Pada suatu pagi di sebuah desa kecil yang damai, sebuah fenomena aneh terjadi. Adzan Subuh berkumandang lebih dini dari biasanya, padahal langit masih pekat dan matahari belum muncul di ufuk timur. Penduduk desa yang masih terlelap, terbangun dari tidurnya dan merasa bingung.
Seorang pria tua bernama Pak Udin, kepala desa yang bijaksana, merasa penasaran dan ingin mengetahui penyebab adzan subuh yang dipercepat itu. Ia keluar rumah dan melihat para warga desa yang mulai berkumpul di masjid, bingung, dan bertanya-tanya.
Pak Udin segera memutuskan untuk memeriksa sang muezzin yang biasa mengumandangkan adzan di desa tersebut, bernama Haji Musa. Ia menemui Haji Musa di biliknya yang berada tepat di samping masjid desa. Setelah bersalaman, Pak Udin langsung menanyakan alasan kenapa adzan subuh tadi terdengar lebih cepat dari biasanya.
Haji Musa nampak bingung dan menjawab, “Saya tidak tahu, Pakin. Saya tadi bangun seperti biasa, melihat jam, dan kemudian mengumandangkan adzan. Saya tidak menyadari adzan subuh tadi lebih cepat dari biasanya.”
Pernyataan Haji Musa semakin membuat Pak Udin penasaran. Ia meminta Haji Musa menunjukkan jam tangannya. Pak Udin melihat jam tangan Haji Musa dan menemukan bahwa jarum jam itu telah digerakkan maju satu jam. Merasa yakin ada yang sengaja mengganti waktu di jam tangan Haji Musa, Pak Udin segera menyelidiki siapa pelakunya.
Pak Udin menanyai seluruh warga desa yang mulai berkumpul di masjid, apakah ada yang tahu mengenai jam tangan Haji Musa. Salah seorang warga, seorang anak kecil bernama Dika, mengangkat tangannya dan mengaku telah mengganti waktu jam tangan Haji Musa. Dia beralasan bahwa ia ingin sekolah libur lebih cepat hari itu karena ingin bermain bola bersama teman-temannya.
Mendengar pengakuan Dika, Pak Udin tersenyum bijaksana. Ia mengajak Dika untuk berbicara empat mata. Pak Udin menjelaskan pentingnya kejujuran dan tanggung jawab, serta dampak dari perbuatannya yang tidak hanya mengganggu kehidupan warga desa tetapi juga menghormati waktu yang ditetapkan oleh agama.
Dika merasa menyesal dan meminta maaf kepada seluruh warga desa serta Haji Musa. Ia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya dan akan lebih menghargai waktu dan tata tertib yang telah ditetapkan. Warga desa menerima permintaan maaf Dika dan memberinya pelajaran berharga tentang kejujuran serta tanggung jawab.
Sejak kejadian itu, Adzan Subuh di desa kembali terdengar tepat waktu dan Dika menjadi anak yang lebih baik dan disiplin. Semua warga desa berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi generasi muda untuk selalu menghargai waktu dan menjalani kehidupan dengan penuh tanggung jawab dan kejujuran.