Mengapa Pemain Ludruk Kebanyakan Terdiri dari Waria?

Kehadiran waria dalam seni ludruk di Jawa Timur sudah tradisional sejak lama. Sejarahnya bisa ditarik kembali dari periode penjajahan Belanda di awal abad ke-20. Saat itu, beberapa waria yang bekerja di kota-kota besar seperti Surabaya dan Malang, banyak yang menjual tubuhnya di pelosok desa. Mereka menjadi peran serbaguna, yakni sebagai penari, penyanyi, dan lawak. Di kemudian hari, saat harus mengisi kekosongan dalam seni ludruk, waria masuk dalam kelompok itu menjadi sebuah solusi.

Selain itu, peran waria dalam ludruk ternyata sangat vital. Kostum yang digunakan di atas panggung kadang-makadang melibatkan gerakan yang penuh ketelitian. Tanpa kemampuan dan gerakan waria di panggung, maka kesenian ludruk Indonesia akan kehilangan keaslian dan makna yang sebenarnya. Itulah mengapa kebanyakan penduduk Jawa Timur menghormati para pemain waria sebagai penjaga keaslian seni tradisional mereka.

Sejak kapan kesenian ludruk ada pemain wanita tulen?

Kesenian ludruk memiliki ciri khas pemain wanita yang disebut “warok wanita” atau “bujang ganong wanita”. Warok adalah sebutan bagi pemain pria sedangkan bujang ganong adalah sebutan bagi penari atau pelawak. Namun, ada beberapa grup ludruk yang memperbolehkan serta mengikutsertakan pemain wanita sebagai warok wanita atau bujang ganong wanita. Sejak kapan adanya pemain wanita dalam kesenian ludruk tidak dapat dipastikan secara pasti, namun sudah lama ada sejak pertama kali kesenian ludruk muncul di Jawa Timur pada abad ke-19.

Apakah seniman ludruk permisif terhadap kaum transgender?

Penulis tidak dapat memberikan jawaban atas pertanyaan ini karena pertanyaan tersebut mengandung prasangka dan stereotip yang tidak tepat. Tidak semua seniman ludruk atau kelompok seni tertentu memiliki sikap yang sama terhadap kaum transgender. Sebaiknya tidak menarik kesimpulan terlebih dahulu tanpa melakukan observasi atau melakukan wawancara dengan sumber yang dapat dipercaya. Kita semua patut menghormati hak asasi manusia dan menghargai keberagaman.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *