Bagaimana kabar kawan komunitas blogger Jombang hari ini? Semoga anda selalu dilimpahi Tuhan dengan kesehatan dan kesuksesan selama beraktivitas di masa pandemi ini. Ngomong-ngomong soal pandemi, akhir-akhir ini Anda pasti lebih sering berada di rumah, bukan? Setelah melalui masa karantina pribadi selama beberapa bulan ini tentu saja Anda makin memahami dan menyadari arti penting kehidupan sosial dengan tetangga di sekitar rumah. Para remaja pun perlu menyadari pentingnya membina persahabatan remaja dengan tetangga di sekitar rumah. Lalu, bagaimanakah cara membina persahabatan remaja antar tetangga?
Restiani (2015) menjelaskan secara umum pola pikir lingkungan keluarga saat ini terfokus pada ketidakmampuan remaja, kelemahan serta kesalahan mereka. Hal ini menyebabkan remaja tidak dapat berekspresi dan menemukan identitas dirinya. Sudah menjadi tugas bagi setiap anggota keluarga untuk merubah pola pikir semacam itu untuk mendukung setiap remaja agar dapat tumbuh menjadi manusia dewasa secara baik dan benar. Orang tua dan masyarakat hendaknya mendukung kegiatan-kegiatan remaja yang menjadi wadah bagi mereka untuk berkreasi dan berinovasi menuju kehidupan yang lebih baik.
Sayangnya, masih banyak masyarakat yang berpikir bahwa remaja adalah sumber permasalahan dari keributan antar tetangga. Berbagai permasalahan sosial pun kerapkali diarahkan kepada pergaulan remaja. Dampak utama dari pola pikir semacam itu terhadap remaja adalah timbulnya krisis identitas diri. Krisis identitas pada remaja menyebabkan timbulnya krisis moralitas, krisis kepercayaan diri, krisis intelektual dan krisis spiritual. Tentu saja Anda tidak ingin berbagai macam krisis itu terjadi pada kehidupan remaja. Oleh karena itu Anda harus berperan aktif dalam mendukung kegiatan remaja yang bersesuaian dengan norma-norma kehidupan bermasyarakat.
Identitas adalah karakter utama manusia. Jika pada masa remaja tidak dapat mengenal identitasnya maka dia akan mengalami kesulitan untuk berkembang di masa depan. Dampak dari ketidakmampuan mengenali identitas diri remaja adalah timbulnya berbagai permasalahan remaja seperti rasa putus asa, meningkatnya kriminalitas remaja, kemerosotan moral, kebodohan generasi muda, serta tidak memiliki nilai-nilai manusia yang luhur. Dampak terbesar dari semua itu adalah tidak ada dukungan sepenuhnya dari keluarga karena berbagai faktor.
Kita seharusnya memberikan lebih banyak ruang kepada kelompok remaja untuk berekspresi dan berkreasi sesuai dengan bidang yang dimilikinya. Perbaikan yang dapat dilakukan secara garis besar adalah membangun kesatuan di lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Dari munculnya kesatuan keluarga maka muncullah lingkungan yang positif pada diri remaja. Selanjutnya remaja memiliki perasaan harmonis, sikap terbuka, saling mendukung, dan berbagai kesan positif lainnya terhadap keluarganya sendiri. Hal itu sangat penting bagi perkembangan mental remaja maupun setiap anggota keluarga lainnya karena interaksi tersebut merupakan simbiosis mutualisme, yaitu hubungan yang saling menguntungkan.
Hubungan yang saling menguntungkan pada remaja akan berdampak bagus pada kehidupan bertetangga para remaja. Oleh sebab itu, remaja pun perlu memahami prinsip bertetangga antara sebayanya. Kaum remaja perlu membangun persahabatan dengan tetangganya. Jika terdapat perbedaan dalam aktivitas bersahabat, tentu remaja harus mendapatkan bimbingan dari orang tua dan lingkungannya.
Bagaimana dengan pengalaman Anda mendampingi para remaja membangun persahabatan di sekitar lingkungan tempat tinggal Anda? Silakan berbagi pengalaman pada kolom komentar dibawah ini.
Tanpa dibentuk pun sebenarnya karakter seorang anak sudah diturunkan dari DNA orangtuanya. Anak-anak sejak kecil melihat langsung perilaku orang tuanya sehingga tercetak dengan jelas dalam ingatan anak bahwa perilaku orang tuanya adalah hal yang harus ia tiru. So, berhati-hatilah wahai orang tua ketika kalian bertindak di depan pandangan mata seorang anak.