Motivasi hidup dapat tumbuh pada diri seseorang ketika ia berada di komunitas yang sesuai dengan alam berpikirnya. Alasan senasib dan seperjuangan mampu mengikat hubungan emosional seseorang. Hal itulah yang terjadi pada para siswa sanggar genius yatim mandiri. Saat ini penulis membina 14 anak yatim dan dhuafa di desa tempat tinggal penulis. Setelah bertahun-tahun mendampingi mereka, akhirnya muncul satu kesimpulan bahwa anak-anak yatim dhuafa tersebut sangat berharap mendapatkan secuil kebahahagiaan yang sempat terenggut oleh waktu. Anak-anak yatim dhuafa tersebut lambat-laun terikat secara emosional karena sama-sama tidak memiliki orang tua laki-laki.
Penulis mendampingi aktifitas belajar mereka dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu. Awalnya sebagian besar mereka enggan datang ke tempat bimbel yang berlokasi di gedung TPQ Al-Mujahiddin. Namun seiring dengan berjalannya waktu tumbuh kesadaran dalam diri mereka untuk hadir belajar di sanggar genius. Para peserta didik sanggar genius belajar Matematika, baca-tulis Al-Quran, ilmu sains dan beberapa tambahan mata pelajaran pendukung. Aktifitas belajar di sanggar genius berbeda jauh dengan kelas di sekolah dasar. Di sanggar genius anak-anak tidak dituntut untuk berseragam. Mereka lebih banyak penulis arahkan ke bidang pendidikan agama, seni dan penalaran. Penulis jarang mengulang pelajaran sekolah di sanggar genius supaya mereka tidak jenuh.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan non formal, sanggar genius yatim mandiri menjadi pelengkap dalam pendidikan anak yatim. Sanggar genius tidak mengalahkan ataupun meminggirkan peran pendidikan formal di TK, SD, SMP maupun SMA. Sanggar genius berusahakan mengembalikan fitrah pendidikan yang seharusnya mampu memanusiakan peserta didik. Kita tahu bersama bahwa perkembangan pendidikan formal anak di Indonesia saat ini kurang menyentuh sisi kemanusiaan dan harmonisasi kehidupan. Contohnya, murid dibentak supaya menurut ucapan guru, siswa dijewer karena tidak menghiraukan ucapan guru, murid difoto untuk menjadi bahan bergunjing guru dengan komunitasnya, dan masih banyak lagi bentuk pemutusan sisi emosional guru dan murid.
Pendidikan luar sekolah sanggar genius berusaha mengambil peran dalam celah kosong tersebut. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Penulis telah mengalami dan mengamati perubahan tingkah laku anak-anak yatim dhuafa yang mendapat pendampingan belajar di luar sekolah cenderung bisa dikendalikan. Sebaliknya, anak-anak yatim dhuafa yang menolak belajar di sanggar genius pada umumnya bertingkah laku liar ketika berada di sekolah dan di rumah. Abaikan soal besarnya beasiswa pendidikan yang telah diberikan Yayasan Yatim Mandiri kepada anak-anak yatim. Dukungan dana melimpah tidak selalu mendukung peningkatan motivasi dan mutu belajar. Mereka butuh kehadiran orang tua atau orang yang dianggap sebagai orang tua. Hanya ketika anak merasa dibutuhkan dan terpenuhi kebutuhan kasih sayang maka semangat belajarnya dapat meroket. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi Anda.
Energi positif harus selalu ditularkan agar bisa melakukan vibrasi kepada orang lain.
Sungguh beruntung murid yg diajar oleh mas Agus. Telaten, sabar, dan ikhlas mengajar. Semoga mas Agus cepat dapat jodoh.
Semangatlah dlm berbuat kebaikan mas. Semua perilaku pasti ada karma baik dan karma buruk.
Terpuji sekali perjuanganmu mas. Semoga sehat.
Kebahagiaan sejati bisa kita rasakan saat mampu menghadirkan kebahagiaan untuk orang lain. Mas Agus adalah contoh pemuda yg konsisten mendedikasikan dirinya utk pendidikan yatim. Terima kasih mas. Smoga sehat selalu.
Sepakat pak. Lingkungan diluar sekolah juga berpengaruh dlm mendidik anak.
Enaknya punya bimbel tuh bisa ngatur jadwal belajar sesukanya.
Menyantuni anak yatim adlh perbuatan mulia. Semoga mas agus dan guru guru genius selalu sehat dan semangat mengajar.
Kak Agus keren dan sabar. Anak yatim yg diasuh pasti senang belajar bersama.
Tekunlah belajar nak. Semoga kelak kau bisa mengangkat derajat keluargamu.
Tetaplah bersemangat belajar dan jgn menyusahkan pak guru.
Setuju pak! Sekolah harus didukung bimbel di luar sekolah.
Kasian para guru hrs nyambi buka bimbel supaya dpt gaji yg lbh pantas.
Setiap pihak dalam masyarakat memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat. Jangan sampai sekolah bekerja sendiri yang tanpa melibatkan pihak pendidikan non formal. Kasihan nanti terlalu berat gurunya…