The Jombang Taste hadir menyapa Anda melalui artikel cerita rakyat Jawa Timur. Pada jaman kejayaan Majapahit, hidup seorang Mpu terkenal yang bernama Mpu Supa. Keris dan tombak buatannya amat indah bentuk rupanya serta bertuah. Pada suatu hari, Mpu Supa dipanggil menghadap raja. Berdebar hatinya karena dipanggil raja yang tiba-tiba itu. Dengan bergegas, Mpu Supa segera menghadap ke kerajaan.
Sebelum Mpu Supa menjawab pertanyaan Raja, Raja pun telah bersabda pula: “Supa, engkau tahu, bahwa keris pusaka Majapahit Sumelang Gandring telah pergi dari sarungnya.”
“Kita harus cepat bertindak,” sabda Raja lagi.
Mpu Supa diam sejenak, karena memikirkan siasat apa yang akan digunakan untuk menemukan kembali keris pusaka itu. “Gusti, perkenankanlah hamba meninggalkan Majapahit. Akan tetapi kepergian hamba, hendaknya seakan-akan diusir baginda,” kata Mpu Supa bersungguh-sungguh.
“Kalau demikian permintaanmu, kapankah Supa berangkat,” sabda Raja kepada Mpu Supa.
“Segera, Tuanku, setelah ini,” jawab Mpu Supa. Dalam perjalanan pulang Mpu teringat kepada istrinya yang harua ia tinggalkan demi tugas negara. Ia teringat pula kepada kakak iparnya yang bernama Sunan Kalijaga, yang menyebabkan ia menjadi penganut agama yang teguh.
Cerita rakyat Jawa Timur menyebutkan bahwa tempat tujuan Mpu adalah kadipaten Blambangan, sebuah kadipaten yang rakyatnya belum memeluk agama Islam. Maka pergilah Mpu Supa menghadap Sunan Kalijaga untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk. Untuk mencapai kadipaten Blambangan, Mpu Supa harus mengembara lebih dahulu mencari keterangan di mana kira-kira keris itu disembunyikan orang.
Ia telah singgah di beberapa daerah untuk mencari keterangan keria pusaka Majapahit. Akhirnya sampailah Mpu Supa di kadipaten Blambangan. Ia ditemani oleh pengiringnya yang bernama Mandrangi. Di kadipaten Blambangan hiduplah seorang Mpu terkenal yang bernama Mpu Pitrang. Mendengar kedatangan Mpu Supa, Mpu Pitrang ingin menguji kesaktiannya. Akan tetapi Mpu Pitrang kalah. Ia mengaku kakak kepada Mpu Supa.
Kisah legenda dari Jawa Timur ini masih terus berlanjut. Pada suatu hari Mpu Supa dipanggil menghadap Adipati Blambangan. Mpu Supa hanya datang seorang diri. Adipati Blambangan menyuruh Mpu Supa membuat keris untuk pusaka Blambangan.
“Mpu, buatkanlah sebuah keris yang sama betul dengan keris ini,” kata Adipati Blambangan.
Mpu Supa terkejut melihat keris yang di hadapannya. Keris itulah yang telah dicari-carinya. “Tak salah Iagi, inilah keris pusaka Majapahit itu,” katanya dalam hati.
Akan tetapi disembunyikannya perasaan tersebut. “Paduka Adipati, keris ini amat indah, tentu yang membuat bukan sembarang Mpu,” kata Mpu Supa.
“Hamba sanggup membuatnya, akan tetapi keris ini harus dibuat di tengah lautan. Jadi, hamba mohon disiapkan perahu besar,” kata Mpu Supa.
Di tengah laut kini telah berlayar sebuah perahu besar yang ditumpangi oleh empat orang awak kapal. Mpu Supa, Mandrangi beserta dua orang pendayung yang merangkap menjadi pengawal kadipaten Blambangan, bekerja dengan tekun.
Setelah empat puluh hari empat puluh malam, selesailah pekerjaan itu. Mpu Supa membuat dua keris yang sama dengan keris Sumelang Gandring. Sesampai di kadipaten, Mpu Supa meminta Adipati Blambangan untuk memilih salah satu di antara keris itu. Adipati Blambangan amat bangga karena pekerjaan Mpu itu cepat dan baik hasilnya. Akan tetapi Adipati tiada mengetahui bahwa keris pusaka aslinya telah disembunyikan.
Berbulan-bulan Mpu Supa dan Mandrangi bermain sandiwara, takut perbuatannya diketahui Adipati Blambangan. Untuk cepat-cepat meninggalkan Blambangan ia takut dicurigai. Oleh karena itu, Mpu Supa berniat tinggal beberapa lama lagi di Blambangan. Selama itu pula beliau bertingkah laku dengan wajar layaknya warga biasa.
Pusaka Kerajaan Majapahit
Pada suatu hari Adipati Blambangan menguji lagi keampuhan Mpu Supa. Salah seorang putrinya yang sedang menderita sakit dihadiahkan kepada Mpu Supa. Mpu tidak menolak hadiah Adipati dar berusaha akan mengobati sakitnya. Putri Blambangan itu telah dua kali bersuami, akan tetapi kedua orang suaminya meninggal. Kabarnya sakit putri itu bernama sakit upas.
Mpu Supa mengobati dan kemudian Putri itu dijadikan istrinya. Berbulan-bulan Mpu Supa tinggal di Blambangan dan berbulan-bulan ia menyimpan rahasia. Sebenarnya Mpu Supa adalah petugas negara Majapahit yang harus menemukan kembali keris pusaka yang hilang.
Pada suatu hari Mpu Supa menghadap Adipati untuk minta diri meninggalkan Blambangan. Karena permintaan itu, baik putri Adipati dan Adipati sendiri tidak keberatan. Permintaannya untuk meninggalkan Blambangan dikabulkan. Maka segeralah Mpu Supa bersama Mandrangi kembali ke Majapahit.
Sesampai di Majapahit, Mpu langsung menghadap raja yang telah lama menantikan kedatangannya. Baginda Raja Majapahit amat gembira karena keris Sumelang Gandring telah kembali ke Majapahit. Mpu Supa dihadiahi sebidang tanah di daerah Sedayu yang akhirnya Mpu Supa menjadi Pengeran Sendang Sedayu.
Amanat cerita kisah keris sakti dari Jawa Timur ini adalah bahwa kebenaran akan selalu mampu mengalahkan kejahatan. Selain itu, kisah legenda Mpu Supa dari Kerajaan Majapahit ini memiliki pesan moral pentingnya bekerja keras dalam kehidupan. Sebesar apapun cita-cita dan tujuan hidup kita akan mampu tercapai bila kita tidak pernah pantang menyerah dan giat berusaha dengan penuh kesabaran.
Semoga kisah legenda keris sakti Majapahit ini bisa menambah wawasan Anda. Sampai jumpa dalam artikel The Jombang Taste berikutnya!
Daftar Pustaka:
Maryanto, Soemadji. 2008. Pelengkap IPS: Cerita Rakyat Untuk SD. Jakarta: Balai Pustaka.
Orang Jawa memang suka pelihara senjata utk jimat keberuntungan.
Orang Jawa memang dikenal Sakti dan banyak pusakanya beragam pusaka dan jimat kesaktian itu adalah hasil peninggalan kepercayaan animisme dan dinamisme.
Kalau tidak ada agama Islam masuk di Pulau Jawa maka kepercayaan terhadap kekuatan sifat dan aji-aji itu masih besar. Untungnya sekarang ini agama Islam membungkus hal itu dengan acara doa-doa dan pujian kepada Tuhan.
Kisah bagus pak? Trims