Apa kabar kawan blogger Jombang? The Jombang hadir kembali untuk menginspirasi Anda melalui kata-kata bijak Bahasa Jawa. Kalimat inspiratif Bahasa Jawa kali ini berbunyi: wenehono Teken Marang Wong Kang Wuto, Wenehono Mangan Marang Wong Kang Luwe, Wenehono Busono Marang Wong Kang Wudo, Wenehono Ngiyup Marang Wong Kang Kudanan. Apakah arti dari kata-kata bijak Bahasa Jawa ini?
Nasehat bijak Bahasa Jawa ini kurang lebih berarti: berikanlah tongkat kepada orang buta, berikanlah makan kepada orang yang sedang kelaparan, berikanlah pakaian kepada orang yang masih telanjang, berikanlah tempat berteduh kepada orang yang sedang kehujanan (Sudjono: 2013). Inilah salah satu nilai moral kehidupan guyub masyarakat Jawa yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Empat kata mutiara pesan kultural dari Kanjeng Sunan Drajat ini terkenal dengan istilah catur piwulang, yang mempunyai nilai filosofis tinggi dan patut diteladani oleh anak bangsa, karena didalamnya sarat akan pembelajaran untuk mengembangkan kepedulian terhadap sesama manusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain dalam menjalankan ibadah muamalah.
Dari catur piwulang Kanjeng Sunan Drajat ini kita bisa menarik beberapa pelajaran penting akan sikap dan perilaku hidup yang terkandung didalamnya, antara lain pelajaran kepedulian. Sejatinya manusia diberikan kenikmatan oleh Alloh dengan segala wujudnya baik materi maupun non materi, seyogyanya hal tersebut untuk disyukuri dengan memberikan makna pada nikmat tersebut. Setinggi-tinggi nikmat adalah ketika karenanya bisa bermanfaat bagi makluk yang lainnya.
Pelajaran kedua adalah memberi. Setelah kepedulian sudah menjadi pilihan jiwa-jiwa yang mem-punyai keutuhan spritual maka implementasi lanjutan adalah memberi. Memberi dalam konteks yang luas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki kepada siapapun membutuhkan. Berilah sesuatu kepada orang lain dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Jangan pernah mengharapkan balasan atas apa yang Anda berikan. Biarkan Tuhan yang membalas segala amal baik Anda.
Memberikan sesuatu kepada yang membutuhkan ketika sudah menjadi sebuah aktivitas sosial maka akan membangun pola kehidupan dunia yang harmoni. Manusia akan bertindak, berfikir sebagai kodrati manusia yang selalu mengedepankan harmoni. Sikap tolong-menolong akan memperkuat persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Sebaliknya, sikap acuh tak acuh akan menghasilkan perpecahan di tubuh masyarakat.
Dua pelajaran sederhana yang bisa kita tarik dari catur piwulang Sunan Drajat tersebut semoga bisa semakin mengarahkan kita pada jalan yang lurus yaitu menjadi manusia yang peduli dan suka memberi. Sesungguhnya perilaku yang demikian akan membawa kita pada derajat kehidupan yang lebih baik. Semoga nasehat Jawa bersama The Jombang Taste ini bisa menginspirasi Anda menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.
Daftar Pustaka:
Sudjono. 2013. Nguri-uri Pitutur Luhur Falsafah Adi Luhung. CV. Karya Mandiri Sentosa: Ngawi
Tinggalkan Balasan