Pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan bernama Indralaya, hiduplah seorang permaisuri yang cantik jelita bernama Rara Sundari. Kerajaan Indralaya adalah salah satu kerajaan terbesar dan kaya raya di nusantara. Aspek ini membuat banyak panglima dan pahlawan ingin menjalaninya. Salah satunya adalah seorang panglima keras dan arogan bernama Tumenggung Kumbang.
Tumenggung Kumbang terkenal sebagai panglima yang memiliki ilmu pengasih dari leluhur. Namun, kekuatan itu justru dicampuradukkan dengan nafsu dan ambisinya untuk mendapatkan Rara Sundari. Ia merasa dirinya adalah satu-satunya pria yang pantas memiliki Sang Permaisuri. Tidak hanya itu, Tumenggung Kumbang juga telah melakukan banyak tindakan kejam terhadap rakyat jelata demi mengejar kekuasaan dan kekayaan. Para punggawa kerajaanpun iri hati dan takut akan kekuatan Tumenggung Kumbang.
Suatu hari, RaraSundari mengajak rombongan kerajaan untuk berpesta mengenang arwah sang raja. Dalam kegelapan malam yang disulap menjadi gemerlap, Rara Sundari menari dengan anggun dan memukau para tamu undangan, termasuk Tumenggung Kumbang. Dia semakin merasa terpikat dan begitu yakin bahwa RaraSundari akan jatuh ke tangannya. Namun, RaraSundari justru telah merencanakan sebuah jebakan untuk Tumenggung Kumbang.
Pada akhir penampilan, Rara Sundari menatap tajam Tumenggung Kumbang yang duduk di kursi utama. Para tamu undangan sontak terdiam ketika melihat iringan anak panah yang ditembakan RaraSundari mengarah langsung ke arah Tumenggung Kumbang.
Dalam sekejab, Tumenggung Kumbang melawan dan mengelak saat anak-anak panah menerjangnya. Namun, RaraSundari menembakkanlah anak panah terakhir yang menyertakan mantra dari leluhurnya. Tiba-tiba Tumenggung Kumbang merasa tak berdaya, tubuhnya berubah menjadi hitam legam dan tampak keriput seraya kaku. Para tamu undangan sempat terdiam sejenak, tetapi kemudian mereka bersorak sorai memujikan kebijaksanaan RaraSundari.
“Diamlah semua! Aku tidak ingin kematian Panglima Kumbang ini disoraki seperti pahlawan! Tetapi izinkanlah aku mengajari kalian satu pelajaran, bahwa tak seorang pun boleh merasa berhak dan memiliki ambisi yang merugikan orang lain,” kata RaraSundari dengan tegas.
Setelah peristiwa ini, para punggawa kerajaan dan warga pun menyadari begitu bijaksananya sang permaisuri. Mereka kembali tenteram menjalani kehidupan, dan kerajaan Indralaya kembali dikenal sebagai kerajaan yang rukun, adil, dan sejahtera. RaraSundari pun dijuluki Sang Permaisuri Sakti dan menjadi legenda yang dikenang hingga saat ini.
Tewasnya Panglima Kumbang oleh Sang Permaisuri bukan hanya cerita mengenai keadilan dan perjuangan melawanani, namun juga menjadi simbol penting bagaimana seorang perempuan pejuang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan menjaga kesejahteraan rakyatnya.