Tidak ada yang lebih mengasyikkan bagi Mirsa selain menari dan mengekspresikan diri melalui kesenian Kuda Lumping. Sejak kecil, Mirsa telah dididik oleh sang kakek yang merupakan salah satu seniman Kuda Lumping terbaik di kota itu. Hidup Mirsa penuh lika-liku namun kesenian Kuda Lumping menjadi pelarian dan penyenang hati baginya.
Sebagai seniman jalanan, Mirsa harus pintar mencari celah untuk tampil menghibur masyarakat dengan kesenian kuda-lumpingnya. Namun, beberapa kali ia harus berurusan dengan aparat penegak hukum yang mengganggu acaranya. Tetapi semangat Mirsa untuk mempertahankan kesenian Kuda Lumping tak pernah padam.
Suatu hari, tanpa disangka datang seorang pengusaha kaya yang menawarkan sumber pendanaan dan dukungan kepada Mirsa dan teman-temannya asalkan mereka mau menampilkan kesenian Kuda Lumping dalam festival seni tahunan yang diadakan di kawasan konglomerat. Mirsa merasa inilah kesempatan terbaik untuk memperkenalkan kuda lumping kepada masyarakat luas dan melawan stigma terhadap seniman jalanan.
Namun, ada satu tantangan yang harus mereka hadapi: pesaing di festival tersebut memiliki sumber daya lebih besar dan dukungan dari para pejabat setempat. Meski begitu, Mirsa dan kawan-kawannya tidak gentar. Pasukan Kuda Lumping mereka tetap akan berkibar, dan kesenian para leluhur mereka tak akan lekang oleh waktu.
Mereka pun berlatih lebih keras dan mendapat pengalaman, serta mendukung satu sama lain sebagai sebuah keluarga. Waktu demi waktu berlalu, dan saatnya festival tiba. Setelah melewati rintangan, hujatan yang menyakitkan, dan bahkan sabotaase dari pesaing, akhirnya tampilan mereka menjadi persembahan terindah di atas panggung festival.
Keindahan dan keanggunan tarian Kuda Lumping mencuri perhatian banyak orang, termasuk para pejabat dan pengusaha yang sempat merendahkan mereka. Seketika, angin berubah. Seniman Kuda Lumping tampil menawan dan meraih pengakuan.
Dalam perjuangan tari Kuda Lumping ini, Mirsa bersama teman-temannya membuktikan bahwa esensi kesenian bukan hanya pada fasilitas dan dukungan dana semata, melainkan juga pada kecintaan dan ketekunan hati para seniman. Melalui determinasi mereka, mereka berhasil meraih apa yang mereka inginkan semula: pengakuan dan penghargaan atas keseniannya.
Kemenangan ini membawa perubahan bagi Mirsa dan teman-temannya, serta masyarat kota. Kesenian Kuda Lumping kini semakin mendapat penghargaan dan dukungan, serta peluang bagi seniman jalanan untuk unjuk gigi di pentas-pentas yang lebih besar.
Kisah perjuangan Mirsa dan teman-temannya ini merupakan simbol perjuangan banyak seniman jalanan di seluruh penjuru dunia. Lewat usaha keras dan ketekunan, mereka bisa meraih kesuksesan di dunia seni dan mengubah cara dunia melihat seniman jalanan serta kesenian-kesenian yang melintasi batasan.