Regenerasi Jamaah Yasinan Putra Terhambat Senioritas Kyai Kampung

Yasinan putra adalah salah satu kegiatan ibadah yang dilaksanakan secara rutin untuk muslim di daerah pedesaan. Kegiatan ini telah berlangsung selama puluhan tahun. Peserta kegiatan ini masih didominasi orang-orang tua. Tidak tampak satu pun batang hidung anak kecil dan remaja yang ikut serta dalam kegiatannya. Mereka telah mendapat tantangan serius dari tokoh agama disini. Mereka dianggap sumber keributan saat para aki sedang berdoa. Oleh karena itu, terdapat kesepakatan tidak tertulis mengenai batasan usia yasinan putra. Hanya pria dewasa yang diperbolehkan mengikuti ibadah umat Islam di pedesaan ini.

Lemahnya regenerasi pelaku kegiatan keagamaan di desa bukanlah tanpa alasan. Setiap pihak berkontribusi dalam pasang surut kebudayaan di masyarakat. Anak muda memiliki preferensi yang berbeda dalam memilih kegiatan. Mereka butuh aktualisasi diri, ingin mendapat perhatian orang lain, mencari lingkungan yang sesuai dengan alam berpikirnya, dan mungkin saja sedikit niat untuk pamer kemampuan. Generasi muda Islami umumnya mencari kegiatan yang bernuansa seni dan olahraga. Seni musik banjari menjadi pilihan populer remaja Islam saat ini untuk berkumpul dengan teman seusia mereka.

Hal yang berbeda terjadi untuk jamaah yasinan dari kelompok usia tua. Pujian bukanlah tujuan utama mereka. Mencari ketenangan diri lebih banyak melandasi motif perilaku mereka.

23 pemikiran pada “Regenerasi Jamaah Yasinan Putra Terhambat Senioritas Kyai Kampung”

  1. Lalu apakah yang nulis ini juga termasuk Kiai kampung yang dimaksud itu? karena sekarang ini begitu mudahnya orang mendapat sebutan tokoh agama tanpa mengetahui Latar belakang pendidikan dan sejarah proses penempuhan ilmu agamanya.

    Balas

Tinggalkan Balasan