihirup seseorang.”

“Bagaimana dengan pengaruh rokok elektrik bagi kesehatan? Benarkah vape yang dihirup pada rokok elektrik tidak berbahaya bagi tubuh,” tanya Mulyono, salah satu peserta kegiatan.

Kembali  Dokter Sakdun menjawab,”Rokok elektrik adalah bentuk lain dalam konsumsi nikotin. Hanya saja wujudnya tidak padat, melainkan cair. Dampaknya sama berbahaya dengan nikotin pada sebatang rokok.”

Panitia pelaksana acara sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok berharap kegiatan ini memiliki tindak lanjut di setiap lembaga pendidikan tempat peserta pertemuan mengajar.

“Kami berharap di setiap sekolah dapat terbentuk Tim Pemantau Kawasan Tanpa Rokok yang memiliki kekuatan hukum Surat Keputusan (SK) dari Kepala Sekolah masing-masing,” pungkas Dokter Yayuk selaku moderator acara.

Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok berakhir pada pukul sebelas siang. Sebelum membubarkan diri, para peserta kegiatan sosialisasi diajak oleh para dokter untuk melakukan refleksi diri. Setiap peserta kegiatan diberikan daftar ceklist instrumen-instrumen yang dinilai dalam pemberlakukan kawasan tanpa rokok. Penilaian tersebut bukan hanya berlaku untuk lingkungan sekolah saja, tetapi juga lokasi warung warga di sekitar sekolah yang menjual rokok secara bebas.

Para peserta kegiatan mendapatkan hasil yang jelas mengenai konsep pemberlakuan kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah. Mudah-mudahan sinergi yang baru dimulai Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan ini bisa membuahkan hasil yang bagus untuk meningkatkan kesehatan peserta didik di sekolah.


Comments

3 tanggapan untuk “Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah oleh Puskesmas Japanan, Mojowarno, Jombang”

  1. Avatar Mauresmo
    Mauresmo

    Pemerintah sebenarnya bagai makan buah simalakama saat menghadapi perkembangan industri rokok dan tembakau di Indonesia. di satu sisi mereka membutuhkan pendapatan dari sektor pajak rokok yang cukup besar. namun di sisi lain pemerintah juga disibukkan dengan usaha peningkatan kesehatan masyarakatnya yang terdampak dari konsumsi tembakau dan produk turunannya.

  2. Avatar Destiana
    Destiana

    Gurunya merokok gitu. Mana bisa program ini berjalan.

  3. Tutup saja pabrik rokok se-Indonesia. Pasti menurunkan jumlah perokok.

Tinggalkan Balasan ke Nana Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *