Apa kabar teman-teman komunitas blogger Jombang hari ini? Tak terasa bulan puasa tahun ini sudah lewat. Saat ini kita memasuki bulan Syawal dimana kebanyakan muslim sedang bersuka-cita merayakan Lebaran Idul Fitri. Sayangnya, kegembiraan umat muslim saat ini cenderung menuju hura-hura yang tidak penting. Seperti pernah saya singgung dalam artikel sebelumnya, keadaan masjid di bulan Syawal ini mulai sepi jamaah sholat lima waktu. Euforia ibadah tampaknya berlaku di bulan Ramadhan saja. Selebihnya nyaris tidak tampak batang hidung orang-orang yang bulan lalu berjejalan memenuhi barisan sholat. Ya sudahlah, saya berbaik sangka mungkin mereka semua sedang mudik ke kampung halaman dan belum kembali ke rumah.
Trend ibadah umat muslim di tempat tinggal saya memang demikian. Saya selalu berdoa kepada Allah semoga ditambahkan rasa takut kepada-Nya. Takut jika meninggalkan kewajiban sholat jamaah di masjid. Bukan berdoa, saya juga berusaha menjalankannya. Salah satu aktifitas yang saya galakkan di Masjid Baitussalam adalah kebiasaan membaca Al-Quran setelah sholat jamaah subuh di masjid. Kebiasaan ini sudah saya mulai sejak September 2016 lalu setelah mengikuti Kuliah Kerja Nyata di Ngusikan bersama kawan-kawan santri pondok pesantren Tebuireng, pondok pesantren Madrasatul Quran (MQ), pondok pesantren Paculgowang, dan lain-lain. Perilaku mulai para santri disana saya contoh dan saya terapkan di desa tempat tinggal saya.
Kenapa subuh? Karena saya ingin membangunkan para remaja tepat jam empat pagi dan agar mereka bisa disiplin waktu. Tidak mudah bangun sholat subuh berjamaah di masjid. Jangankan melangkahkan kaki ke masjid, melepaskan selimut tebal di udara dingin seperti sekarang ini pun bukan perkara mudah. Hanya remaja Islami yang tangguh saja yang bisa sholat subuh berjamaah di masjid. Lalu, mengapa saya memilih target aktifitas membawa Al-Quran adalah remaja? Saya sadar kemajuan Islam beberapa tahun ke depan lebih banyak ditentukan perilaku remaja saat ini. Saya merasa bersalah jika saya tahu mereka berperilaku tidak benar dan saya mendiamkan. Diamnya orang berilmu lebih jahat daripada maling ayam.
Saya pun mulai menanamkan kebiasaan membaca Al-Quran melalui beragam saluran organisasi. Mulai dari Taman Pendidikan Al-Quran Al-Mujahiddin, SDN Latsari, jamaah Yasin dan Tahlil, dan Remaja Masjid Baitussalam. Alhamdulillah saat ini mulai muncul beberapa remaja yang aktif tadarus Al-Quran surat Al-Waqiah usai melaksanakan sholat subuh di Masjid Baitussalam Dusun Guwo Desa Latsari Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang. Awalnya mereka berjumlah puluhan anak. Namun makin hari makin sedikit yang tersisa. Tak apalah, seleksi alam memang begitu. Kebiasaan membaca Al-Quran di Masjid Baitussalam rupanya menular kepada musholla sebelah rumah. Bahkan beberapa warga Guwo pun mulai ikut tadarus Al-Quran dengan cara menyimak bacaan qori’ di masjid. Alhamdulillah, perilaku baik ini ditiru warga Guwo.
Kemudian, mengapa Al-Quran yang dibaca adalah surat Al-Waqiah? Sebenarnya saya tidak pernah mengharuskan para remaja membaca surat tersebut. Apapun nama surat dalam kitab suci Al-Quran boleh dibaca usai sholat subuh. Namun banyak nasehat dari para kyai dan testimoni tokoh sukses mengatakan manfaat membaca surat Al-Waqiah setelah sholat subuh adalah untuk mempermudah mendapatkan rizki. Saya tidak memungkiri bahwa ekonomi adalah alasan utama mengapa banyak umat muslim mengalami masalah kehidupan di jaman modern ini. Terlepas dari khasiat bacaan surat Al-Waqiah, saya selalu menganjurkan para santri untuk memulai aktifitas harian mereka dengan membaca Al-Quran. Saya selalu berdoa semoga Al-Quran mampu menjadi imam, cahaya, dan petunjuk bagi remaja Dusun Guwo menuju manusia dewasa yang berakhlaqul karimah. Aamiin.
Tetap semangat mas! Allohu akbar!
Berbuat baik dan buruk adalah pilihan. Asal tahu resikonya.
Mari giat beribadah!
Semoga kita selalu dapat lindungan Allah.
Kebiasaan bagus kak. Semoga langgeng.