Keturunan Kerajaan Madura Tewas Dalam Serangan Mataram

Cerita Rakyat Sulawesi Selatan: Dongeng Putri Tandampalik dari Kerajaan Luwu
Cerita Rakyat Sulawesi Selatan: Dongeng Putri Tandampalik dari Kerajaan Luwu

Halo blogger Madura! Mari kita lanjutkan sejarah kemunduran kerajaan yang ada di Madura. Dalam pertempuran yang dahsyat di Madura barat, kedua pihak mengalami banyak kerugian, baik jiwa maupun harta. Akhirnya, serangan pasukan Mataram yang kekuatannya berlipat ganda itu tidak dapat ditahan oleh pasukan Madura barat. Adipati Mlojo terbunuh di medan perang. Adipati Blega melarikan diri tetapi kemudian ia tertangkap pasukan Mataram dan dibunuh di Jurang Rejo. Pangeran Mas Raja di Arosbaya melarikan diri ke Bantam. Oleh Sultan Bantam, ia diserahkan kepada Sultan Agung di Mataram kemudian dibunuh.

Pasukan Sumenep mempertahankan diri dengan keberanian yang tiada tandingannya. Karena musuh yang dihadapinya itu sangat besar, maka banyak pasukannya yang gugur. Untuk mensiasati keadaan ini, Raja Sumenep Raden Abdullah yang bergelar Pangeran Cokronegoro I, yaitu menantu Pangeran Ronggosukowati, pergi melaporkan kepada Sultan Demak. Namun malang nasibnya, sesampai di Palakaran Sampang, Pangeran Cokronegoro I ditangkap dan dibunuh oleh pasukan Mataram.

Sedangkan Raden Bugan, yaitu putranya yang masih berumur 3 tahun sempat dilarikan dan kemudian diserahkan kepada Sultan Cirebon oleh pengikutnya. Raden Bugan dikirimkan ke Mataram untuk diberi pelajaran adat istiadat keraton. Pada akhirnya, Raden Bugan diperintahkan ke Sumenep untuk menduduki jabatan Bupati disana.

Perang Puputan Menghabisi Riwayat Keluarga Kerajaan Madura

Di Pamekasan, Juru Kiting mendapat perlawanan hebat dari pasukan yang dibentuk oleh Pangeran Ronggosukowati. Dalam pertempuran mereka tak mengenal mundur walau selangkahpun. Para prajurit pria di depan, sedang para wanitanya di belakang. Sebab bila ada pria di belakang, maka ia berarti lari dari medan perang. Untuk itu, wanita yang ada di belakangnya segera membunuhnya. Seluruh rakyat ikut berjuang dengan ketat, lebih baik mati daripada hidup di jajah.

Rakyat Keraton Pamekasan pantang mundur walaupun kekuatan musuhnya berlipat ganda. Dalam pertempuran itu, diantara mereka banyak yang gugur, termasuk Pangeran Ronggosukowati beserta para isterinya, Pangeran Purbaya, Pangeran Jimat serta para abdi keraton. Oleh karena itu, peristiwa penyerangan pasukan Mataram ke Pamekasan disebut juga Perang Habis-habisan yang dalam bahasa Jawa sama artinya dengan puputan. Dengan demikian, perang besar di Madura ini dikenal juga dengan Perang puputan.

Raden Praseso Menjadi Penguasa Kerajaan Madura

Pada waktu itu, semua penguasa Madura gugur karena serangan dari Kerajaan Mataram. Satu-satunya keturunan Raja Madura yang masih hidup selain Raden Bugan adalah Raden Praseso yang masih di bawah umur. Raden Praseso dibawa dan diserahkan oleh Panglima Juru Kiting kepada Sultan Agung di Mataram. Ia diambil sebagai anak angkat, kemudian setelah dewasa diambil menantu. Perkawinan Raden Praseso dengan putri Sultan Agung tidak berjalan lama karena isterinya meninggal dalam usia muda sebelum memiliki anak.

Raden Praseso pada akhirnya diangkat Sultan Agung menjadi Raja Madura dengan gelar Pangeran Cakraningrat I. Ia berhak mengangkat para bupati di seluruh Madura dengan persetujuan Sultan Agung. Salah satu diantaranya adalah Pangeran Megat Sari, menantu Pangeran Cakraningrat I sendiri yang menjadi Bupati Pamekasan. Pangeran Megat Sari menempati Keraton Mandiraras yang dibangun oleh Pangeran Ronggosukowati pada tahun 1530.

Untuk mengenang kepahlawanan Pangeran Ronggosukowati, di tempat peristirahatannya dibuatkan prasasti berupa kayu berukir. Prasasti ini menggambarkan pembangunan, kepahlawanan, kebijaksanaan, rela berkorban dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun salah seorang yang pernah membaca prasasti itu adalah seorang arkeolog berkebangsaan Belanda yang mengarsiteki Museum Trowulan, namanya Prof. Maglene Watson, pada tahun 1929. Ia sangat kagum dan terharu atas kebesaran jiwa, patriotisme, kewibawaan dan keluhuran budi Pangeran Ronggosukowati pendiri kota Pamekasan.

Demikian salah satu kisah bersejarah dari Kerajaan Madura yang harus diketahui oleh Pangeran Ronggosukowati, Pangeran Purbaya, raja keraton pamekasan, sultan agung dari mataram, raja arosbaya, pangeran suyono, pangeran slorong, panglima juru kiting, wilayah kekuasaan kerajaan mataram, macan mataram, adipati mlojo, adipati blega, Pangeran Cokronegoro I, raden bugan, Pangeran Jimat, raden praseso, Raja Madura, Pangeran Cakraningrat Igenerasi muda saat ini. Semoga artikel sejarah budaya ini berguna untuk Anda. Mari kenali budaya Nusantara dan lestarikan untuk anak cucu kita.


Comments

5 tanggapan untuk “Keturunan Kerajaan Madura Tewas Dalam Serangan Mataram”

  1. […] Apa kabar kawan blogger Indonesia? Pada artikel kali ini kita akan membahas sejarah kerajaan Tarumanegara. Dimanakah lokasi kerajaan Tarumanegara? Siapakah raja Tarumanegara? Dan bukti sejarah apa saja yang bisa kita pakai untuk menelusuri sejarah perkembangan kerajaan Tarumanegara? […]

  2. Salah satu kerajaan Islam terbesar di Indonesia

  3. […] hawa nafsu dan keinginan pribadi karena bisa membahayakan keselamatan bersama. Semoga kisah legenda rakyat Madura ini bisa menambah wawasan […]

  4. Avatar Maria Heinze
    Maria Heinze

    Sampai kapanpun perang bukan solusi dlm usaha menciptakan perdamaian.

  5. Avatar Shizuoka
    Shizuoka

    Madura is a great kingdom.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *