Tahun 2019 ini menjadi tahun yang penuh polemik bagi warga Indonesia. Perhelatan Pemilihan Umum Serentak Presiden dan DPR telah menyita banyak perhatian masyarakat Indonesia. Dan sebagai imbasnya adalah jadwal kegiatan sekolah tergeser karena menyesuaikan kondisi terkini kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada saja dalih yang digunakan para pejabat untuk memuluskan hajatan politik bangsa lantas mengabaikan kelancaran proses pendidikan formal yang sedang berlangsung.
Para siswa yang bersekolah di SD, SMP dan SMA atau sederajat memiliki waktu libur yang singkat sebelum puasa. Sebaliknya, mereka memiliki banyak masa liburan sesudah puasa. Terhitung pada Mei-Juni 2019 kemarin anak-anak libur selama dua pekan untuk merayakan Lebaran Idul Fitri. Anak-anak sekolah lalu masuk sekolah seminggu untuk merima rapor hasil belajar. Waktu seminggu di sekolah tidak berlangsung efektif karena para guru disibukkan mengisi buku rapor dan kurang memperhatikan kegiatan siswa.
Usai menerima rapor, mereka pun memiliki jatah libur selama tiga pekan. Sungguh waktu liburan yang sangat panjang. Inilah masa yang penuh tantangan bagi setiap guru mengaji yang mengajar di Taman Pendidikan Alquran (TPQ). Apakah TPQ harus ikut libur tiga minggu mengikuti jadwal sekolah? Tentu tidak. Waktu libur santri selama dua pekan sekitar Hari Raya Idul Fitri sudah cukup membuat anak-anak terlena. Jangan sampai mereka bertambah malas karena libur akhir tahun pelajaran yang sangat panjang ini.
Mengumpulkan kembali konsentrasi santri TPQ untuk belajar dengan tenang dan nyaman bukanlah urusan mudah. Selalu saja ada gangguan di sekitar lokasi gedung TPQ terhadap santri. Berdasarkan pengalaman penulis dalam praktek mengajar santri, setidaknya terdapat tiga penyebab mengapa santri TPQ sulit berkonsentrasi setelah libur panjang, yaitu:
1. Santri kurang piknik
Mungkin alasan pertama ini terdengar agak kocak lucu, tapi kenyataannya memang demikian. Santri kurang piknik bisa berakibat pada rendahnya daya konsentrasi. Anak-anak adalah makhluk yang mudah bosan. Mereka juga membutuhkan waktu untuk berlibur ke berbagai tempat wisata di Indonesia. Anda sebagai guru mengaji harus jeli memilih tempat wisata edukasi sekaligus tempat berlibur yang murah di dalam kota tempat tinggal Anda.
Apakah Anda terhambat masalah dana? Gunakan taktik menabung uang jajan mengaji mereka sebesar Rp500 per hari. Tabungan anak-anak selama enam bulan sudah cukup untuk mendanai liburan bersama yang murah dan meriah. Ingat, anak-anak butuh tempat berlibur di luar ruangan yang luas sehingga mereka mampu mengekspresikan diri secara bebas. Berundinglah dengan anak-anak saat mengambil pilihan tempat berlibur. Anda jangan egois dan memaksanakan kehendak tujuan berlibur bersama.
2. Guru mengajar setengah hati
Saat orang-orang lain sedang berlibur ke luar kota atau bersantai di rumah, eh Anda malah harus berteriak dan menghabiskan tenaga dengan tingkah-polah anak-anak yang tidak bisa diam. Apakah Anda merasa keadaan ini tidak adil? Ya, mungkin saja sebagian besar guru mengaji berpikiran begitu. Guru mengaji banyak kerjaannya tapi sedikir bayarannya. Kalau Anda menghitung nilai materi yang didapat, tentu tidak adil.
Guru yang mengajar dengan setengah hati tidak akan bisa menghasilkan output pendidikan yang baik. Diri Anda adalah gambaran mini pikiran murid-murid Anda. Jika Anda hadir dengan sepenuh hati di dalam kelas, murid-murid Anda pun akan ikut terbawa gravitasi pendidikan yang Anda ciptakan. Sebaliknya, jika Anda mengajar santri dengan setengah hati maka hasilnya juga setengah-setengah. Solusinya? Mulailah berkonsentrasi mengajar supaya murid-murid Anda ikut berkonsentrasi.
3. Tidak ada penyegaran kelas
Belajar di masa liburan dengan belajar di masa menjelang ujian sekolah memang berbeda. Suasana kelas yang berbeda membutuhkan tindakan yang berbeda. Anda membutuhkan penyegaran suasana kelas di masa liburan. Ubahlah desain interior ruangan kelas TPQ. Ajaklah anak-anak belajar sambil berlibur atau berlibur sambil belajar. Jangan terpaku pada proses pembelajaran di dalam ruangan. Ingatlah bahwa pembelajaran TPQ melibatkan daya imajinasi anak-anak. Mereka akan merasa lebih tertantang dan bersemangat saat belajar di luar ruangan.
Salah satu cara penyegaran kelas yang telah penulis lakukan adalah mengajak para santri berlibur di Ruang Terbuka Hijau (RTH). Pilihlah RTH terdekat di sekitar tempat tinggal Anda. Tidak perlu ke luar kota. Sedapat mungkin iritlah biaya transportasi Anda. Penulis telah melaksanakan outbond di Taman Kebon Ratu Keplaksari Jombang. Anak-anak mendapat pengalaman yang berbeda saat belajar huruf hijaiyah di dalam kelas dan di taman bunga. Tertarik mencoba? Buktikan sendiri pernyataan saya di atas. Selamat mencoba.
Tinggalkan Balasan