Menurut Asisi Channel, sejarah seringkali dilihat dari perspektif pemenang, tapi adakah kebenaran di balik cerita itu? Mari kita menjelajahi bagaimana sejarah ditulis dari sudut pandang yang berbeda. Budayawan terkenal juga memopulerkan bahwa sejarah ditulis oleh pemenang, sehingga banyak yang percaya. Baik menang maupun kalah, keduanya manusia, dan keduanya bisa menulis sejarah.
Dyah Wijaya dan Awal Berdirinya Majapahit
Dyah Wijaya mendirikan Majapahit dengan bantuan Mongol setelah mengungsi ke Madura dan mendapatkan bimbingan dari Arya Wiraraja. Pasukan Mongol membantu mengalahkan Daha setelah ‘mengkhianati’ bangsa Mongol, namun dua versi sejarah yang muncul menunjukkan adanya perspektif berbeda antara versi Jawa dan Mongol. Catatan asing dianggap sebagai sumber kontemporer karena hambatan budaya. Bangsa Mongol tidak mendokumentasikan sejarah mereka, hanya mengandalkan catatan negara-negara yang ditaklukkan sebagai informasi. Sejarah ditulis oleh bangsa yang dikalahkan Mongol, yang mungkin memiliki perspektif berbeda. Kita tidak bisa hanya mengandalkan catatan dari pihak yang kalah untuk memahami sejarah.
Perspektif Berbeda dalam Penulisan Sejarah
Catatan sejarah asing dianggap sebagai sumber kontemporer karena hambatan budaya. Sejarah yang ditulis oleh pemenang dan kalah memiliki perspektif yang berbeda, terutama saat mengandalkan catatan dari pihak yang dikalahkan, seperti bangsa Mongol, yang mungkin memiliki pandangan yang berbeda. Sejarawan cenderung dipengaruhi oleh sudut pandang dan emosi. Seorang sejarawan harus mampu membedakan subjektivitas dan fakta dalam catatan sejarah. Manusia, baik pemenang maupun kalah, berperan dalam penulisan sejarah. Peristiwa G30S/PKI menunjukkan perspektif sejarah dari berbagai sudut pandang.
Pengaruh Media pada Penulisan Sejarah
Berbagai media digunakan untuk menulis sejarah, seperti logam, batu, dan lontar, dengan alasan spiritual. Praktek kuno menyalin lontar dilakukan karena umurnya yang terbatas, namun sayangnya, tulisan Medang tidak meninggalkan lontar di Jawa Tengah. Pengaruh media terhadap tulisan dan sastra dalam sejarah sangat memengaruhi isi dan kelengkapan catatan sejarah. Berbagai media digunakan untuk menulis seperti logam, batu, dan lontar untuk alasan spiritual. Praktek kuno menyalin lontar karena umurnya yang terbatas.
Kejujuran dalam Menulis Sejarah
Seorang sejarawan harus mampu membedakan subjektivitas dan fakta dalam catatan sejarah. Kejujuran dan tidak bias dalam penulisan sejarah memberi nilai pada konten sejarah dan menunjukkan nilai sejarah saat ini, yang membentuk bagaimana kita dikenang oleh generasi mendatang. Sejarah adalah data yang coba kita buka kembali pada masa sekarang. Sejarah bukan tentang apa yang kita inginkan, tetapi bukti-bukti dari masa lalu yang kita bongkar kembali. Kejujuran dan tidak bias dalam penulisan sejarah memberi nilai pada konten sejarah dan menunjukkan nilai kita. Menulis sejarah hidup kita saat ini akan membentuk bagaimana kita dikenang oleh generasi mendatang.
Conclusion:
Penulisan sejarah merupakan proses yang melibatkan banyak perspektif dan kejujuran. Menyadari bahwa sejarah tidak selalu ditulis oleh pemenang adalah langkah pertama dalam memahami kebenaran di balik setiap cerita. Mari kita terus menggali dan memperkaya pemahaman kita akan sejarah.