Strategi Jitu Menuju Wonosalam Maju: Sinergi Generasi Emas Jombang di Jombang Fest 2025

Prolog: Panggung Sinergi dan Visi Generasi Emas

Pada hari Selasa, 21 Oktober 2025, Pendopo Kabupaten Jombang yang beralamat di Jl. Aloon-Aloon No.1, menjadi saksi bisu dari pertemuan lintas sektor yang mengusung sebuah visi besar: menjadikan Wonosalam sebagai mercusuar kemajuan bagi Kabupaten Jombang. Acara penting ini, sebuah Talkshow Generasi Emas Jombang bertema “Strategi Jitu Menuju Wonosalam Maju,” merupakan rangkaian integral dari perhelatan akbar Jombang Fest 2025. Dimulai tepat pukul 10.00 WIB, talkshow ini bukan sekadar diskusi, melainkan lokakarya gagasan yang mempertemukan pemangku kepentingan dari pucuk pemerintahan hingga akar rumput pelaku usaha, akademisi, dan komunitas lokal.

Wonosalam, sebuah kecamatan di kaki Gunung Anjasmoro yang terkenal dengan keindahan alam, perkebunan kopi, durian, dan manggis, serta potensi wisata alam dan edukasi yang melimpah, memang sudah lama diidentifikasi sebagai “mutiara” Jombang yang memerlukan sentuhan strategis untuk bersinar lebih terang. Konteks Jombang Fest 2025 yang mengedepankan identitas budaya, ekonomi kreatif, dan kebangkitan ekonomi lokal, menjadikan talkshow ini momentum yang sangat tepat untuk merumuskan langkah taktis dan strategis yang terpadu.

Kehadiran jajaran Pemerintah Daerah—mulai dari Bupati, Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, hingga kepala-kepala dinas terkait (seperti Dinas PU, Pendidikan, Tenaga Kerja, Pariwisata, Pertanian, dan Perindustrian)—bersama Camat Wonosalam dan seluruh Kepala Desa di Kecamatan Wonosalam, menunjukkan komitmen politik yang kuat. Namun, yang menjadikan acara ini istimewa adalah partisipasi aktif dari Generasi Emas Jombang: Asosiasi/Pelaku Industri dan UMKM (termasuk Ketua Asosiasi Kopi Wonosalam dan ASKOM), Akademisi dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di Jombang, organisasi masyarakat (PWI, Dewan Kesenian, Dekranasda), hingga para Pelaku Usaha Wisata Wonosalam (seperti Pemilik Usaha Wisata Dedurian, Kansa, Asriloka, Duran Duren, dan perwakilan Pokdarwis). Komposisi peserta yang inklusif ini adalah cerminan dari pendekatan Triple Helix—Pemerintah, Akademisi, dan Bisnis—yang diperkuat dengan partisipasi aktif masyarakat.

Wonosalam: Potensi, Tantangan, dan Pilar Strategi

Sesi awal talkshow dibuka dengan pemaparan tentang kekayaan Wonosalam. Secara geografis, Wonosalam memiliki topografi perbukitan dengan ketinggian 500-600 mdpl, menjadikannya lumbung komoditas unggulan seperti durian, kopi ekselsa, dan manggis—bahkan dikelola secara intensif oleh masyarakat. Selain itu, potensi air dan alamnya telah melahirkan berbagai destinasi wisata alam dan edukasi seperti Anjasmoro Valley, Sungai Boro, Kampung Adat Segunung, dan berbagai kebun durian/kopi yang menjadi daya tarik agrowisata.

Namun, pengembangannya masih menghadapi sejumlah tantangan klasik: aksesibilitas dan infrastruktur (jalan yang perlu perbaikan, ketersediaan fasilitas umum yang memadai), kapasitas SDM lokal dalam pengelolaan pariwisata dan pemasaran digital, standarisasi produk hasil pertanian/UMKM, dan koordinasi antarpelaku wisata yang belum optimal.

Dari diskursus yang mendalam, dirumuskan tiga pilar utama strategi jitu menuju Wonosalam Maju:

  1. Pilar Agro-Inovasi dan Hilirisasi Produk Unggulan.
  2. Pilar Eko-Pariwisata Berkelanjutan dan Berbasis Komunitas.
  3. Pilar Infrastruktur Digital dan Konektivitas Lintas Sektor.

Membedah Pilar 1: Agro-Inovasi dan Hilirisasi Produk Unggulan

Wonosalam dikenal sebagai surga durian, kopi, dan manggis. Strategi pertama berfokus pada penguatan sektor primer ini agar tidak hanya menjual bahan mentah, tetapi juga produk olahan bernilai tambah tinggi.

  • Peningkatan Kualitas dan Standarisasi: Kepala Dinas Pertanian dan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian menyoroti pentingnya sertifikasi dan standarisasi mutu. Asosiasi Kopi Wonosalam dan ASKOM diharapkan berperan aktif dalam menerapkan SOP panen, pascapanen, dan pengolahan.
  • Hilirisasi Produk: Diskusi mengemukakan ide untuk mendirikan Pusat Inkubasi Bisnis atau mini-factory di Wonosalam. Contohnya, olahan durian menjadi aneka pangan modern (es krim, pastry, dodol premium), dan pengembangan diferensiasi produk kopi (dari roastery hingga produk kemasan siap seduh dengan branding khas Wonosalam). Kehadiran Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro sangat vital untuk memfasilitasi permodalan dan pelatihan manajemen bagi UMKM pengolah.
  • Peran Akademisi: Rektor dan perwakilan dari Universitas Hasyim Asyari serta ITSKES Insan Cendekia Medika menawarkan program KKN Tematik dan penelitian aplikatif untuk menemukan inovasi pengolahan pangan yang sehat dan berumur simpan panjang, serta pendampingan higienitas dan pengemasan.

Membedah Pilar 2: Eko-Pariwisata Berkelanjutan dan Berbasis Komunitas

Ekowisata adalah kunci, bukan sekadar wisata massal. Wonosalam harus menjadi destinasi yang menjunjung tinggi kelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat.

  • Penguatan Branding “Ekowisata Jantung Jombang”: Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata menekankan pentingnya branding terpadu. Para Pelaku Usaha Wisata Wonosalam (seperti Dedurian, Kansa, Asriloka) dan Pokdarwis Pandansili serta Kampung Adat Segunung harus bersinergi menciptakan paket wisata yang terintegrasi (contoh: trekking hutan, edukasi kopi dari kebun ke cangkir, wisata petik buah musiman).
  • Wisata Edukasi dan Religi: Selain alam, potensi budaya dan edukasi (seperti tradisi Wiwit Kopi) perlu diperkuat. Ketua Dewan Kesenian Jombang menyoroti peran seni dan budaya lokal sebagai daya tarik unik.
  • Kapasitas SDM Pariwisata Lokal: Ketua PHRI Jombang menyoroti perlunya pelatihan pelayanan standar hotel dan restoran bagi homestay dan warung makan lokal. Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Pendidikan didorong untuk memasukkan kurikulum pelatihan perhotelan dan pemandu wisata bersertifikat di sekolah kejuruan dan balai latihan kerja setempat.
  • Pemasaran Digital: Konsultan Pemasaran dan Digital Marketing memberikan masukan strategis tentang penggunaan media sosial, influencer marketing, dan pengembangan website Wonosalam terintegrasi.

Membedah Pilar 3: Infrastruktur Digital dan Konektivitas Lintas Sektor

Kemajuan Wonosalam tidak akan optimal tanpa infrastruktur fisik dan digital yang memadai.

  • Peningkatan Aksesibilitas Fisik: Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) memastikan alokasi anggaran khusus untuk perbaikan dan pelebaran akses jalan menuju Wonosalam dan antardesa wisata. Fokus tidak hanya pada jalan utama, tetapi juga jalan penghubung sentra produksi ke pasar.
  • Konektivitas Digital: Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) diinstruksikan untuk memperluas cakupan sinyal internet dan fasilitas wi-fi publik di sentra-sentra wisata dan pusat UMKM. Ini krusial untuk mendukung transaksi digital, promosi online, dan kerja dari jarak jauh (workation).
  • Regulasi dan Perizinan Pro-Investasi: Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) menjamin kemudahan investasi bagi pelaku usaha yang ingin membangun fasilitas pariwisata yang ramah lingkungan dan terintegrasi di Wonosalam. Staf Ahli Bupati Bidang Keuangan, Ekonomi, dan Pembangunan akan mengawal kebijakan fiskal yang mendukung pengembangan ini.
  • Kerja Sama Lintas Wilayah: Kehadiran Camat Bareng, Mojowarno, dan Ngoro penting untuk menciptakan cluster wisata dan ekonomi yang terhubung. Wonosalam sebagai titik utama dapat berinteraksi dengan sentra industri atau budaya di kecamatan sekitar.

Komitmen Implementasi dan Pengawasan

Penutup talkshow ini diakhiri dengan penegasan komitmen dari Bupati Jombang. Beliau menegaskan bahwa strategi yang telah dirumuskan ini harus segera diterjemahkan ke dalam program kerja tahunan dengan alokasi anggaran yang jelas. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) ditunjuk sebagai koordinator utama pengawasan dan evaluasi program “Strategi Jitu Menuju Wonosalam Maju.”

  • Pembentukan Tim Task Force Wonosalam Maju: Disepakati pembentukan tim yang beranggotakan perwakilan Bappeda, Dinas Pariwisata, Dinas Pertanian, dan perwakilan Asosiasi/Pelaku Usaha untuk melakukan pertemuan rutin bulanan dan memastikan progres di lapangan.
  • Peran Media: Ketua PWI dan Direktur Radar Jombang berkomitmen untuk mendukung dengan publikasi yang masif dan edukatif, memastikan informasi dan capaian program tersampaikan secara transparan kepada publik.
  • Dana Abadi Wonosalam: Sebuah gagasan untuk membentuk dana abadi dari kontribusi sektor pariwisata dan pertanian yang dialokasikan khusus untuk pemeliharaan infrastruktur dan pelatihan SDM di Wonosalam.

Epilog: Harapan Generasi Emas

Talkshow Generasi Emas Jombang ini bukan hanya seremonial, tetapi penanda dimulainya era baru pengembangan Wonosalam. Sinergi antara birokrasi, akademisi, dan praktisi lapangan telah menghasilkan sebuah peta jalan yang komprehensif. “Generasi Emas” Jombang yang berkumpul di Pendopo Kabupaten hari itu membawa harapan bahwa Wonosalam bukan hanya akan menjadi destinasi pariwisata dan agrobisnis terkemuka di Jawa Timur, tetapi juga model pembangunan daerah yang sukses mengawinkan pelestarian alam, pemberdayaan ekonomi lokal, dan inovasi digital.

Melalui Jombang Fest 2025 ini, Kabupaten Jombang menunjukkan bahwa kemajuan sebuah wilayah harus dirancang bersama, dari hulu ke hilir, dengan kolaborasi, semangat, dan strategi yang benar-benar Jitu. Wonosalam Maju adalah manifestasi nyata dari Jombang yang berdaya, maju, dan berkarakter.

Tinggalkan Balasan