Sudah dua bulan ini penulis konsen membangun manajemen perpustakaan SDN Latsari, Pustaka Latsari. Usaha melahirkan Pustaka Latsari sungguh tidak mudah. Bermula dari tanggung jawab penulis sebagai pengurus barang atau aset sekolah maka gerak dan langkah mengelola barang menjadi kegiatan yang menguras waktu serta tenaga selain tugas utama mengajar siswa. Salah satu poin penting dalam pengelolaan aset sekolah adalah koleksi buku perpustakaan. Butuh waktu setahun untuk menginventaris buku di sela-sela waktu mengajar. Tak jarang, penulis memanfaatkan waktu libur untuk masuk kerja dan khusus menggunakan waktu untuk menata Pustaka Latsari.
Selama dua bulan pembukaan Pustaka Latsari, sebagian besar siswa SDN Latsari sudah pernah meminjam buku di perpustakaan sekolah tersebut. Penulis hampir setiap hari bertugas melayani peminjaman buku sekaligus pengembalian buku. Melalui serangkaian proses peminjam buku itulah akhirnya penulis memperbaiki sistem perpustakaan sedikit demi sedikit. Beragam cara penulis lakukan untuk menarik perhatian siswa agar mau datang ke perpustakaan. Diantaranya adalah menyediakan mainan anak yang berhubungan dengan pelajaran matematika. Misalnya bermain jaring-jaring bangun ruang, membuat bangun ruang dari plastik sedotan, bermain catur, bermain halma, dan lain-lain. Semuanya bertujuan agar anak suka dengan dunia sains.
Kini penulis paham alur pengembangan Pustaka Latsari ke depan akan menjadi seperti apa. Beberapa program literasi telah penulis siapkan untuk meningkatkan minat baca dan tulis siswa. Bukan hanya itu, melalui penelitian sederhana dalam daftar peminjaman buku, penulis memperoleh informasi awal pengembangan minat dan bakat siswa. Sebagian besar siswa SDN Latsari menyukai buku sains dan seni. Hanya sedikit dari 117 orang murid yang menyukai buku agama.Buku-buku tersebut sangat disukai murid karena memiliki gambar-gambar yang menarik. Tidak banyak memang buku sains yang dikhususkan untuk murid SD. Disinilah penulis berusaha memancing rasa ingin tahu siswa dengan permainan penguji otak.
Masalah pengelolaan perpustakaan di SD sebenarnya sama, yaitu SDM pengelolanya. Sejauh ini pengelola pustaka Latsari masih mengandalkan waktu luang dua orang guru. Belum adanya jadwal penjaga perpustakaan yang tetap menyebabkan siswa harus memanggil guru penjaga dulu, biasanya penulis yang menjadi sasaran. Tidak apa. Asalkan murid-murid bersemangat dan memiliki minat membaca, apapun akan penulis usahakan untuk meramaikan potensi Pustaka Latsari sebagai salah satu program literasi di Dusun Guwo Desa Latsari Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang. Pencapaian ini masih menjadi awal perjalanan Pustaka Latsari. Semoga Pustaka Latsari makin mendapat dukungan guru dan masyarakat ke depannya.
Tinggalkan Balasan