Film Sumala: Kisah Horor yang Mengguncang Layar Lebar Indonesia

Industri perfilman Indonesia pada tahun 2024 diramaikan oleh sebuah karya horor yang berhasil mencuri perhatian publik, yaitu Sumala. Film ini disutradarai oleh Rizal Mantovani, seorang sutradara yang sudah tidak asing lagi di dunia perfilman horor Indonesia berkat karya-karyanya seperti Kuntilanak dan Rumah Kentang. Sumala menghadirkan deretan aktor dan aktris ternama seperti Luna Maya, Darius Sinathrya, dan Makayla Rose Hilli, yang berhasil membawa cerita ini ke tingkat yang lebih hidup dan mencekam.

Film ini diadaptasi dari sebuah kisah urban legend yang menjadi viral di media sosial, khususnya di platform X (sebelumnya Twitter), melalui utas yang ditulis oleh akun @BangBetz_ . Kisah tersebut berkisah tentang seorang anak bernama Sumala yang dikaitkan dengan teror penculikan anak-anak saat matahari terbenam di sebuah desa terpencil di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dengan premis yang menarik dan penuh misteri, Sumala berhasil mencatatkan prestasi luar biasa: lebih dari satu juta penonton di bioskop dan menjadi film terpopuler di Netflix Indonesia setelah dirilis pada Februari 2025.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang film Sumala, mulai dari sinopsis, daftar pemeran, ulasan dan kritik, hingga kontroversi yang menyertainya. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang salah satu film horor tersukses di Indonesia pada tahun 2024.


Sinopsis Film Sumala

Sumala mengambil latar waktu pada tahun 1948 di sebuah desa terpencil di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Cerita berpusat pada kehidupan sepasang suami istri, Soedjiman (Darius Sinathrya) dan Sulastri (Luna Maya), yang telah menikah selama belasan tahun namun belum juga dikaruniai anak. Dalam budaya masyarakat desa yang masih kental pada masa itu, ketidakmampuan memiliki keturunan menjadi tekanan besar bagi Sulastri. Ditambah lagi, Soedjiman mengancam akan menikah lagi jika Sulastri tidak segera hamil, membuat wanita ini semakin terdesak.

Dalam keputusasaan, Sulastri memilih jalan pintas yang kelam: ia mendatangi seorang dukun dan membuat perjanjian dengan iblis demi mendapatkan anak. Permintaannya terkabul, dan Sulastri melahirkan sepasang bayi kembar: Kumala dan Sumala. Namun, kebahagiaan itu segera berubah menjadi mimpi buruk. Sumala lahir dengan kondisi cacat fisik yang mengerikan, sementara Kumala tampak normal. Tidak mampu menerima kenyataan tersebut, Soedjiman memutuskan untuk membunuh Sumala secara diam-diam, meninggalkan Sulastri dalam kesedihan mendalam.

Kumala, yang selamat, tumbuh besar di tengah cercaan dan perlakuan kejam dari warga desa karena kondisi fisik dan mentalnya yang tidak sempurna. Seiring waktu, kehidupan desa mulai terganggu oleh serangkaian kejadian mengerikan: anak-anak menghilang dan ditemukan tewas dengan cara yang tragis setiap hari saat matahari terbenam. Warga desa menuding Kumala sebagai penyebabnya, menyebutnya sebagai pembawa petaka. Namun, Kumala bersikeras bahwa kakaknya, Sumala—yang seharusnya sudah mati—adalah pelaku sebenarnya.

Kisah kemudian mengungkapkan bahwa arwah Sumala yang penuh dendam telah bangkit dari kubur. Didorong oleh kebencian terhadap ayahnya dan warga desa yang menyakiti Kumala, Sumala menjadi sosok supranatural yang menakutkan, menghantui desa dengan teror berdarah. Film ini dipenuhi dengan adegan-adegan gore yang mencolok, suasana desa yang mistis, dan ketegangan yang terus meningkat hingga klimaksnya.

Sumala tidak hanya menawarkan horor fisik, tetapi juga menyisipkan elemen psikologis dan drama keluarga yang tragis. Cerita ini mengajak penonton untuk merenungkan konsekuensi dari keputusan yang diambil oleh para karakternya, sekaligus memberikan pengalaman horor yang memacu adrenalin.


Daftar Pemeran

Keberhasilan Sumala tidak lepas dari kontribusi para aktor dan aktris yang menghidupkan karakter-karakter dalam cerita. Berikut adalah daftar pemeran utama beserta peran mereka dalam film ini:

  1. Luna Maya sebagai Sulastri
    Luna Maya memerankan Sulastri, seorang istri yang terjebak dalam dilema moral dan emosional. Karakternya digambarkan sebagai wanita yang penuh kasih namun putus asa, hingga akhirnya membuat keputusan tragis yang mengubah hidupnya. Penampilan Luna Maya dalam film ini mendapat banyak pujian karena ia mampu menampilkan emosi yang kompleks, mulai dari keputusasaan hingga ketakutan yang mendalam.
  2. Darius Sinathrya sebagai Soedjiman
    Darius Sinathrya berperan sebagai Soedjiman, suami Sulastri yang keras dan pragmatis. Karakternya digambarkan sebagai sosok patriarkal yang tidak bisa menerima ketidaksempurnaan anaknya. Meskipun aktingnya cukup intens, beberapa penonton mengkritiknya karena dianggap kurang mendalami emosi karakter, terutama dalam adegan-adegan krusial.
  3. Makayla Rose Hilli sebagai Sumala dan Kumala
    Makayla Rose Hilli, aktris cilik berusia 12 tahun, menjadi bintang dalam film ini dengan memerankan dua karakter sekaligus: Sumala dan Kumala. Penampilannya luar biasa, terutama dalam menggambarkan perbedaan fisik dan emosional antara kedua karakter. Makayla berhasil mencuri perhatian penonton dan mendapat banyak pujian sebagai salah satu elemen terkuat dalam Sumala.
  4. Ivonne Dahler
    Ivonne Dahler turut berpartisipasi dalam film ini, meskipun perannya tidak disebutkan secara spesifik dalam informasi yang tersedia. Kehadirannya menambah kekayaan dinamika dalam cerita.
  5. Denino Basrial
    Denino Basrial juga menjadi bagian dari pemeran pendukung, meskipun detail perannya tidak dijelaskan secara mendalam.

Selain pemeran utama, Sumala melibatkan sejumlah aktor pendukung yang turut memperkuat suasana cerita. Kolaborasi antara para pemeran dan kru produksi, termasuk sinematografi dan tata rias yang mendukung elemen horor, menjadi kunci kesuksesan visual film ini.


Ulasan dan Kritik

Sumala mendapat sambutan yang beragam dari penonton dan kritikus sejak dirilis. Secara umum, film ini dipuji karena keberhasilannya menciptakan atmosfer horor yang mencekam, didukung oleh skoring musik yang menegangkan dan efek visual yang memukau. Adegan-adegan gore dalam film ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar horor ekstrem, sementara penggambaran desa yang penuh misteri menambah kedalaman cerita.

Penampilan Makayla Rose Hilli sebagai Sumala dan Kumala menjadi sorotan utama. Banyak penonton yang terkesima dengan kemampuannya memerankan dua karakter dengan kepribadian dan ekspresi yang berbeda, terutama mengingat usianya yang masih sangat muda. Luna Maya juga mendapat apresiasi atas aktingnya yang emosional, sementara Darius Sinathrya menerima tanggapan yang lebih bercampur—beberapa menganggapnya kurang meyakinkan dalam peran yang kompleks.

Namun, Sumala tidak luput dari kritik. Sebagian penonton merasa bahwa film ini terlalu mengandalkan adegan gore dan kurang mengembangkan elemen misteri dari urban legend aslinya. Beberapa ulasan menyebutkan bahwa alur cerita terasa lambat di beberapa bagian, dan fokusnya lebih condong ke thriller psikologis daripada horor supranatural murni. Hal ini membuat sebagian penonton yang mengharapkan jumpscare khas film horor merasa sedikit kecewa.

Di sisi positif, penggunaan budaya Jawa yang kental—seperti pakaian tradisional, bangunan desa, dan dialog yang autentik—mendapat pujian karena menambah nuansa lokal yang kuat. Film ini juga berhasil menyajikan narasi yang tragis tentang keluarga, membuatnya lebih dari sekadar hiburan horor biasa.

Secara keseluruhan, Sumala dianggap sebagai film horor yang layak ditonton, terutama bagi mereka yang menyukai kombinasi horor, drama, dan elemen budaya. Kesuksesannya di bioskop dan Netflix menunjukkan bahwa film ini mampu menarik perhatian luas, meskipun tidak sepenuhnya memenuhi ekspektasi semua penonton.


Kontroversi dan Klarifikasi

Kesuksesan Sumala diiringi oleh beberapa kontroversi yang mencuat setelah perilisan. Salah satu isu terbesar adalah protes dari warga Desa Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, yang merasa dirugikan oleh penggambaran dalam film. Meskipun nama desa tidak disebut secara eksplisit, warga khawatir bahwa cerita ini mencoreng citra desa mereka, terutama karena Plumutan sedang berupaya mengembangkan potensi wisata. Kepala Desa Plumutan, Suji Haryanto, menegaskan bahwa cerita dalam film adalah fiksi dan tidak ada kejadian serupa di desanya.

Kontroversi lain muncul terkait lokasi asli “Desa Sumala”. Selain Plumutan, Desa Jlumpang di Kabupaten Semarang juga dikaitkan dengan kisah ini. Namun, warga Jlumpang membantah klaim tersebut melalui sebuah video di YouTube, menyatakan bahwa tidak ada bukti sejarah yang mendukung keberadaan Sumala di desa mereka.

Kebenaran kisah Sumala itu sendiri juga menjadi bahan perdebatan. Meskipun dipromosikan sebagai adaptasi dari kisah nyata, banyak yang meragukan autentisitasnya. Kisah ini pertama kali muncul melalui konten YouTube BANG BETZ Illustration, yang mengklaim mendapat cerita dari seorang warga desa tentang teror Sumala pada 1970-an. Namun, tanpa bukti konkret, sebagian netizen menganggapnya sebagai karangan untuk menarik perhatian.

Pihak produksi, Hitmaker Studios, belum memberikan tanggapan resmi terkait kontroversi ini. Meski begitu, popularitas Sumala tidak tergoyahkan, menunjukkan bahwa publik tetap tertarik meskipun ada keraguan dan protes.


Kesimpulan

Sumala adalah bukti bahwa film horor Indonesia terus berkembang dengan cerita-cerita yang inovatif dan menarik. Dengan mengangkat urban legend yang viral, film ini berhasil menggabungkan elemen horor, gore, dan drama keluarga yang tragis, menjadikannya tontonan yang memorable. Penampilan apik dari Makayla Rose Hilli, didukung oleh Luna Maya dan Darius Sinathrya, menjadi salah satu pilar utama kesuksesan film ini.
Meskipun diwarnai kontroversi terkait lokasi dan kebenaran kisah, Sumala tetap mencatatkan prestasi luar biasa dengan lebih dari satu juta penonton di bioskop dan menduduki peringkat teratas di Netflix Indonesia. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan dampak dari keputusan yang diambil dalam keadaan terdesak.

Bagi penggemar horor, Sumala adalah sajian yang wajib ditonton. Dengan atmosfer mencekam, cerita yang kaya, dan sentuhan budaya lokal, film ini memperkuat posisi perfilman horor Indonesia di kancah domestik maupun internasional. Sumala bukan sekadar film horor biasa—ia adalah cerminan dari kreativitas dan keberanian untuk mengeksplorasi sisi gelap kehidupan manusia.


Tinggalkan Balasan