Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang kembali melaksanakan bimbingan teknis (bimtek) untuk pembimbing mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) Keagamaan Islam jenjang Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Jombang. Pelaksanaan bimtek hari ketiga dilaksanakan pada hari ini, Sabtu 7 Desember 2019 mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB.
Kegiatan bimtek dilaksanakan di tiga lokasi yang berbeda, yaitu SMP Negeri 5 Jombang, SMA Negeri 3 Jombang, dan SDN Balongbesuk Kecamatan Diwek. Penulis adalah salah satu peserta bimtek yang berlokasi di SDN Balongbesuk. Masing-masing lokasi kegiatan bimtek berisi jumlah peserta antara 170 hingga 200 orang peserta.
Pemateri pada sesi pertama Bimtek hari ketiga ini adalah Bapak Muhammad Masroer, pembimbing muatan lokal keagamaan Islam SDN Balongbesuk. Beliau menyampaikan materi metode menulis huruf Arab yang baik dan benar kepada sekitar 180 orang peserta yang memenuhi aula SDN Balongbesuk.
“Saya senang karena diberikan tugas oleh panitia dari Dinas Pendidikan untuk menyampaikan materi kepada panjenengan tentang tata cara menulis huruf Arab atau yang sering dikenal dengan nama Tahaji,” ujarnya di awal acara.
Beliau mengingatkan pentingnya pendidikan keagamaan bagi peserta didik di lingkungan sekolah dasar. Hal ini berkaitan dengan visi dan misi Kabupaten Jombang untuk menjadi kabupaten yang berkarakter dan berdaya saing.
Mata pelajaran muatan lokal keagamaan memiliki empat kegiatan pembelajaran. Salah satu dari empat kegiatan utama mata pelajaran muatan lokal adalah membaca dan menulis Alquran. Selama ini pengajaran di dalam kelas lebih banyak mengarah kepada kegiatan membaca Alquran. Inilah saatnya bagi setiap pembimbing muatan lokal keagamaan Islam untuk lebih memperhatikan pengajaran menulis huruf Arab yang baik dan benar kepada peserta didik di sekolah.
Metode Tahaji
Tahaji adalah metode penulisan huruf Arab serta cara merangkainya yang baik dan benar. Merangkai berarti menyambung huruf Arab atau huruf hijaiyah dengan baik dan benar. Kriteria baik dan benar adalah sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan huruf Arab.
“Banyak terjadi pada anak didik kita saat menulis huruf Arab mengalami salah alur. Setiap siswa perlu diajarkan tata cara menulis huruf hijaiyah sesuai dengan kaidah penulisan Arab yang benar. Jika tulisan siswa masih perlu pembenahan, maka jangan dimarahi atau diberikan ejekan. Memperbaiki kesalahan murid tidak harus dilakukan di depan kelas secara langsung di hadapan teman-temannya supaya anak yang salah menulis tadi tetap termotivasi untuk memperbaiki diri,” ujarnya.
Setiap pembimbing Pendidikan Diniyah dan pembimbing muatan lokal keagamaan Islam dapat memberikan materi tahaji sebelum diisi materi lain. Materi-materi lain misalnya birrul walidain, mabadi’ul fiqih, dan sebagainya.
Materi tahaji dan pegon harus diajarkan ke semua kelas terlebih dulu. Tanpa adanya pelajaran itu, murid kelas 5 dan kelas 6 tidak akan memahami materi kitab-kitab yang diajarkan oleh pembimbing Pendidikan Diniyah.
“Oleh karena itu pembimbing muatan lokal keagamaan Islam harus tetap bersinergi dengan pembimbing pendidikan Diniyah dan guru Pendidikan Agama Islam,” tambahnya.
Materi mulok keagamaan Islam memiliki sejumlah kompetensi dasar yang berhubungan dengan sholat, hafalan Alquran, praktek ibadah, serta membaca dan menulis Alquran.
Guru Harus Memberi Contoh
Membaca dan menulis huruf Arab pada mata pelajaran mulok keagamaan Islam bertujuan agar siswa mudah menghafal Alquran. Pembiasaan sering membaca surat-surat Juz Amma menyebabkan peserta didik akan cepat menghafal Juz Amma. Tapi sayangnya, kebanyakan peserta didik tidak mengenal cara membuat tulisannya.
Guru harus mencontohkan cara penulisan huruf Arab yang benar dihadapan semua siswa di dalam kelas.
“Para siswa harus panjenengan ajari dulu. Pada saat awal tahun pelajaran baru kelas 2 jangan langsung diberi perintah untuk menulis surat al-fatihah ayat 2. Anda harus memberikan contoh cara penulisan ayat 2 surat al-fatihah.
Tetap menuliskan dulu contoh yang benar karena ayat Alquran apabila menulisnya salah maka akan fatal akibatnya. Disinilah pentingnya peran pembimbing muatan lokal keagamaan Islam dalam memberikan keteladanan cara menulis huruf Arab yang baik dan benar dihadapan peserta didik.
Metode Mengajarkan Ibadah dan Doa
Pemateri selanjutnya adalah Bapak Zainur Rofiq. Beliau menyampaikan materi metode praktek beribadah dan berdoa keagamaan Islam di hadapan para peserta bimbingan teknis pembimbing muatan lokal keagamaan Islam di Aula SDN Balongbesuk.
“Bapak dan Ibu peserta bimtek, hari ini saya akan menyampaikan metode praktek beribadah dan berdoa. Panjenengan sebagai pembimbing mulok akan ketemu materi-materi tentang ibadah dan doa yang mana di sana banyak praktiknya. Oleh karena itu kita juga butuh metode. Ada sebuah ungkapan attoriqotu ahammu minal-maddah. Metode atau cara itu lebih penting daripada materi. Kalau masalah materi, saya yakin panjenengan jebolan dari madrasah dan Pondok Pesantren lebih hebat daripada saya,” demikian disampaikan Bapak Rofiq di awal pertemuan.
Beliau mengingatkan kepada setiap peserta Bimtek untuk selalu menyegarkan suasana pembelajaran di dalam kelas. Kalau pembimbing muatan lokal keagamaan Islam tidak bisa menyampaikan materi secara menyenangkan kepada anak-anak, maka pembelajaran di dalam kelas tidak akan berlangsung efektif.
Hasilnya adalah setiap siswa sibuk bermain di dalam kelas sedangkan gurunya asik menjelaskan materi tanpa dihiraukan oleh murid. Murid yang duduk di deretan bangku paling belakang asyik melamun. Murid yang di depan malah menggambar. Sedangkan murid yang duduk di barisan bangku tengah sedang bergurau dengan teman sebangkunya. Di sinilah pentingnya metode pembelajaran beribadah dan berdoa dikuasai oleh setiap pembimbing muatan lokal keagamaan Islam di Kabupaten Jombang.
Metode itu penting lebih penting daripada materi. Guru itu lebih penting daripada metode. Harus dilakukan perubahan banyak hal untuk menuju perbaikan pendidikan agama di Indonesia, khususnya di wilayah kabupaten Jombang.
Kebiasaan kita yang biasanya mengajar di TPQ tentu tidak sama dengan lingkungan mengajar di SD maupun pondok pesantren. Perbedaan itu mulai dari gaya pakaian, pergaulan, dan juga lingkungan. Merubah kebiasaan itu kalau tidak diniatkan berubah memang sulit.
Tinggalkan Balasan ke Wak Kaji Batalkan balasan