
Kulangkahkan kaki memasuki kelas TPQ. Kutatap satu per satu santri yang sedang berkeliaran di hadapanku. Sesaat aku terdiam. Berharap mereka memperhatikan kehadiranku. Namun hasilnya berbeda. Tidak satupun dari lima belas santri itu berhenti berlari di serambi masjid. Aku sudah memprediksi hal itu. Sejak enam bulan lalu mereka semakin tidak terkendali. Sejak aku kembali menjejakkan di kelas ini mereka selalu tidak pernah berhenti menguji kesabaranku. Dimulai dari Ambi, Dafa dan Puguh yang sudah hengkang ke TPQ sebelah beberapa minggu lalu. Dan kini tersisa Okta yang menjadi duri dalam kelasku. (lebih…)