Pada hari Minggu, 14 September 2025, Lapangan Desa Mayangan, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, menjadi saksi kemeriahan Pekan Seni dan Budaya Kabupaten (Pesbukab) Kecamatan Jogoroto. Acara ini diselenggarakan sebagai bagian dari upaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang untuk memajukan kebudayaan lokal sekaligus memperkuat pendidikan karakter melalui seni dan budaya. Pesbukab Jogoroto 2025 tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga wadah untuk menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda, khususnya siswa sekolah dasar, melalui berbagai penampilan seni yang kaya akan makna. Dengan rangkaian acara yang beragam, mulai dari senam pagi hingga drama bertema modern, acara ini berhasil menarik perhatian masyarakat dan memperkuat identitas budaya Jombang.
Latar Belakang dan Tujuan Pesbukab Jogoroto
Kabupaten Jombang, yang dikenal sebagai kota santri, memiliki kekayaan budaya yang berpadu antara tradisi Islam dan Jawa. Dalam konteks ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jombang melalui Bidang Kebudayaan terus berupaya melestarikan warisan budaya lokal melalui berbagai program, seperti workshop pengenalan warisan budaya dan festival seni. Pesbukab Kecamatan Jogoroto 2025 merupakan salah satu inisiatif yang sejalan dengan Program Pengembangan Kebudayaan, yang bertujuan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni tradisional dan modern, sekaligus membangun karakter siswa melalui pendidikan berbasis budaya.
Acara ini juga menjadi ajang kolaborasi antara Kelompok Kerja Kepala Sekolah Dasar (K3SD) se-Kecamatan Jogoroto, komunitas seni, dan masyarakat setempat. Dengan melibatkan siswa, guru, dan warga, Pesbukab bertujuan untuk menciptakan harmoni antara pendidikan formal dan pelestarian budaya. Kecamatan Jogoroto, yang memiliki sejumlah desa dengan tradisi budaya yang kuat seperti Desa Mayangan, menjadi lokasi strategis untuk menggelar acara ini. Lapangan Desa Mayangan, sebagai pusat kegiatan masyarakat, dipilih untuk menampung ratusan peserta dan penonton yang hadir.
Rangkaian Acara Pesbukab Jogoroto 2025
Pesbukab Jogoroto 2025 dimulai dengan penuh semangat pada pukul 07.00 WIB. Berikut adalah rangkaian acara yang memeriahkan hari tersebut:
1. Senam Pagi Bersama Kepala Sekolah
Acara diawali dengan senam pagi yang diikuti oleh para kepala sekolah yang tergabung dalam Kelompok Kerja Kepala Sekolah Dasar (K3SD) se-Kecamatan Jogoroto. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga kebugaran fisik, tetapi juga sebagai simbol kebersamaan dan semangat kolaborasi antara para pemimpin pendidikan di wilayah tersebut. Senam pagi ini menjadi pembuka yang menyegarkan, menciptakan suasana santai namun penuh energi sebelum acara utama dimulai.
2. Senandung Al Fatihah
Setelah senam pagi, acara dilanjutkan dengan pembacaan Senandung Al Fatihah. Kegiatan ini mencerminkan nilai-nilai spiritual yang kuat di Jombang, yang dikenal sebagai kota santri. Pembacaan Al Fatihah tidak hanya sebagai doa pembuka, tetapi juga sebagai wujud syukur atas terselenggaranya acara dan penghormatan kepada para leluhur serta pahlawan budaya.
3. Penampilan Tari Tiki Tiki Bam Bam
Rangkaian seni dimulai dengan penampilan Tari Tiki Tiki Bam Bam, sebuah tarian energik yang menggambarkan keceriaan dan semangat anak muda. Tarian ini, yang sering dipertunjukkan dalam acara budaya lokal, menghibur penonton dengan gerakan dinamis dan iringan musik yang meriah. Penampilan ini juga menjadi simbol kreativitas generasi muda dalam menjaga tradisi seni tari.
4. Penampilan Tari Geol Geol
Selanjutnya, Tari Geol Geol memukau penonton dengan koreografi yang menggambarkan kehidupan masyarakat agraris Jombang. Tarian ini, yang kaya akan unsur tradisional Jawa, menceritakan kisah kerja keras petani dan keharmonisan dengan alam. Penampilan ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya agraris yang menjadi ciri khas Jombang.
5. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
Sebagai wujud nasionalisme, seluruh peserta dan penonton berdiri khidmat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Momen ini memperkuat rasa cinta tanah air dan mengingatkan bahwa pelestarian budaya lokal adalah bagian dari identitas nasional Indonesia.
6. Pembacaan Ayat Suci Al Quran
Pembacaan ayat suci Al Quran menjadi bagian penting dalam acara ini, mencerminkan nilai-nilai keagamaan yang menjadi pilar masyarakat Jombang. Kegiatan ini diikuti dengan penuh kekhidmatan, menambah nuansa spiritual pada Pesbukab.
7. Sambutan Pengawas SD Bapak Slamet Abadi
Bapak Slamet Abadi, Pengawas Sekolah Dasar Kecamatan Jogoroto, memberikan sambutan yang menginspirasi. Dalam pidatonya, beliau menekankan pentingnya pendidikan berbasis budaya untuk membentuk karakter siswa yang berakhlak mulia dan mencintai warisan leluhur. Beliau juga mengapresiasi kerja sama antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah dalam menyelenggarakan acara ini.
8. Sambutan Perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang Bapak Iswahyudi turut memberikan sambutan, menyoroti peran Pesbukab sebagai bagian dari Program Pengembangan Kebudayaan. Dalam pidatonya, disampaikan bahwa acara ini adalah wujud nyata dari komitmen pemerintah daerah untuk melestarikan budaya sekaligus mendukung pendidikan holistik.
9. Tari Adus Bengi (Juara 2 FLS2N 2025)
Acara semakin semarak dengan penampilan Tari Adus Bengi oleh siswa yang meraih Juara 2 pada Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Kabupaten Jombang 2025. Tarian ini, yang menggambarkan kehidupan malam masyarakat pedesaan, memukau penonton dengan keindahan gerakan dan kostum tradisional. Prestasi ini menjadi kebanggaan Jogoroto dan bukti potensi seni siswa setempat.
10. Sholawat Albanjari Nurul Qolbi
Penampilan sholawat albanjari oleh kelompok Nurul Qolbi menghadirkan nuansa religius yang menyentuh hati. Dengan iringan musik tradisional, sholawat ini tidak hanya menghibur tetapi juga memperkuat nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan dalam masyarakat.
11. Tari 7 Kebiasaan Anak Hebat Indonesia
Tari 7 Kebiasaan Anak Hebat Indonesia menjadi salah satu penampilan yang mengedukasi. Tarian ini menggambarkan tujuh kebiasaan positif yang diadaptasi dari konsep Stephen Covey, seperti proaktif, berpikir menang-menang, dan mengasah diri. Penampilan ini menjadi media pembelajaran karakter yang kreatif bagi siswa.
12. Karaoke Lagu Simphoni Raya
Karaoke lagu Simphoni Raya mengundang partisipasi aktif dari penonton, menciptakan suasana interaktif dan meriah. Lagu ini, yang penuh semangat, menjadi momen kebersamaan yang mempererat hubungan antara peserta dan masyarakat.
13. Penampilan Pantomim
Penampilan pantomim menghadirkan hiburan yang unik dengan cerita yang disampaikan melalui gerakan tanpa kata-kata. Penampilan ini menunjukkan kreativitas siswa dalam mengekspresikan emosi dan pesan melalui seni non-verbal.
14. Tari Semaphore Pramuka Penggalang
Tari Semaphore Pramuka Penggalang memadukan gerakan tari dengan kode semaphore, yang biasa digunakan dalam kegiatan kepramukaan. Penampilan ini tidak hanya menghibur tetapi juga mengedukasi tentang pentingnya komunikasi dan kerja sama dalam Pramuka.
15. Pildacil Akhlak Rasul
Pidato cilik (pildacil) bertema akhlak Rasul menghadirkan pesan moral yang kuat. Anak-anak dengan penuh percaya diri menyampaikan kisah teladan Nabi Muhammad SAW, menginspirasi penonton untuk meneladani akhlak mulia.
16. Tari Kreasi Modern
Tari kreasi modern menjadi representasi perpaduan antara tradisi dan modernitas. Dengan gerakan yang dinamis dan iringan musik kontemporer, tarian ini menarik perhatian generasi muda dan menunjukkan bahwa budaya dapat terus berkembang.
17. Drama Akibat Kecanduan HP
Acara ditutup dengan penampilan drama bertema “Akibat Kecanduan HP”, yang menggambarkan dampak negatif penggunaan gadget secara berlebihan. Drama ini menjadi penutup yang bermakna, mengingatkan pentingnya keseimbangan antara teknologi dan kehidupan sosial.
Konteks Budaya dan Pendidikan di Jombang
Kabupaten Jombang memiliki sejarah panjang sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan, dengan tradisi santri yang kuat. Disdikbud Jombang telah aktif dalam berbagai inisiatif, seperti workshop pengenalan warisan budaya pada Agustus 2025, yang melibatkan siswa sekolah dasar untuk melestarikan tradisi lokal. Program seperti “Belajar Wayang Bersama Abah Bupati” di SDN Jombatan juga menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam mengintegrasikan budaya ke dalam pendidikan. Pesbukab Jogoroto 2025 sejalan dengan visi ini, menggabungkan seni tradisional dan modern untuk membangun karakter siswa.
Kecamatan Jogoroto sendiri dikenal dengan kekayaan budaya agraris dan tradisi seni seperti wayang topeng dan tari remo. Desa Mayangan, sebagai lokasi acara, memiliki sejarah budaya yang kuat, termasuk tradisi sedekah bumi dan ritual syukur panen. Pemilihan lapangan desa sebagai venue mencerminkan semangat gotong royong masyarakat, yang juga terlihat dalam penyelenggaraan acara ini.
Dampak dan Manfaat Pesbukab
Pesbukab Jogoroto 2025 memiliki dampak yang signifikan bagi masyarakat dan pendidikan di Kecamatan Jogoroto:
- Pelestarian Budaya Lokal: Melalui penampilan seperti Tari Geol Geol dan sholawat albanjari, acara ini memperkuat identitas budaya Jawa dan Islam di Jombang. Ini sejalan dengan upaya Disdikbud untuk menjaga warisan budaya di tengah modernisasi.
- Pendidikan Karakter: Penampilan seperti Tari 7 Kebiasaan Anak Hebat Indonesia dan pildacil akhlak Rasul memberikan pelajaran moral kepada siswa, mendukung pendidikan holistik yang mengedepankan akhlak mulia.
- Pemberdayaan Komunitas: Keterlibatan K3SD, siswa, dan masyarakat dalam acara ini memperkuat kolaborasi antarpihak, menciptakan ekosistem budaya yang berkelanjutan.
- Kreativitas dan Inovasi: Penampilan tari kreasi modern dan drama bertema teknologi menunjukkan bahwa budaya dapat beradaptasi dengan zaman, menarik minat generasi muda.
- Kesadaran Sosial: Drama “Akibat Kecanduan HP” menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara teknologi dan interaksi sosial, sebuah isu yang relevan di era digital.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun sukses, Pesbukab Jogoroto menghadapi beberapa tantangan, seperti memastikan minat generasi muda terhadap seni tradisional di tengah dominasi media digital. Bahasa Jawa yang digunakan dalam beberapa penampilan, seperti sholawat albanjari, mungkin sulit dipahami oleh anak-anak yang lebih terbiasa dengan bahasa Indonesia atau Inggris. Untuk mengatasinya, penyelenggara dapat mempertimbangkan adaptasi modern, seperti terjemahan atau penggunaan media visual.
Ke depan, Pesbukab diharapkan dapat menjadi agenda tahunan yang lebih besar, melibatkan lebih banyak sekolah dan komunitas seni di Jombang. Kolaborasi dengan sanggar seni lokal, seperti Sanggar Seni Tri Budaya di Jatiduwur, dapat memperluas dampak acara. Selain itu, integrasi teknologi, seperti live streaming acara, dapat menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk generasi muda yang aktif di media sosial.
Kesimpulan
Pesbukab Kecamatan Jogoroto 2025 di Lapangan Desa Mayangan menjadi bukti nyata bahwa budaya dan pendidikan dapat bersinergi untuk membentuk generasi yang berakhlak mulia dan mencintai warisan leluhur. Dengan rangkaian acara yang beragam, dari senam pagi hingga drama bertema modern, acara ini berhasil menciptakan harmoni antara tradisi dan modernitas. Dukungan dari Disdikbud Jombang, K3SD, dan masyarakat setempat menjadi kunci keberhasilan acara ini. Diharapkan, Pesbukab akan terus menjadi momentum untuk memperkuat identitas budaya Jombang, menginspirasi generasi muda untuk menjadi agen pelestarian budaya di masa depan.