Ada Pak Penghulu dalam Permainan Tradisional Bisikan Atau Genukan

Ada Pak Penghulu dalam Permainan Tradisional Bisikan Atau Genukan
Ada Pak Penghulu dalam Permainan Tradisional Bisikan Atau Genukan

Apa kabar sobat blogger Jombang? Blog The Jombang Taste hadir lagi menyapa Anda melalui artikel keragaman dolanan anak Nusantara. Tahukah Anda, ketika anak-anak memainkan dolanan anak, selain mereka mendapatkan kegembiraan, mereka juga akan dapat menyimak keadaan yang sudah lampau, yakni jaman anak-anak dari para orang tua dan kakek leluhurnya sendiri. Demikian, mudah-mudahan artikel The Jombang Taste mengenai permainan tradisional ini dapat menginspirasi Anda untuk lebih mencintai budaya Nusantara.

Dolanan anak memiliki sejumlah manfaat bagi perkembangan emosional anak. Beberapa permainan tradisional anak membutuhkan kemampuan kerjasama yang baik antar anggota kelompok. Setiap anak yang ikut bermain dalam dolanan anak akan belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama kawan-kawan baru. Salah satu permainan tradisional yang unik dan menarik untuk dimainkan adalah genukan.

Permainan tradisional genukan mengambil tempat di tanah lapang atau halaman kelas yang cukup luas. Permainan anak ini boleh juga dilaksanakan di halaman rumah yang agak luas. Jumlah anak yang bermain tergantung dari keadaan dan Anda dapat menentukan sendiri sesuai ketersediaan anak. Tapi jumlah yang paling tepat untuk memainkan dolanan anak genukan adalah 13 orang anak dengan dipimpin oleh seorang guru.

Cara Bermain Genukan

Cara bermain genukan cukup mudah. Salah seorang anak ditunjuk atau diberi tugas sebagai Modin atau Penghulu dalam permainan. Sisanya sebanyak 12 orang dibagi menjadi dua Kelompok, yakni Kelompok A dan Kelompok B. Dengan demikian, masing-masing kelompok itu berada di sebelah kanan dan kiri Pak Penghulu. Masing-masing kelompok berjarak 5 meter dari tempat Pak Penghulu.

Agar kaki jangan cepat capek, baik Pak Penghulu maupun yang lain, mereka boleh duduk atau berjongkok di tanah. Setelah semua siap, maka Ketua dari Kelompok A lalu mengadakan undian dengan Ketua Kelompok B. Di Jawa Tengah biasanya dikenal dengan nama hompimpah atau suit. Siapa yang menang dalam undian, maka kelompoknya yang harus bermain dulu.

Kita sebut saja Kelompok A yang menang. Maka kelompok ini yang bermain dulu. Caranya, Ketua Kelompok A menyuruh salah seorang anggotanya agar melangkah ke tempat Pak Penghulu. Tiba di tempat Pak Penghulu anak itu berbisik-bisik, menyebut nama salah seorang dari Kelompok B. Setelah membisikkan nama anak dari Kelompok B, maka anak ini kembali ke kelompoknya sendiri.

Kini giliran Ketua Kelompok B memerintahkan salah seorang anggotanya untuk maju ke Pak Penghulu, dengan maksud berbuat serupa. Yaitu berbisik menyebut salah satu dari Kelompok A. Tapi kalau anak yang maju ke Pak Penghulu ini adalah anak yang disebut oleh Kelompok A, maka Pak Penghulu harus segera berkata, “Duul….!”

Maksudnya memberi tahu kalau kena atau tepat. Anak ini kemudian ditawan oleh Kelompok A, ia disuruh duduk di depan Kelompok A. Kalau anak yang maju ke Pak Penghulu ternyata bukan anak yang dimaksud, maka Pak Penghulu harus berkata, “Slamet sega liwet!” yang artinya, selamat nasi liwet. Demikian permainan itu terus berlangsung, berganti-ganti anak dari Ketompok A dan B maju ke Pak Penghulu dan menyebut nama salah seorang anggota musuh.

Permainan tradisional genukan, atau ada juga yang menyebut bisikan, akan selesai tergantung dari waktu yang telah ditentukan oleh guru atau pimpinan pertandingan. Ada cara yang lain lagi dalam menentukan permainan, yaitu anak yang dapat ditebak namanya atau yang dianggap mati tidak perlu ditawan. Tapi ia bersama kawan-kawan kelompoknya diharuskan menggendong anggota Kelompok lawan, sekalian bertukar tempat. Tapi permainan cara ini akan menyebabkan anak-anak gampang capek dan lelah.

Sebab itu cara penghukuman para pemain yang kalah dapat dipilih sendiri. Anda dapat membuat variasi khusus, misalnya hukuman menyanyi atau menari. Di jaman dulu, permainan tradisional Jawa Tengah ini sering dilakukan di malam hari pada saat terang bulan di tengah tanah lapang. Demikian ulasan The Jombang Taste mengenai dolanan anak genukan. Semoga artikel seni budaya Jawa ini bisa menambah wawasan Anda untuk lebih mengenal budaya asli Nusantara.

Daftar Pustaka:

Hardjana, HP. 1984. Permainan Tradisional Anak-anak dari Jawa Tengah. Pustaka Dian: Jakarta


Comments

3 tanggapan untuk “Ada Pak Penghulu dalam Permainan Tradisional Bisikan Atau Genukan”

  1. Avatar blogger ponorogo
    blogger ponorogo

    judulnya unik nih. pakai ada nama pak penghulu. permainan anak-anak nusantara memang sangat lucu dan punya banyak makna. terima kasih sudah berbagi info.

  2. […] asing terhadap kebudayaan mereka sendiri. Anak-anak jaman sekarang hampir tidak mengenal nama-nama permainan tradisional asli Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengenalan terhadap nama-nama dolanan anak Nusantara terhadap […]

  3. pak penghulu bisa bantu saya? nikahin saya sama pacar saya besok pagi. 😀

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *