Firdaus Oiwobo – Pengacara Kontroversial yang Sering Menjadi Sorotan

Firdaus Oiwobo, atau yang memiliki nama lengkap Muhammad Firdaus Oiwobo, adalah seorang pengacara yang telah menjadi sorotan publik di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Dikenal karena gaya berbicaranya yang lantang, tindakan-tindakan yang sering kali kontroversial, dan pernyataan-pernyataan yang fantastis, Firdaus telah mencuri perhatian media dan masyarakat luas. Dari keterlibatannya dalam kasus pencemaran nama baik antara Hotman Paris dan Razman Nasution hingga klaimnya tentang kepemilikan gunung yang mengandung uranium, Firdaus Oiwobo telah menjadi figur yang sulit diabaikan dalam dunia hukum Indonesia.

Namun, di balik popularitasnya, muncul pertanyaan tentang kredibilitas, profesionalisme, dan dampak tindakannya terhadap dunia hukum dan masyarakat. Ulasan ini akan menelusuri latar belakang Firdaus Oiwobo, karier hukumnya, kontroversi yang melingkupinya, serta dampak dari tindakan-tindakannya, sambil tetap berpegang pada fakta yang tersedia dari sumber-sumber yang ada.


Latar Belakang dan Awal Karier

Firdaus Oiwobo lahir pada 7 Juli 1976 di Jakarta. Ia menempuh pendidikan menengah di SMA Muhammadiyah 15 dan melanjutkan studi ke Universitas Islam Syekh Yusuf, di mana ia mengambil program S1 di jurusan Administrasi Negara. Selain itu, ia juga diklaim sebagai lulusan Fakultas Hukum Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, meskipun keabsahan gelar ini menjadi salah satu poin kontroversial yang akan dibahas lebih lanjut. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Firdaus memulai karier sebagai pengacara pada tahun 2018 dengan mendirikan kantor hukumnya sendiri, yaitu Law Firm M. Firdaus Oiwobo SH & Partners, yang berlokasi di Serpong Utara, Tangerang Selatan, Banten.

Selain berkarier sebagai pengacara, Firdaus juga memiliki peran lain yang menunjukkan sisi multitalentanya. Ia merupakan pendiri dan owner dari label musik Guideblack Pro serta vokalis dari band Vertical Blue. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI) dan Ketua Ormas Relawan Militan Prabowo pada Pilpres 2019. Latar belakang ini menggambarkan Firdaus sebagai sosok yang tidak hanya terpaku pada dunia hukum, tetapi juga aktif dalam berbagai bidang lain. Namun, fokus utamanya tetap pada karier hukumnya, yang kemudian menjadi penuh gejolak dan kontroversi.

Karier awal Firdaus sebagai pengacara tidak terlalu menonjol hingga ia mulai terlibat dalam kasus-kasus yang mendapat perhatian publik. Pendirian kantor hukumnya sendiri menunjukkan ambisi untuk membangun nama di dunia advokasi, tetapi perjalanan kariernya dengan cepat berubah menjadi sorotan karena tindakan dan pernyataannya yang tidak biasa. Untuk memahami lebih jauh, kita akan melihat bagaimana Firdaus mulai dikenal melalui kasus-kasus hukum yang kontroversial.


Keterlibatan dalam Kasus Hukum yang Kontroversial

Firdaus Oiwobo mulai mencuat ke permukaan publik melalui keterlibatannya dalam berbagai kasus hukum yang penuh kontroversi. Salah satu kasus yang paling menonjol adalah ketika ia menjadi kuasa hukum Razman Arif Nasution dalam kasus pencemaran nama baik yang dilayangkan oleh Hotman Paris. Kasus ini mencapai puncaknya pada Februari 2025, ketika terjadi insiden yang menghebohkan di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

Dalam sidang tersebut, Firdaus naik ke atas meja saat terjadi kericuhan, sebuah tindakan yang langsung menuai kritik keras dari berbagai pihak, termasuk organisasi advokat. Insiden ini tidak hanya mencoreng nama baik profesi advokat, tetapi juga berujung pada pembekuan berita acara sumpah advokat Firdaus oleh Mahkamah Agung pada 13 Februari 2025. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan perilaku Firdaus yang dianggap tidak pantas dan merusak wibawa pengadilan.

Kasus lain yang menambah daftar kontroversi Firdaus adalah keterlibatannya sebagai kuasa hukum Persatuan Dukun se-Indonesia pada tahun 2022. Ia melaporkan Pesulap Merah, Marcel Radhival, atas dugaan pelanggaran UU ITE setelah Pesulap Merah kerap membongkar trik-trik yang digunakan oleh dukun. Firdaus bahkan menyebut Pesulap Merah sebagai seorang dukun, sebuah pernyataan yang memicu perdebatan sengit di kalangan publik.

Selain itu, pada tahun 2019, Firdaus melaporkan Erin Taulany, istri komedian Andre Taulany, ke polisi atas dugaan penghinaan terhadap Prabowo Subianto, yang saat itu menjadi calon presiden. Ia juga pernah melaporkan KPU dan Jokowi terkait dugaan manipulasi data pada Pilpres 2019, meskipun laporan tersebut tidak membuahkan hasil yang signifikan.

Keterlibatan Firdaus dalam kasus-kasus ini menunjukkan bahwa ia tidak segan untuk mengambil peran dalam isu-isu yang sensitif dan kontroversial. Namun, pendekatannya yang sering kali emosional dan tidak sesuai dengan etika profesi advokat kerap kali menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

Tindakan-tindakan seperti naik ke atas meja di pengadilan atau membuat pernyataan yang provokatif tidak hanya menarik perhatian media, tetapi juga mengundang kritik dari rekan seprofesi dan masyarakat luas. Untuk lebih memahami karakter Firdaus, kita perlu melihat pernyataan-pernyataan kontroversial yang sering ia lontarkan.


Pernyataan Kontroversial dan Klaim Fantastis

Firdaus Oiwobo tidak hanya dikenal karena tindakan-tindakannya di pengadilan, tetapi juga karena pernyataan-pernyataannya yang sering kali fantastis dan sulit dipercaya. Salah satu yang paling mencolok adalah klaimnya tentang kepemilikan gunung yang mengandung uranium.

Dalam sebuah wawancara di podcast dr. Richard Lee pada Februari 2025, Firdaus mengaku memiliki gunung di Parung, Bogor, yang mengandung dua juta metrik ton uranium. Ia bahkan menyatakan bahwa uranium tersebut cukup untuk menghidupi umat manusia di dunia selama 1.000 tahun.

Pernyataan ini langsung memicu kehebohan dan skeptisisme dari publik, terutama karena tidak ada bukti konkret yang mendukung klaim tersebut. Uranium adalah bahan yang sangat diatur oleh negara karena sifatnya yang strategis dan berbahaya, sehingga klaim kepemilikan pribadi atas gunung uranium terdengar sangat tidak realistis.

Selain itu, Firdaus juga pernah mengklaim memiliki aset yang jauh lebih besar dibandingkan Hotman Paris, seorang pengacara terkenal yang dikenal dengan gaya hidup mewahnya. Dalam tayangan di YouTube Silet pada 13 Februari 2025, ia menyatakan, “Kalau duit cash saya rasa saya kalah sama Hotman. Tapi kalau aset, Hotman nggak ada apa-apanya dibanding saya.”

Ia mengklaim memiliki tanah seluas beberapa hektar di Jakarta Selatan, Tangerang, dan kampung halamannya, serta gunung di Parung. Namun, klaim ini kembali dipertanyakan setelah muncul informasi bahwa tanah yang ia sebut sebagai miliknya sebenarnya adalah tanah sengketa dari kliennya, bukan aset pribadi.

Pernyataan-pernyataan Firdaus yang bombastis ini sering kali menjadi bahan olok-olok di media sosial. Banyak netizen yang meragukan kebenaran klaimnya dan menganggapnya sebagai upaya untuk mencari perhatian. Misalnya, pada Maret 2025, Firdaus mengunggah video keakrabannya dengan Charly Van Houten, vokalis Setia Band, yang ia klaim sebagai adik angkatnya.

Meskipun ia mencoba membuktikan kedekatannya, banyak yang menyangsikan kebenaran hubungan tersebut, terutama mengingat riwayat pernyataannya yang sering kali tidak didukung oleh fakta. Pernyataan lain yang kontroversial adalah pengakuannya bahwa ia masih memiliki hubungan keluarga dengan Jokowi, meskipun tidak ada bukti yang mendukung hal ini.

Pola pernyataan Firdaus menunjukkan kecenderungan untuk membangun citra yang lebih besar dari kenyataan. Namun, tanpa bukti yang kuat, klaim-klaim ini justru merusak kredibilitasnya dan membuatnya menjadi sasaran kritik dan ejekan. Selanjutnya, kita akan membahas kontroversi lain yang lebih mendasar, yaitu status pendidikan dan lisensi advokatnya.


Kontroversi Pendidikan dan Status Advokat

Salah satu aspek yang paling kontroversial dari Firdaus Oiwobo adalah status pendidikan dan lisensi advokatnya. Setelah insiden di pengadilan pada Februari 2025, Universitas Ibnu Chaldun Jakarta mengeluarkan pernyataan bahwa tidak ada data mahasiswa atau alumni dengan nama Firdaus Oiwobo.

Hal ini memunculkan pertanyaan serius tentang keabsahan gelar Sarjana Hukum yang ia klaim. Dalam sistem hukum Indonesia, salah satu syarat utama untuk menjadi advokat adalah memiliki gelar Sarjana Hukum dari institusi yang diakui. Jika Firdaus tidak memiliki gelar yang sah, maka statusnya sebagai advokat menjadi tidak legitimate.

Kontroversi ini semakin memanas ketika Mahkamah Agung memutuskan untuk membekukan berita acara sumpah advokat Firdaus Oiwobo dan Razman Arif Nasution pada 13 Februari 2025. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan perilaku Firdaus yang naik ke atas meja di pengadilan, yang dianggap merusak wibawa organisasi, profesi advokat, dan marwah pengadilan.

Kongres Advokat Indonesia (KAI) juga mencabut kartu tanda anggota (KTA) dan surat keputusan (SK) Firdaus, serta mengusulkan kepada Pengadilan Tinggi Banten dan Mahkamah Agung untuk mencabut berita acara sumpahnya secara permanen. Jika usulan ini diterima, Firdaus akan dilarang berpraktik sebagai advokat di seluruh Indonesia.

Kontroversi ini menunjukkan bahwa status Firdaus sebagai advokat tidak hanya dipertanyakan karena perilakunya, tetapi juga karena keabsahan pendidikannya. Tanpa gelar hukum yang sah, semua kasus yang ia tangani bisa dianggap bermasalah secara hukum, yang pada gilirannya memengaruhi klien-kliennya. Hal ini juga menambah lapisan keraguan terhadap profesionalisme dan integritasnya sebagai pengacara.


Dampak Tindakan Firdaus Oiwobo

Tindakan dan pernyataan Firdaus Oiwobo memiliki dampak yang signifikan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi dunia hukum di Indonesia. Pertama, insiden di pengadilan telah mencoreng citra profesi advokat. Tindakan Firdaus yang naik ke atas meja dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap etika dan tata krama di ruang sidang, yang seharusnya menjadi tempat yang dihormati. Hal ini tidak hanya merugikan dirinya, tetapi juga memengaruhi persepsi publik terhadap integritas advokat secara keseluruhan.

Kedua, pernyataan-pernyataannya yang kontroversial, seperti klaim tentang gunung uranium, telah menimbulkan kebingungan dan skeptisisme di kalangan masyarakat. Meskipun beberapa orang mungkin menganggapnya sebagai hiburan, klaim-klaim yang tidak didukung oleh fakta dapat merusak kepercayaan publik terhadap figur-figur hukum dan institusi yang mereka wakili. Selain itu, tindakan Firdaus yang sering kali impulsif dan emosional dapat memengaruhi jalannya proses hukum, seperti yang terlihat dalam kasus PSN PIK2 pada Maret 2025, di mana ia kembali terlibat dalam adu mulut dan harus ditarik paksa dari ruang sidang.

Ketiga, dampak pribadi bagi Firdaus juga tidak bisa diabaikan. Pada Maret 2025, beredar kabar bahwa kondisi keuangan Firdaus terimbas oleh ucapan Hotman Paris, yang menyebutnya memiliki utang di warung sebesar Rp500 ribu. Meskipun Firdaus membantah tuduhan tersebut, ia mengakui bahwa banyak kliennya yang memutus kontrak dengannya. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan dan pernyataannya telah memengaruhi reputasinya sebagai pengacara, yang pada akhirnya berdampak pada karier dan kehidupan pribadinya.


Perspektif dan Reaksi Publik

Reaksi publik terhadap Firdaus Oiwobo sangat beragam. Sebagian masyarakat menganggapnya sebagai sosok yang menghibur dan berani, terutama karena gaya bicaranya yang lantang dan tidak takut melawan figur-figur terkenal seperti Hotman Paris. Namun, banyak juga yang mengkritiknya karena dianggap tidak profesional dan merusak citra dunia hukum.

Misalnya, dalam kasus sidang PSN PIK2, netizen mempertanyakan kehadiran Firdaus di persidangan meskipun berita acara sumpah advokatnya telah dibekukan. Ada pula yang mempertanyakan pangkat yang terlihat di pundaknya dalam video persidangan, dengan komentar sinis seperti, “Tu pangkat dari kesatuan mana?”

Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa Firdaus adalah korban dari sistem hukum yang tidak adil atau media yang terlalu sensasional. Beberapa pendukungnya berargumen bahwa tindakan Firdaus di pengadilan adalah bentuk protes terhadap ketidakadilan, meskipun cara yang ia pilih dianggap tidak tepat. Namun, pandangan ini minoritas, dan mayoritas publik cenderung melihatnya sebagai figur yang lebih banyak mudarat daripada manfaat.


Kesimpulan

Firdaus Oiwobo adalah sosok yang penuh kontroversi dalam dunia hukum Indonesia. Dari latar belakang pendidikannya yang dipertanyakan hingga tindakan-tindakannya di pengadilan yang melanggar etika, Firdaus telah menjadi simbol dari tantangan dalam profesi advokat. Pernyataan-pernyataannya yang fantastis dan sering kali tidak didukung oleh fakta hanya menambah keraguan terhadap kredibilitasnya. Meskipun ia memiliki pendukung yang melihatnya sebagai sosok yang berani, dampak negatif dari tindakannya jauh lebih besar, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi profesi yang ia wakili.

Kasus Firdaus Oiwobo mengajarkan bahwa integritas dan profesionalisme adalah kunci dalam menjaga kepercayaan publik terhadap dunia hukum. Tindakan impulsif dan klaim yang tidak berdasar dapat merusak reputasi seseorang dan mencoreng profesi yang seharusnya dihormati. Untuk maju, dunia hukum Indonesia memerlukan figur-figur yang tidak hanya berani, tetapi juga bijaksana dan bertanggung jawab—kriteria yang, sayangnya, belum terpenuhi oleh Firdaus Oiwobo.

Satu pemikiran pada “Firdaus Oiwobo – Pengacara Kontroversial yang Sering Menjadi Sorotan”

Tinggalkan Balasan