Candi Brahu terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Seperti bangunan-bangunan kuno yang terdapat di Trowulan, Candi Brahu terbuat dari bata yang direkatkan satu sama lain dengan sistem gosok. Denah bangunan bujur sangkar dan arah hadapnya ke barat dengan azimut 227°. Ukuran bangunannya dengan tinggi 25,7 m serta lebar 20,70 m.
Struktur bangunan candi peninggalan Kerajaan Majapahit ini terdiri dari kaki, tubuh dan atap. Kaki candi terdiri dari bingkai bawah, tubuh serta bingkai atas. Bingkai tersebut terdiri dari pelipit rata, sisi genta dan setengah lingkaran. Dari penelitian yang terdapat pada kaki candi diketahui terdapat susunan bata yang strukturnya terpisah, diduga sebagai kaki candi yang dibangun pada masa sebelumnya.
Ukuran kaki candi lama ini 17 x 17 m. Dengan demikian struktur kaki yang tampak sekarang merupakan tambahan dari bangunan sebelumnya. Kaki Candi Brahu terdiri dari dua tingkat dengan selasarnya serta tangga di sisi barat yang belum diketahui bentuknya dengan jelas. Bagian tubuh Candi Brahu sebagian merupakan susunan bata baru yang dipasang pada masa pemerintahan Belanda.
Denah Candi Brahu berukuran 10 x 10,50 m dan tinggi 9,6 m. Di dalamnya terdapat bilik berukuran 4 x 4 m, namun kondisi lantainya telah rusak. Pada waktu pembongkaran struktur bata pada bilik ini ditemukan sisa-sisa arang yang kemudian dianalisa di Pusat Penelitian Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Yogyakarta. Hasil analisa menunjukkan bahwa pertanggalan radio carbon arang Candi Brahu berasal dari masa antara tahun 1410 hingga 1646.
Atap Candi Brahu tingginya kurang lebih 6 m. Pada sudut tenggara atap terdapat sisa hiasan berdenah lingkaran yang diduga sebagai bentuk stupa. Berdasar gaya bangunan serta profil sisa hiasan berdenah lingkaran pada atap candi yang diduga sebagai bentuk stupa, para ahli menduga bahwa Candi Brahu bersifaf Budhis.
Selain itu diperkirakan Candi Brahu umurnya lebih tua dibandingkan dengan candi-candi yang ada di Situs Trowulan. Dasar dugaan ini adalah Prasasti Alasantan yang ditemukan tidak jauh dari Candi Brahu. Prasasti dikeluarkan oleh Raja Mpu Sindok pada tahun 861 S atau 939 M, di antara isinya menyebutka nama sebuah bangunan suci yaitu waharu atau warahu. Nama inilah yang diduga sebago nama Candi Brahu sekarang. Candi Brahu dipugar pada tahun 1990 sampai 1995.
Mari lestarikan kekayaan budaya Nusantara!
Tinggalkan Balasan