Sadisnya Fitnah Pecinta Rehan

Pada sebuah desa yang tenang dan damai, hiduplah seorang gadis yang berhati baik bernama Kiara. Dia mencintai seorang pemuda tampan bernama Rehan. Cinta mereka berdua begitu indah dan saling melengkapi, namun semua itu berubah saat perlombaan rakyat desa diadakan.

Rehan yang berbakat dalam berbagai macam kegiatan desa, selalu menjadi pilihan untuk berpartisipasi dalam acara-acara kompetitif setiap tahunnya. Dan kali ini, Rehan memutuskan untuk berpartisipasi dalam balapan kuda, yang dianggap acara paling memuaskan dan dihormati dalam desa.

Namun, Zara, seorang gadis cantik dan kaya yang juga berpartisipasi dalam balapan tersebut, berencana untuk memenangkan Rehan. Zara membuat sebuah komplotan dengan beberapa peserta lainnya untuk menjebak Rehan sehingga dia bisa memilikinya.

Pada hari yang ditentukan, balapan berlangsung dengan sempurna. Namun, dalam keadaan yang tak terduga, kuda Rehan terjatuh dengan keras dan ia terjebak dalam situasi genting. Meski cedera parah, Rehan tidak menyerah dan mencoba bangkit tetapi usahanya sia-sia.

Melihat kejadian itu, Kiara mencoba membantu, tetapi Zara menghalanginya dengan cara yang sangat sadis. Memanfaatkan keadaan, Zara memfitnah Kiara telah meracuni kuda Rehan dan menyalahkan Kiara atas kecelakaan yang terjadi. Warga desa yang tidak mengetahui kebenaran, percaya pada kata-kata Zara dan mengusir Kiara dari desa.

Kiara yang terpukul mencoba mencari bukti untuk membersihkan namanya. Dengan bantuan seorang teman lama, ia berhasil menemukan bukti yang cukup untuk membongkar rencana jahat Zara dan mendapatkan kembali tempatnya di desa.

Ketika kebenaran terungkap, warga desa merasa bersalah telah menyalahgunakan Kiara dan meminta maaf atas kesalahan mereka. Zara dihukum karena perbuatannya dan Rehan yang telah pulih, meminta maaf kepada Kiara, berharap mereka bisa memulai semuanya dari awal lagi. Kiara, yang hatinya masih penuh cinta, memaafkan Rehan dan mereka bersatu kembali, memulai hidup baru bersama.

Dan, meski caramu amat sadis untuk menyakitiku, cintaku padamu membuatku sanggup melaluinya demi kebenaran dan mencari keadilan. Dalam kesunyian malam, aku berbisik, “Terlalu sadis caramu menyingkirkan diriku, namun cinta ini lebih kuat dari sakit yang kau torehkan.”


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *