Perahu Kertas di Ujung Dermaga Brantas

Suatu hari di sebuah dermaga tua dekat Sungai Brantas, hiduplah seorang anak muda bernama Lintang. Ia sangat mencintai dermaga itu, dan selalu berkunjung ke sana untuk menyendiri dan merenungi masa depannya.

Di sana, ia bisa melihat perahu-perahu nelayan yang hilir-mudik, mengangkut ikan dan menjaring udang. Lintang selalu menyempatkan waktu untuk menyapa mereka dan membantu menaikkan jaring atau mengikatkan tali-tali.

Deretan warung di tepi dermaga menjadi tempat favorit Lintang untuk mencicipi berbagai makanan laut yang lezat. Aroma ikan-ikan segar yang khas dari Sungai Brantas, mengingatkannya pada masa kecil yang bahagia bersama keluarganya.

Suatu ketika, Lintang mengenal seorang gadis yang juga suka menghabiskan waktunya di dermaga. Namanya Wulan. Ia sangat cantik, dengan senyum yang mendamaikan dan sepasang mata yang menawan. Lintang dan Wulan jatuh cinta dan selalu bersama di ujung dermaga.

Mereka berdua tumbuh dengan berbagai impian, antara lain membangun perahu dari kertas yang mampu menyusuri sungai Brantas sampai ke Samudra Pasifik. Impian itu terus membayang, hingga suatu hari, bagaikan takdir, mereka bertemu dengan seorang pembahu kertas tua yang tinggal di ujung selatan kota.

Kakek itu bergurau, “Aku bisa membuat perahu kertas yang kuat, kokoh, dan mampu mengarungi sungai hingga ke lautan lepas.”

Lintang dan Wulan tertawa, namun di dalam hati mereka merasa bahwa kakek itu mungkin saja memiliki kekuatan magis. Maka, mereka menjalani petualangan mencari bahan-bahan untuk membuat perahu tersebut, seperti kertas yang tahan air, lem tangguh, dan lilin untuk melapisi permukaannya.

Setelah berhasil mengumpulkan semua bahan, Lintang dan Wulan akhirnya mewujudkan perahu kertas impiannya. Kini saatnya mereka bersama menjelajah Sungai Brantas dengan perahu kertas cantik itu.

Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama, karena badai besar menghancurkan perahu kertas mereka. Ketika perahu itu hancur, hati Lintang dan Wulan juga hancur berkeping-keping. Mereka menangis dan berjanji untuk terus mencintai Sungai Brantas, dermaga favorit, dan impian perahu kertas yang tak kesampaian.

Walaupun perahu kertas itu hanyalah khayalan dan impian yang singkat, Lintang dan Wulan akan selalu mengingat pengalaman itu sebagai bukti cinta mereka berdua. Dan di ujung dermaga Sungai Brantas itu, kini mereka selalu melihat kembali impian itu, walaupun hanya dalam benak mereka.

Di kisah berikutnya, dapat diceritakan bagaimana Lintang dan Wulan berhasil menemukan cara untuk menghidupkan kembali impian mereka. Setiap detik yang mereka habiskan di dermaga bersama, seolah kembali membawa mereka dalam perahu kertas yang indah dan mengarungi samudra impian mereka.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *