Apa kabar sobat blogger Jombang dan blogger Indonesia? Blog The Jombang Taste kembali hadir menyapa Anda melalui artikel informasi obyek wisata di Kota Jombang. Kota Jombang selama ini dikenal sebagai kota santri. Sebutan tersebut diberikan karena mayoritas penduduk Jombang beragama Islam. Selain itu, Kota Jombang juga banyak dipenuhi bangunan pondok pesantren. Mulai dari Pondok Pesantren Tebuireng di selatan, Pondok Pesantren Rejoso di timur, Pondok Pesantren Tambakberas di utara, dan Pondok Pesantren Denanyar di barat.
Namun, tahukah Anda bahwa gereja tertua di Jawa Timur ternyata juga berada di Kabupaten Jombang? Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang terletak di Mojowarno diklaim sebagai gereja tertua di Jawa Timur. Bangunan gereja ini diperkirakan dibangun pada tahun 1700-an pada masa penjajahan Belanda. Sungguh sebuah fakta yang unik dan menarik banyak peneliti bahwa Kota Jombang yang saat ini menjadi salah satu pusat pengembangan pendidikan berbasis Islami justru memiliki bangunan gereja yang usianya lebih tua dari gereja manapun di Provinsi Jawa Timur.
Untuk mencapai GKJW Mojowarno, Anda bisa menggunakan kendaraan darat dari arah Surabaya. Dari Surabaya, perjalanan menuju ke arah selatan melewati Krian, Mojokerto, dan Mojoagung. Sesampai Tugu Bambu Runcing di Mojoagung, perjalanan wisata belok ke kiri. Landmark ini sangat terkenal. Anda tidak akan kesasar karena tepat di sudut Tugu Bambu Runcing terdapat kantor Polsek Mojoagung. Setelah itu, perjalanan lanjut ke Mojowarno yang berjarak 8 kilometer dari Mojoagung. Lokasi GKJW Mojowarno tepat berada di sebelah utara RSK Mojowarno.
Daya tarik GKJW Mojowarno adalah arsitektur bangunannya yang berciri khas negara Belanda. Ciri tersebut ditandai dengan jendela-jendela besar, cerobong asap, menara lonceng, dan ornamen yang digunakan di dalam gereja. Gereja Mojowarno terletak tepat di depan Rumah Sakit Kristen (RSK) Mojowarno. Sama seperti halnya GKJW Mojowarno, RSK Mojowarno juga merupakan bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang tetap dilestarikan hingga sekarang.
Kompleks GKJW Mojowarno dilengkapi dengan fasilitas sekolah TK, SD, SMP dan SMU. Tidak jauh dari GKJW, terdapat kantor kecamatan Mojowarno dan lapangan sepakbola Mojowarno. Berkumpulnya pusat layanan masyarakat dan obyek wisata di Mojowarno ini menjadikan tempat tersebut selalu ramai pengunjung. Jalur transportasi yang lancar dan akses komunikasi yang andal mendukung terwujudnya Mojowarno sebagai tujuan wisata di Jawa Timur.
Festival Unduh-unduh Mojowarno
Fakta menarik lain seputar tempat wisata di Jombang ini adalah adanya acara yang dinamakan Festival Unduh-unduh. Nama Unduh-unduh kurang lebih berarti masa panen. Kegiatan Unduh-unduh semacam acara sedekah bumi. Tapi karena Mojowarno tidak memiliki garis pantai, maka sedekah bumi dilaksanakan dalam bentuk lelang amal. Sejumlah dusun di Kecamatan Mojowarno mengikuti Unduh-unduh secara rutin setiap tahun. Para peserta pada umumnya berasal dari Dusun Mojodukuh, Dusun Mojowangi, Dusun Sanggararum, Dusun Sukobendu, Dusun Kayen, Dusun Mojowarno, Dusun Mojojejer, dan sejumlah dusun lain di wilayah kecamatan Mojowarno.
Pelaksanaan Unduh-unduh tahun ini pun berjalan dengan meriah. Beragam acara dilaksanakan di area sekitar GKJW Mojowarno. Mulai dari pawai budaya, lelang amal, pasar malam, pementasan wayang kulit, dan aneka hiburan rakyat lainnya. Pada Sabtu, 7 Mei 2016 lalu telah dilaksanakan pagelaran wayang kulit di halaman SMP Kristen Mojowarno, tak jauh dari GKJW Mojowarno. Masyarakat sekitar Mojowarno tampak menghadiri pentas seni wayang kulit sejak pukul tujuh malam sampai dini hari. Para pedagang lokal pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menjual barang dagangan mereka.
Puncak acara Unduh-unduh tentu saja pada Pawai Budaya dan Lelang Amal yang dilaksanakan pada hari Minggu, 8 Mei 2016. Bisa ditebak, setiap kali Unduh-unduh berlangsung, jalan raya depan RSK Mojowarno dipastikan macet. Lautan manusia membanjiri acara tahunan di Mojowarno ini. Wisatawan yang datang ke Unduh-unduh Mojowarno ternyata bukan hanya warga Jombag saja, bahkan ada jemaat geraja yang khusus datang dari luar kota untuk menyaksikan Unduh-unduh. Bukan cuma itu, sejak lama GKJW Mojowarno memiliki hubungan erat dengan warga keturunan Belanda yang dulu sempat menjajah Indonesia. Mereka pun tampak hadir di perhelatan Unduh-unduh Mojowarno ini.
Terlepas dari label agama apa yang melatarbelakangi pelaksanaan Unduh-unduh di Mojowarno, acara tersebut telah menjadi salah satu ikon tahunan Kota Jombang. Kemajemukan budaya dan agama yang berkembang di Jombang telah mengajarkan warganya untuk dapat hidup secara gotong-royong dan bertoleransi. Hal itulah yang mendukung Unduh-unduh Mojowarno sebagai salah satu tujuan wisata tahunan selain Festival Kenduren Wonosalam yang fenomenal. Mari kenali kekayaan budaya Kota Jombang dengan jalan-jalan keliling Mojowarno!
Unduh-unduh Mojowarno rame sekali. Rugi kalau tidak datang. Tulisan yang bagus, bro!
Salut untuk Kota Jombang yang bisa mengembangkan toleransi kehidupan beragama dengan baik. Meskipun banyak pondok pesantren berdiri di Jombang namun gereja tertua di Jawa Timur justru berada di Kota Jombang. Juga bahkan pemeluk agama Konghucu Hindu dan Budha juga hidup rukun di wilayah Jombang Selatan. semoga kerukunan ini tetap terjaga.