Hari Patah Hati di Hari Raya

Pemuda bernama Arif merasa hidupnya sempurna. Ia memiliki karier yang bagus, keluarga yang harmonis, dan pasangan hidup yang ia cintai, seorang gadis yang selama ini menjadi teman dekatnya yaitu Widya. Arif dan Widya telah bertunangan selama satu tahun dan memiliki rencana untuk menikah setelah perayaan Idul Fitri nanti.

Seiring berjalannya waktu, persiapan pernikahan pun semakin menegangkan. Namun Arif dan Widya saling mendukung satu sama lain. Mereka sudah tidak sabar untuk menjalani hidup bersama, mendukung satu sama lain, dan melangkah bersama dalam suka dan duka.

Suatu hari menjelang Idul Fitri, Arif harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Meskipun kerap menyapa lewat pesan dan telepon, Arif merasa kerinduan yang mendalam pada Widya. Ia tidak sabar ingin segera pulang ke kampung halaman dan merayakan hari raya bersama keluarga dan tunangannya.

Namun, takdir mengejutkan Arif dengan kabar buruk di detik-detik ia bersiap untuk perjalanan pulang. Seorang temannya, Rizal, mengirimkan pesan singkat padanya dengan foto Widya yang sedang bersama pria lain. Arseny, itulah nama pria yang selama ini merupakan rival yang diam-diam mencoba mendekati Widya.

Arif merasa batinnya terancam. Refleks penuh amarah dan dendam, hatinya bergemuruh membatu. Ia menahan rasa sakit yang mendalam, menimbunnya dengan masalah yang hendak dihadapinya kelak.

Begitu tiba di kampung halaman, Arif yang semula berkendara dengan riang, membenarkan penampilannya untuk bertemu Widya. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah calon besannya yang wajahnya kini tampak pucat pasi oleh penyesalan.

Terdiam dan tegang, Arif menyambut kehadiran calon mertua dan keluarga dengan sejuta kepalsuan. Sejam berlalu, hingga beraneka ragam camilan telah dipersembahkan, mereka semua tampak menikmati perayaan yang berlangsung.

Tiba-tiba, Arif berdiri dan menghampiri Widya yang sedari tadi terlihat canggung. Dengan berani, ia menunjukkan foto yang menandakan kekhianatan Widya. Ruangan itu terdiam. Semua orang tampak terkejut, dan Widya merasa terhina, bersamaan dengan air mata jatuh dan meronta.

“Saya membatalkan rencana pernikahan ini,” ujar Arif dengan suara yang mantap namun hatinya lagi merutuk syahdu. “Hari ini adalah hari patah hati di hari raya. Saya tidak bisa menerima orang yang telah mengkhianati saya, bagaimana pun sebelumnya saya mencintainya.”

Widya mencoba memberikan penjelasan kepada Arif, namun tanpa perlu mendengar lebih lanjut, Arif segera meninggalkan rumah dengan sakit hati yang tak terbayangkan. Ia kembali ke rumah dengan perasaan hancur dan kecewa, menangis sepanjang malam.

Waktu terus berjalan dan satu tahun setelah kejadian itu, Arif sudah bangkit dari keterpurukan hati. Ia mulai mendiami tempat tinggal yang baru, pamit dari asalah lalu, dan melanjutkan kisah hidupnya tanpa Widya. Namun, di suatu pagi Butir-butir dewa di hari raya, Arif masih merasakan rasa sakit itu, walaupun kini hanya sebagai kenangan yang tak pernah hilang sepenuhnya.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *