Jembatan Terputus

Sinar mentari pagi mulai menerpa perbukitan kecil di desa itu. Di sebuah rumah kecil, dua saudara, Rama dan Shinta, terduduk di teras sambil menatap jauh ke arah jembatan. Mereka sudah lama tidak berbicara satu sama lain, persaudaraan mereka retak akibat salah paham yang terjadi beberapa tahun lalu.

Beberapa tahun lalu, di sebuah malam yang gelap, sebuah kecelakaan mobil menyebabkan orang tua Rama dan Shinta meninggal. Kedua saudara itu diduga terlibat dalam peristiwa tersebut dan mulai saling menyalahkan satu sama lain. Rama yakin bahwa Shinta lah yang seharusnya mengemudikan mobil saat itu, sedangkan Shinta merasa Rama yang seharusnya mempertanggungjawabkan keadaan mobil yang tidak layak.

Hari berganti menjadi bulan, bulan berubah menjadi tahun, perseteruan mereka semakin kuat. Mereka bahkan tidak lagi berbicara satu sama lain. Persaudaraan mereka terputus oleh rasa saling menyalahkan dan dendam yang membara.

Pada pagi itu, ketika sinar mentari mulai menyinari desa itu, sebuah kejutan mulai terungkap. Sebuah berita dari polisi desa menyampaikan bahwa kecelakaan tersebut sebenarnya disebabkan oleh kesalahan mekanis mobil yang tidak terdeteksi sebelumnya. Tidak ada yang salah dalam penugasan pengemudi saat itu. Rama dan Shinta memandang satu sama lain dengan tatapan penuh permakluman.

“Aku minta maaf, Shinta. Selama ini aku salah,” kata Rama dengan suara terbata-bata.

Shinta terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Maafkan aku juga, Rama. Kita sama-sama kehilangan orang tua kita dan salah paham ini hanya memperburuk semuanya.”

Kedua saudara itu akhirnya berpelukan dalam kehangatan yang telah lama mereka rindukan. Persaudaraan yang terputus akhirnya kembali utuh, dan jembatan hati mereka yang terputus akibat salah paham telah berhasil direkonstruksi.

Dari situ, mereka belajar satu pelajaran berharga: kadang, kita perlu melepaskan ego dan mendengarkan dengan hati yang tulus untuk mengatasi perselisihan. Dan terkadang, kesalahan paham dapat memutuskan jembatan persaudaraan yang sebenarnya kuat.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *