Pekan lalu (16/11/2018) saya berada di kota Sumenep, tepatnya di kawasan cagar budaya Astra Tinggi. Saya sampai di lokasi obyek wisata Asta Tinggi sekitar pukul setengah tiga dini hari. Suasana Asta Tinggi masih begitu tenang dengan tidak banyak kendaraan berlalu lalang sekitar lokasi wisata religi itu. Asta Tinggi berada di daerah ketinggian pegunungan kapur. Lokasi wisata bersejarah di Sumenep ini sangat mirip dengan kawasan makan Sunan Giri di Gresik yang berbukit. Hanya saja pegunungan kapur di Pulau Madura ini cenderung bersifat tandus dan tidak banyak tanaman yang bisa bertahan hidup di sini.
Pagi dini hari saya berniat berangkat mencari toilet untuk mandi. Sayangnya, persediaan air di sini sangat terbatas. Beberapa kamar mandi yang saya jumpai memiliki persediaan air yang sangat tipis dan tidak sampai sejengkal tangan. Maka saya cukup suci muka saja setelah itu saya melaksanakan sholat subuh. Sesudah menjalankan sholat shubuh saya menuju angkringan yang terletak di dekat tempat parkir bis. Tempat parkir wisata Asta Tinggi menghadap ke lembah gunung kapur dengan pemandangan sekitar Laut Jawa.
Menyaksikan matahari terbit dari kawasan wisata Asta Tinggi kota sumenep sungguh sangat indah. Matahari bersinar dengan lembut di ufuk timur meskipun sebenarnya saya tidak terlalu paham di mana arah timur. Patokan saya ketika saya melihat arah datangnya sinar matahari maka saya anggap itu adalah arah timur. Tidak jauh dari tempat saya duduk di angkringan, tampak sebuah bukit kapur menjulang tinggi yang beberapa bagian di antaranya telah digali oleh masyarakat sekitar. Sekitar 1 km dari lembah kapur ini terdapat Laut Jawa yang terlihat lautnya berwarna biru gelap. Tempat wisata di Pulau Madura ini lumayan menantang kekuatan fisik Anda karena lokasinya yang tidak mudah dijangkau kendaraan.
Saya menyempatkan diri untuk tidur telentang dan menikmati udara pagi di kawasan dataran tinggi Kebon Agung Kabupaten Sumenep. Kawasan wisata ini sebenarnya termasuk cagar budaya yang terletak di ujung paling timur Pulau Madura. Menurut keterangan tulisan pada dinding pagar makam, kompleks makam kerabat raja-raja Sumenep ini dibangun sekitar tahun 1750 Masehi. Gaya bangunan dinding pagar dan cungkup makam merupakan perpaduan seni arsitektur Jawa, Eropa dan sedikit Cina. Seni arsitektur Asta Tinggi terbilang unik dan khas Pulau Madura. Gaya bangunan ini mengingatkan saya pada gerbang Keraton Pamekasan di era pemerintahan raja-raja Pamekasan.
Saya coba memadukan informasi dari Wikipedia dengan kondisi riil obyek wisata sejarah Asta Tinggi di Sumenep. Memang benar tempat wisata di Sumenep ini terdiri dari tujuh kawasan.
1. Kawasan Asta Induk
Disini terdapat makam Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I, makam Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro, Kanjeng Tumenggung Ario Cokronegoro III, dan Pangeran Pulang Djiwo.
2. Kawasan Makam Ki Sawunggaling
3. Kawasan Makam Patih Mangun
4. Kawasan Makam Kanjeng Kai/Raden Adipati Suroadimenggolo
5. Kawasan makam Raden Adipati Pringgoloyo
6. Kawasan Makam Raden Tjakra Sudibyo
7. Kawasan Makam Raden Wongsokoesomo.
Begitu banyak nilai sejarah yang bisa kita ungkap di obyek wisata Asta Tinggi. Mari luangkan waktu untuk mengunjungi obyek wisata di Pulau Madura ini. Dengan berkunjung kesana, Anda bisa mengenal kejayaan masa lalu Kerajaan-kerajaan di Pulau Madura sekaligus mengenal ragam budaya Madura yang unik. Perpaduan budaya Jawa, Madura, Bali dan sedikit Tionghoa menghasilkan seni arsitektur yang megah dan indah. Semoga warisan budaya Madura yang ada di Asta Tinggi Sumenep bisa kita saksikan selamanya.
Tinggalkan Balasan ke De Blurr Batalkan balasan