Asal-usul Desa Kembang Sore

Desa Kembang Sore adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Desa ini memiliki sejarah yang panjang dan menarik, yang berkaitan dengan asal-usul nama desanya. Menurut cerita rakyat, nama desa ini berasal dari sebuah peristiwa yang terjadi pada zaman dahulu, ketika ada seorang putri cantik bernama Kembang Sore yang tinggal di desa ini.

Kembang Sore adalah putri tunggal dari seorang petani miskin yang hidup sederhana dan jujur. Ia sangat rajin membantu ayahnya di sawah dan ibunya di rumah. Ia juga sangat baik hati dan murah senyum, sehingga banyak orang yang menyukainya. Namun, ada satu orang yang sangat membencinya, yaitu seorang pemuda sombong dan angkuh bernama Jaka Lelana, yang merupakan anak dari seorang kepala desa yang kaya dan berkuasa.

Jaka Lelana sangat ingin memperistri Kembang Sore, karena ia terpesona oleh kecantikan dan kebaikan hatinya. Namun, Kembang Sore menolak lamarannya dengan halus, karena ia tidak suka dengan sifat Jaka Lelana yang sombong dan angkuh. Ia lebih memilih seorang pemuda sederhana dan baik hati bernama Jaka Sembung, yang merupakan teman masa kecilnya.

Hal ini membuat Jaka Lelana sangat marah dan dendam. Ia pun berusaha untuk merebut Kembang Sore dari Jaka Sembung dengan segala cara. Ia bahkan tidak segan-segan untuk menggunakan ilmu hitam dan tipu muslihat untuk mencapai tujuannya. Suatu hari, ia menyuruh anak buahnya untuk menculik Kembang Sore ketika ia sedang pulang dari sawah. Ia kemudian membawa Kembang Sore ke rumahnya dan mengurungnya di sebuah kamar.

Jaka Sembung yang mengetahui hal ini segera berusaha untuk menyelamatkan Kembang Sore. Ia pun bertarung habis-habisan dengan Jaka Lelana dan anak buahnya. Dalam pertarungan itu, Jaka Sembung berhasil mengalahkan Jaka Lelana dan anak buahnya. Ia pun berhasil membebaskan Kembang Sore dari kurungan Jaka Lelana.

Namun, sebelum mereka bisa melarikan diri, Jaka Lelana yang tidak terima kalah mengeluarkan jurus pamungkasnya. Ia melemparkan sebuah keris beracun ke arah Kembang Sore. Jaka Sembung yang melihat hal itu langsung melompat dan menangkap keris itu dengan tangannya. Namun, sayangnya keris itu sudah menusuk jantung Kembang Sore.

Kembang Sore pun terjatuh dengan darah mengucur dari dadanya. Ia memandang Jaka Sembung dengan sayang dan berkata, “Terima kasih, Jaka. Aku sangat mencintaimu.” Kemudian ia menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan Jaka Sembung. Jaka Sembung pun menangis tersedu-sedu sambil memeluk jenazah Kembang Sore.

Mendengar tangisan Jaka Sembung, warga desa pun berdatangan ke rumah Jaka Lelana. Mereka sangat marah melihat apa yang telah dilakukan oleh Jaka Lelana kepada Kembang Sore dan Jaka Sembung. Mereka pun menyerbu rumah Jaka Lelana dan membakarnya hingga rata dengan tanah.

Sejak saat itu, desa itu diberi nama Desa Kembang Sore, sebagai penghormatan kepada putri cantik yang telah meninggal karena cinta. Desa itu juga menjadi desa yang damai dan sejahtera, karena warganya selalu mengingat pesan terakhir dari Kembang Sore, yaitu untuk saling mencintai dan menghormati sesama.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *