Upacara Resik Lawon Buyut Cungking di Banyuwangi Menjelang Bulan Puasa

Lawon adalah bahasa Jawa untuk menyebut kain kafan pembungkus mayat manusia yang telah dikubur. Tradisi adat Banyuwangi Resik Lawon berupa kegiatan membersihkan kain kafan putih di dalam makam Buyut Cungking. Pelaksanaan ritual ini harus sesuai dengan tanggal Jawa, yaitu pada hari Kamis malam jumat atau Minggu malam Senin bulan Ruwah. Ruwah adalah bulan sebelum puasa Ramadhan menurut kalender Jawa. Jika Anda berkunjung ke Banyuwangi pada bulan tersebut bisa dipastikan Anda akan menemui ritual adat suku Osing ini.

Indonesia memiliki beragam adat-istiadat unik yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Upacara adat umumnya dilakukan warga untuk menghormati para leluhur. Upacara Resik Lawon merupakan ritual yang dilaksanakan masyarakat muslim Banyuwangi setiap bulan Rajab. Tradisi Resik Lawon dilakukan dengan tujuan untuk menolak balak dan melindungi masyarakat dari bencana dan berbagai macam penyakit. Upacara Resik Lawon dilakukan menjelang datangnya bulan puasa Romadhon. Upacara ini sering diadakan oleh masyarakat di lingkungan Desa Cungking di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Inilah salah satu wisata budaya yang masih tetap lestari di tengah kepungan budaya modern.

Menurut Yodi Kurniadi (2017) tata-cara pelaksanaan upacara Resik Lawon di Banyuwangi meliputi tiga langkah. Tiga tahap ini tidak boleh tertukar pelaksanaannya. Langkah pertama adalah membuka makam dan mengambil sejumlah lawon atau kain kafan di dalamnya. Bagian yang dibuka mulai dari Lawon Kelambu bagian dalam sebelah kanan, Lawon Kelambu bagian kiri, lampu langit Pesarean, tadong, paesan, kelambu luar, langit-langit luar, dan sampai bungkus soko.

Langkah kedua dalam upacara Resik Lawon menjelang Romadhon adalah arak-arakan masyarakat. Warga masyarakat setempat usia tua dan muda berjalan beriringan membawa kain yang panjangnya sekitar 50 meter untuk dicuci di Krembangan. Suasana meriah memenuhi sepanjang jalan yang dilalui. Disana terdapat sumber air di pinggir jalan menuju Desa Kemiren Kecamatan Glagah. Setelah dijemur dan dibersihkan kain tersebut kemudian disiram air. Perasan kain itu dipercaya bisa mengobati berbagai macam penyakit.

Bagian terakhir dari upacara adat Resik Lawon adalah prosesi penggantian lawon atau kain kafan. Kegiatan ini dilakukan oleh orang-orang tertentu yang telah dipilih oleh pemimpin desa. Artinya, tidak sembarang orang diperbolehkan mengganti kain lawon itu. Setelah pergantian kain kafan selesai dilakukan maka acara dilanjutkan dengan doa bersama. Doa bersama dipimpin oleh tokoh adat dan tokoh masyarakat dari desa setempat. Inilah bentuk harmonisasi masyarakat desa yang perlu dipahami oleh setiap wisatawan yang berkunjung kesana. Mari kita kenal lebih dekat ragam budaya Jawa Timur yang tampak pada adat istiadat masyarakat setempat.


Comments

9 tanggapan untuk “Upacara Resik Lawon Buyut Cungking di Banyuwangi Menjelang Bulan Puasa”

  1. Semoga budaya nusantara tetap lestari. Aku suka blog ini msh konsisten di jalurnya.

  2. Avatar Ema Aman
    Ema Aman

    Kok masih ada orang yang menyembah roh roh leluhur mereka. ini kan mirip dengan perbuatan syirik.

  3. Avatar J. Edwards
    J. Edwards

    Sebenarnya sah-sah saja kalau kita mau bikin acara ritual di desa tapi jangan sampai tradisi yang berlangsung membuat iman kita rusak dan menyembah berhala.

  4. Avatar Fuvenanda
    Fuvenanda

    Tradisi lokal harus dilestarikan.

  5. Indonesia hebat krn punya bnyk budaya rakyat desa.

  6. Avatar Zawjanne
    Zawjanne

    Aku bangga jadi orang indonesia.

  7. Avatar Noto Sukses
    Noto Sukses

    Wong mati kok disembah?

  8. Avatar Nik Azmi
    Nik Azmi

    Apakah tradisi ini menyembah kain pocong?

  9. […] Mereka mengadakan berbagai kegiatan massal dalam rangka menyambut datangnya bulan suci ramadhan. Tradisi Megengan identik dengan pembuatan makanan apem. Anak-anak menyukai makanan apem karena memiliki tekstur […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *