Pada zaman dahulu, di sebuah desa ke anak Pak Lurah yang bernama Wira. Wira adalah anak yang tampan dan baik hati, namun ia selalu gagal mendapatkan jodoh.
Suatu hari, Wira mendengar tentang cerita fiksi kutukan seorang ibu yang murka pada anaknya, karena putrinya tidak juga mendapatkan jodoh. Isak tangis ibu tersebut menggema di desa, dan membuat seluruh penduduk terkaget-kaget.
Putri pemurkaan itu bukan lain adalah Amanda, seorang gadis anggun dan cantik. Amanda memiliki segudang kelebihan, namun entah mengapa, ia selalu menemui kegagalan saat ingin menikah.
Suatu malam, Amanda menemui nenek moyangnya yang sudah tiada dalam mimpi. “Aku tahu mengapa kamu tidak kunjung mendapatkan jodoh,” kata arwah nenek dalam mimpi itu. “Kutukan itu bukanlah fiksi semata, Amanda. Aku mengutukmu agar tidak bisa mendapatkan jodoh karena penyesalan yang teramat dalam terhadap pernikahan masa mudaku.”
Amanda terbangun dengan ngeri, lalu bergegas menemui Wira yang saat itu juga tengah gelisah. Amanda bercerita pada Wira tentang kutukan tersebut. Wira menyadari bahwa kutukan ini mungkin juga berhubungan dengan nasibnya yang tak bisa menemukan jodoh.
Mereka pun memutuskan untuk mencari tahu bagaimana cara memecahkan kutukan. Petualangan ini membawa mereka menjelajahi berbagai negeri, melalui hutan belantara, lautan yang luas, hingga ke lereng gunung yang berbahaya.
Di akhir perjalanan yang panjang, mereka menemukan ahli pertapa yang dikenal bisa menghilangkan kutukan. Setelah menjalani serangkaian ritual, akhirnya Amanda dan Wira berhasil menghapus kutukan yang menimpa mereka.
Tanpa kutukan, Amanda dan Wira segera menikah. Keberuntungan mulai berpihak kepada mereka. Desa mereka pun perlahan-lahan semakin makmur dan damai. Pak Lurah bersyukur karena anaknya yang dulu sulit mencari jodoh, kini bahagia bersama Amanda, gadis yang sangat dicira. Sejak saat itu, kutukan fiksi tersebut hanya tinggal kenangan bagi warga desa dan menjadi legenda di desa kecil itu.
Tinggalkan Balasan