Pawai Karnaval Mojowarno 2018 Minim Kostum Pakaian Adat Nusantara

Teaveling ke Jogja pakai celana batik & baju koko
Teaveling ke Jogja pakai celana batik & baju koko

Karnaval Kecamatan Mojowarno telah digelar hari ini Kamis, 30 Agustus 2018. Pawai berawal dari Lapangan Kecamatan Mojowarno dan berakhir di depan jalan raya SDN Selorejo. Panasnya siang hari tidak menyurutkan langkah para peserta untuk melakukan pawai. Saya tidak ambil bagian dalam gelaran karnaval tahun ini. Cukup tahun kemarin saja saya merasakan lelah yang luar biasa di acara sejenis. Kali ini para guru tidak berpartisipasi dalam karnaval untuk mewakili lembaga. Mereka berbaur dengan tim pawai dari desa masing-masing sesuai dengan anjuran korwilker Pendidikan. Agak disayangkan juga mengapa para guru tidak banyak yang tampil dalam karnaval ini padahal mereka sebenarnya sangat mampu untuk melakukannya.

Berdasarkan pengamatan saya sepanjang acara berlangsung, karnaval Mojowarno tahun ini berlangsung meriah. Penonton berjubel memadati sisi jalan raya. Kendati demikian, keramaian karnaval diciptakan oleh musik dangdut yang berirama cepat dan diikuti para penari berbaju ketat. Tidak ada tim pawai yang memutar lagu-lagu perjuangan. Begitu pun sangat jarang saya jumpai peserta pawai memakai baju adat Nusantara. Mereka lebih suka berbaju gelap khas anak jalanan. Tidak sampai disitu saja, mereka memutar lagu-lagu kekinian yang berirama cepat dan mengundang badan bergoyang. Sangat disayangkan bahwa standar baru yang dipakai oleh warga desa untuk tampil di acara karnaval adalah harus berpakaian seksi dan berdandan menor. Mungkin mereka lupa bahwa di pinggir jalan sana ada anak-anak di bawah umur yang sedang menonton.

Dibandingkan dengan karnaval kecamatan Ngoro, kondisi karnaval Mojowarno tahun ini tidak jauh berbeda. Penurunan daya kreasi warga peserta karnaval terjadi dari tahun ke tahun. Apa penyebabnya? Bisa jadi kurangnya koordinasi antar warga menyebabkan lemahnya kreasi bersama. Setidaknya setiap perangkat desa dapat mengajak masing-masing ketua RT untuk duduk bersama membicarakan perhelatan karnaval tahunan di kecamatan. Saya yakin di setiap desa pasti ada orang-orang yang memiliki kreatifitas di atas rata-rata. Tugas pemerintah desa adalah merangkul mereka untuk bekerjasama menyajikan satu pagelaran seni karnaval yang indah dan sopan dipandang mata. Merayakan kemerdekaan tentu tidak pantas dilakukan sambil pesta hura-hura. Meneladani pengorbanan para pahlawan jauh lebih utama daripada berfoya-foya di atas truk bak terbuka sambil joget lagi syantik.


Komentar

23 tanggapan untuk “Pawai Karnaval Mojowarno 2018 Minim Kostum Pakaian Adat Nusantara”

  1. Avatar Desta
    Desta

    Kids jaman now budayanya sdh mengarah ke Moba. Mereka nggak minat sama baju kebaya dan blangkon.

  2. Avatar Gesang
    Gesang

    Budaya hedonis sdh mewabah di desa. Waspadalah!

  3. Avatar Fritjof
    Fritjof

    Budaya terus berkembang. Jgn memaksakan hal yg tdk disukai orang.

  4. Avatar Hardi
    Hardi

    Ora duwe modal kali…

  5. Avatar Info Bola
    Info Bola

    Kostum olahraga boleh juga.

  6. Avatar Afandi idrus
    Afandi idrus

    Beda usia, beda selera berbusana…

  7. Avatar Sukro
    Sukro

    Ambil sisi positifnya saja. Dalam keadaan terdesak pasti muncul kreatifitas berkarya.

  8. Avatar Nanang Rifai
    Nanang Rifai

    Masih untung mereka masih pakai baju, daripada telanjang bulat..

  9. Avatar Akhtar
    Akhtar

    Baju seksi cuma buat pamer bentuk badan dan umbar aurat. Gitu kok dibanggakan.

  10. Avatar Ahmad
    Ahmad

    Karnaval hura-hura tdk layak diperjuangkan.

  11. Avatar Kohari
    Kohari

    Baju karnaval yg menutup aurat sdh hilang. Skrg berganti baju setengah telanjang.

  12. Avatar Den Rahman
    Den Rahman

    Kostum karnaval cuma bungkus. Yang penting hatinya selalu cinta tanah air.

  13. Avatar Tere
    Tere

    Apakah arti ikut gemerlap karnaval kalau besok pagi anak istri masih kelaparan.

  14. Avatar Isnuansa
    Isnuansa

    Maklum gaes… iklim tropis hawanya gerah. Pengen buka baju aja.

  15. Avatar Sanchez
    Sanchez

    Tulisan ini membuatku pengen buka baju juga. Hahaha..

  16. Avatar Andi Darmawan
    Andi Darmawan

    Tulisan ini apakah berdasarkan pengamatan lapangan atau hasil wawancara tokoh?

  17. Avatar Hosmer Johanson
    Hosmer Johanson

    Pemerintah jaman now suka pencitraan dan hura-hura gak penting.

  18. […] Pawai karnaval Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang telah dilaksanakan pada Sabtu, 25 Agustus 2018 lalu. Semula saya berharap acara Agustusan ini akan menyuguhkan penampilan kostum yang unik dan menarik. Sayangnya, saya hanya mendapatkan lelah dan kecewa. Saya menanti arak-arakan pawai karnaval di depan Kantor Pegadaian Ngoro mulai jam 1 siang. Selama setengah jam pertama tidak ada satu pun grup karnaval yang lewat padahal sebelumnya sudah ada satu kelompok karnaval tampil. Kok lama ya, saya hanya bisa bergumam tidak senang. Keramaian hanya ada di stand penjual makanan di sepanjang jalan. Mereka asyik berdagang es, gorengan, buah dan beberapa jenis mainan anak. Keadaan ini tidak seperti karnaval Ngoro tahun-tahun sebelumnya yang terkenal ramai dan kreatif dengan aneka dandanan seru. […]

  19. Avatar Kabar Jombang
    Kabar Jombang

    Beda kelaslah klo dibandingkan dgn JFC. Lbh baik bandingkan dgn sesama karnaval kecamatan.

  20. Avatar V Calantha
    V Calantha

    Jamannya sdh semakin edan.

  21. Avatar Villores
    Villores

    Beda jaman… beda gaya…. itu biasa. Masak sama terus. Gak asek dong.

  22. Avatar bocipalz
    bocipalz

    Seni budaya nusantara harus dilestarikan. Jgn sampai punah.

  23. Avatar Adi Cah Gaul
    Adi Cah Gaul

    Wong edan iku pancen bebas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *