Kebangkitan Seni Pertunjukan Ludruk di Kabupaten Jombang

Cerita Rakyat Kalimantan Selatan: Dongeng Raja Baik Hati Memberikan Putrinya
Cerita Rakyat Kalimantan Selatan: Dongeng Raja Baik Hati Memberikan Putrinya

Apa kabar blogger Jombang dan kawan-kawan blogger di Indonesia? The Jombang Taste kembali hadir berbagi informasi budaya masyarakat Jombang dan promosi wisata daerah. Masih membahas perkembangan kesenian Ludruk dari masa ke masa, kali ini saya akan bercerita bagaimana susahnya perjuangan seniman Ludruk di Kabupaten Jombang dalam rangka melestarikan kesenian daerah di tengah invasi budaya modern.

Ludruk adalah salah satu warisan budaya bangsa yang berakar kuat pada kepribadian bangsa. Kesenian ludruk hampir sama dengan kesenian Lenong Betawi. Terdapat pantun (dalam bahasa Jawa disebut parikan), tembang (lagu-lagu bahasa Jawa Timuran), dan alur cerita yang mengangkat kisah legenda maupun cerita populer di kalangan masyarakat. Penonton Ludruk akan dibuat tertawa sekaligus berurai air mata saat menyaksikan pertunjukan seni budaya Jombang ini.

Ludruk Berawal Dari Kesenian Besutan

Sejarah berdirinya ludruk tidak lepas dari keberadaan sosok Besut. Besut adalah seniman yang mampu memberi inspirasi bagi banyak warga tentang arti mengabdi dan berbagi dengan masyarakat sekitar. Kesenian Besutan merupakan wujud peradaban masyarakat Jombang khususnya, dan Jawa Timur pada umumnya. Kesenian Besutan lahir sebagai bentuk protes terhadap penjajahan asing di Indonesia, sekaligus wujud hiburan rakyat yang memiliki nilai edukasi.

Kata Jombang yang merupakan akronim kata ‘ijo dan abang’ sering diartikan sebagai perpaduan budaya Islam (warna hijau) dan budaya Jawa asli (warna merah). Walaupun di Kabupaten Jombang telah berdiri ribuan pondok pesantren tempat pengajaran agama Islam, budaya setempat masih mendapat porsi yang seimbang dalam perhatian masyarakat sehari-hari.

Jombang banyak melahirkan tokoh-tokoh terkenal dalam bidang seni, antara lain: Cak Durasim, Pak Jito (tokoh kesenian Besutan Jombang tahun 70-an), Cak Tole (penulis drama komedi), dan Pak Yadi yang menjadi tokoh ludruk penggagas lahirnya Palembang (Paguyuban Ludruk Arek Jombang). Selain nama-nama populer di atas, masih banyak seniman lokal Jombang yang berjuang menghidupi diri di tengah maraknya budaya Barat yang berkembang di kalangan remaja.

Bangkit Berkat Dukungan Bupati Jombang

Saya masih ingat pada kurun waktu antara tahun 1990 sampai tahun 2000 masih banyak pertunjukkan Ludruk digelar dalam rangka hajatan warga. Menikahkan anak, khitanan putra, bahkan prosesi budaya sedekah bumi semuanya melibatkan pertunjukan Ludruk di malam hari. Namun setelah tahun 2000-an gaung Ludruk seolah hilang di telan bumi. Yang muncul adalah seni musik dangdut yang ditontonkan melalui panggung terbuka.

Kebangkitan kesenian ludruk di Kabupaten Jombang baru bisa dirasakan sejak tahun 2007 dengan lahirnya organisasi Palembang, paguyuban Ludruk seniman Jombang. Palembang diprakarsai Bupati Jombang Suyanto. Usaha yang dilakukan diawali dengan revitalisasi perkumpulan ludruk yang ada di Kabupaten Jombang. Selain itu, Kabupaten Jombang menjalankan memberikan dukungan modal dan pengorganisasian yang lebih tertata.

Kabupaten Jombang memiliki kelender wisata budaya dengan menghadirkan kesenian ludruk di depan publik secara periodik. Melalui Palembang, Pemkab Jombang mencoba melahirkan kembali ludruk sebagai media yang efektif untuk menyampaikan informasi program dan kebijakan Pemerintah kepada masyarakat. Langkah Pemda Jombang ini patut kita apresiasi mengingat fungsi strategis ludruk sebagai media edukasi, hiburan rakyat, pelestarian budaya bangsa, sekaligus wadah menyampaikan informasi penting terkait kebijakan Pemerintah.

Manfaat kebijakan Bupati Jombang ini saat ini memang belum terlalu terasa mengingat frekuensi pertunjukan Ludruk masih kurang. Meski demikian saya optimis ke depannya Ludruk akan tampil dengan wajah baru yang lebih inovatif dan bernuansa segar. Jika kesenian Srimulat dapat bangkit kembali di layar televisi, sangat mungkin Ludruk bisa melakukan hal yang serupa. Masyarakat Jombang dan Jawa Timur masih menyukai ludruk. Setidaknya hal ini terbukti dengan kepemilikan CD Ludruk versi bajakan yang berada hampir di setiap rumah warga Jatim.

Mari kita lestarikan ludruk sebagai salah satu seni budaya asli Nusantara!

Referensi: Medali MGMP Kesenian SMP Se-kabupaten Jombang


Comments

8 tanggapan untuk “Kebangkitan Seni Pertunjukan Ludruk di Kabupaten Jombang”

  1. […] dari satu keramaian ke keramaian lain untuk menyuguhkan pertunjukan teater sederhana. Menurut MGMP Seni Budaya Kabupaten Jombang, sejarah mencatat perkembangan kesenian Lerok mula-mula dimainkan secara tunggal atau sendirian. […]

  2. Avatar Dongeng Anak
    Dongeng Anak

    Apa kabar seni patrol? Apa hubungan patrol dengan ludruk.

  3. Avatar Idham Dahlan
    Idham Dahlan

    Artikel yang sangat bagus untuk mengenal budaya Jombang. Tetap semangat mas.

  4. Avatar Idham Dahlan
    Idham Dahlan

    yang muda mana nih suaranya…
    jangan cuma diam. mari lestarikan budaya Jombangan.

  5. ulasan yg bagus. ludruk seharusnya dipertahankan sbg budaya jawa.

  6. sekarang apa masih ada seniman muda ludruk di jombang?

  7. Budaya daerah harus dikembangkan. Jgn sampai telat dan diklaim milik negara lain.

  8. Selamat pagi mas Agus, terkait beberapa artikel mengenai besutan yg sudah dipost dan saya tertarik apakah boleh saya meminta nomer atau email anda untuk bertanya selengkapnya mengenai besutan ini? Terimakasih

Tinggalkan Balasan ke dedi Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *