Di sebuah hutan belantara yang luas, terdapat sebuah kandang singa yang menjadi tempat tinggal bagi 4 ekor singa jantan. Kandang itu dipisahkan dari hutan oleh sebuah pagar tinggi yang kuat, sehingga kedua tempat itu benar-benar terpisah.
Selama bertahun-tahun, keempat singa itu hidup dalam kandang yang jauh dari kebebasan. Mereka tidak pernah merasakan sensasi berburu di hutan, berlari bebas, atau merasakan berbagai macam pengalaman dalam hidup. Kehidupan mereka seperti diatur oleh manusia, yang memberikan mereka makan, minum, dan tempat untuk tidur.
Namun, salah satu dari keempat singa itu mulai merasa tidak puas dengan kehidupan yang mereka jalani. Singa itu bertanya-tanya, “Apakah ini artinya hidupku hanya sebatas kandang yang sempit ini? Apakah aku tidak pernah bisa merasakan kebebasan yang sesungguhnya?”
Suatu hari, para penjaga kandang lupa mengunci pintu kandang dengan rapat, sehingga pintu tersebut sedikit terbuka. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh si singa yang merasa tidak puas untuk melarikan diri ke hutan yang ada di depan mata mereka.
Ternyata, kehidupan di hutan sangat berbeda dengan kandang yang selama ini menjadi tempat tinggal mereka. Singa itu bisa merasakan sensasi yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Dia merasakan kebebasan untuk berlari, untuk berburu mangsa, dan merasakan pengalaman hidup yang berbeda.
Namun, kegembiraan itu hanya berlangsung sebentar. Si singa menyadari bahwa kebebasan yang diperolehnya itu menyimpan konsekuensi yang besar: ketidakpastian, bahaya, dan ketidakstabilan. Dia tahu bahwa dia harus kembali ke kandang, “dalam batas kehidupan yang dikenalinya, meskipun itu bukan kehidupan yang diinginkannya.”
Dalam kandang yang selama ini menjadi tempat tinggalnya, si singa menyadari bahwa kehidupan di sana cukup nyaman dan aman. Mereka tidak perlu mencari makanan dan air bersih dan tempat berteduh selalu tersedia. Satu-satunya yang mereka kurang adalah kebebasan. Tapi, di dunia manapun kebebasan tidak datang tanpa batas.
Si singa bersama dengan teman-temannya yang lain memutuskan untuk menerima batas kehidupan yang ada. Mereka tetap merasakan kebahagiaan, meskipun dalam kandang itu mereka tetap merasakan kerinduan untuk melarikan diri dan mengejar kebebasan.
Akhirnya, keempat singa itu belajar untuk menerima kenyataan hidup yang ada, dan menikmati semua kenikmatan yang sedang mereka miliki di hidup ini. Mereka belajar untuk bersyukur atas apa yang ada dan menjalani hidup dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan.