Petaka Usai Reuni Keluarga

Pekan lalu, keluarga besar Hartono mengadakan reuni besar di rumah leluhur mereka di Bandung. Hampir seluruh anggota keluarga dari berbagai pelosok daerah telah berkumpul, memberi suasana hangat mengisi rumah lama yang biasanya sunyi. Mereka berbincang, berbagi cerita, dan tertawa bersama. Namun, tak satu pun dari mereka tahu bahwa petaka mengerikan menanti di balik kebahagian itu.

Dua hari pasca reuni, Surya, cucu sulung Hartono, tiba-tiba terjatuh dan tak sadarkan diri. Dokter yang diperiksa mengabarkan bahwa Surya mengidap penyakit langka yang mengancam nyawanya. Penyakit tersebut diindikasikan berasal dari virus yang dipapar pada peristiwa gathering beberapa waktu silam.

Keluarga besar Hartono panik, semuanya mendadak takut jika mereka juga telah terpapar virus tersebut. Untuk menanggulangi hal ini, mereka pun melakukan pemeriksaan medis serentak, dan hasilnya cukup mengejutkan. Beberapa anggota keluarga lain juga terindikasi terkena virus sama, meskipun dalam stadium yang lebih awal.

Anehnya, setelah dipelajari lebih lanjut, ternyata virus ini tidak ada hubungannya dengan keramaian atau kontak fisik antar manusia. Virus ini beredar melalui makanan – lebih spesifik lagi, makanan yang dihidangkan dalam reuni besar keluarga Hartono.

Sepeninggal reuni itu, satu persatu anggota keluarga mulai sakit dan mengalami gejala serupa seperti yang dialami oleh Surya. Kebahagiaan yang muncul usai reuni menjadi tragedi yang tak dapat mereka lupakan. Mereka harus merasakan dampak dari petaka itu, sembari melawan penyakit yang menggerogoti tubuh mereka.

Cerita ini pun menjadi pelajaran berharga bagi keluarga Hartono dan orang di sekitar mereka bahwa meski sebuah peristiwa dirayakan dengan suka cita, perluan pengawasan ketat terhadap berbagai aspek, termasuk makanan kata sumber kontak virus tersebut. Memastikan kebersihan dan keamanan pangan adalah hal yang esensial demi menjaga kesehatan bersama. Reuni bukanlah ajang apapun yang menjustifikasi kelalaian.

Keluarga Hartono kini berjuang memulihkan diri sambil berusaha mempertahankan ikatan kekeluargaan mereka yang kuat. Meski petaka itu telah melanda, mereka yakin, jika mereka bersama, mereka akan mampu melewatinya.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *