Pak Edi Terusik

Suatu malam di sebuah desa terpencil, seorang duda tua bernama Pak Edi sedang tidur pulas di kamarnya. Dia sudah terlelap beberapa jam ketika tiba-tiba terbangun oleh suara ribut di luar rumahnya. Dia bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas menuju pintu untuk melihat apa yang terjadi.

Saat Pak Edi membuka pintu, dia disambut oleh suara berisik dari rumah tetangganya, Pak Sugiono. Menjadi seorang duda tua yang penyendiri, Pak Edi tidak terlalu suka dengan tetangganya yang kerap menggelar pesta hingga larut malam. Dia sudah memperingatkan Pak Sugiono berkali-kali untuk menurunkan volume musiknya, namun Pak Sugiono tampaknya tidak perduli.

Pak Edi menampakkan kekesalannya dengan berteriak pada Pak Sugiono untuk mengurangi volume musiknya. Tetapi Pak Sugiono justru semakin marah dan mulai meluapkan kemarahannya pada Pak Edi. Mereka mulai terlibat dalam sebuah perdebatan yang semakin panas.

Sementara itu, beberapa tetangga lain datang untuk menenangkan keadaan. Namun, seorang warga mendapati Pak Edi sudah terkapar tak bernyawa di halaman depan rumahnya. Dia telah dibunuh oleh Pak Sugiono dengan sebuah pisau dapur yang selalu diasimpanya.

Semua orang di desa panik setelah mengetahui kejadian itu dan polisi akhirnya datang ke tempat kejadian. Pak Sugiono ditangkap dan dijebloskan ke penjara, sementara mayat Pak Edi disemayamkan di tempat suci.

Sejak itu, warga di desa tidak lagi menggelar pesta randang atau merayakan acara hinga larut malam. Mereka merasa takut akan kejadian yang bisa mengancam nyawa mereka bila terlalu terbawa suasana. Hingga kini, kejadian itu masih menjadi pembicaraan di kalangan warga desa dan menjadi sebuah pembelajaran untuk semua orang agar lebih berhati-hati dengan tetangga sekitar.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *