Mitos yang Menjadi Fakta, Hujan Turun Saat Megengan

Penampilan seni musik Islami Banjari oleh TPQ Al-Mujahiddin Guwo Mojowarno Jombang
Penampilan seni musik Islami Banjari oleh TPQ Al-Mujahiddin Guwo Mojowarno Jombang

Tiap kali megengan, sudah dipastikan hujan turun dengan deras. Ini bukanlah mitos belaka. Ini fakta yang sudah saya amati selama bertahun-tahun. Masyarakat Jawa memiliki tradisi unik yang bernama megengan. Megengan adalah tradisi membuat kue apem dan aneka masakan tradisional Jawa untuk dibagika  kepada tetangga sekitar rumah. Megengan biasanya dilaksanakan pada tanggal 28, 29 atau 30 bulan Sya’ban atau Ruwah. 

Hari ini pun masyarakat Desa Guwo melaksanakan tradisi megengan. Tadi siang hujan turun dengan deras. Para sesepuh bilang kalau hujan turun saat megengan adalah bermaksud mencuci daun pisang yang akan dipakai untuk bancakan di masjid dan musholla. Masyarakat desa meyakini berkah akan turun saat hujan terjadi di hari megengan.

Setelah sholat jamaah maghrib tadi saya ikut berbaur di masjid dengan anak-anak dan orang dewasa. Ada banyak makanan dibawa warga kesana. Usai berdoa, makanan dibagikan kepada warga yang ikut sholat di masjid. Anak-anak tampak gembira mendapat makanan kesukaan mereka. Inilah keceriaan menjelang bulan Ramadhan yang dinantikan banyak anak.

Tradisi megengan bukan sekedar acara makan bersama di masjid. Kebiasaan ini memiliki dimensi sosial yang bagus untuk saling berempati dengan sesama. Pada waktu megengan inilah antar warga saling berkirim makanan. Kalau tidak ada toleransi dan kerukunan hidup mana bisa tradisi ini berlanjut sampai sekarang. Filosofi apem dari bahasa Arab afwun adalah simbol permintaan maaf dengan sesama manusia. Para warga saling mengirim makanan dan tercipta hubungan kekerabatan diantara masyarakat desa.

Dengan adanya hujan yang turun di hari megengan maka warga makin sadar nikmat dan syukur yang ada di dalam kehidupan mereka. Semoga keberkahan turut memberi warna dalam perilaku warga sehari-hari. Tak lama kemudian warga juga berziarah ke makam keluarga mereka yang sudah meninggal dunia. Biarpun hujan gerimis mengguyur pemakaman, warga masih bersemangat nyekar ke makam. Semoga hal ini bisa menyadarkan warga bahwa semua manusia pasti mati, entah besok atau lusa.


Comments

8 tanggapan untuk “Mitos yang Menjadi Fakta, Hujan Turun Saat Megengan”

  1. Ada untungnya nggak usah mencuci daun pisang.

  2. Avatar Leony
    Leony

    Meski tinggal di kota, aku juga ikut megengan.

  3. Hujan adalah barokah. Nikmati saja mas.

  4. Kebetulan yg berulang bisa menjadi tradisi.

  5. Avatar Silvi
    Silvi

    Aku juga percaya megengan itu membawa berkah.

  6. […] tanggal 1 Ramadhan 1439 Hijriyah sudah terlewatkan dengan lancar. Saya tidak menemukan banyak kendala di hari pertama […]

  7. Indonesia kaya hujan dan sinar matahari. Itulah gambaran negeri Saba dalam kitab suci.

  8. Avatar Yusuf
    Yusuf

    Saya pilih mitos. Ini hanya cerita dongeng.

Tinggalkan Balasan ke Silvi Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *