Kabupaten Jombang, sebuah wilayah strategis di Jawa Timur, tengah mengalami transformasi besar melalui inisiatif rebranding yang inovatif dengan mengusung tagline “Jombang The Root of Java.” Rebranding ini diusulkan oleh Bupati Jombang Abah Warsubi. Pemilihan ulang branding Kabupaten Jombang bukan sekadar pergantian slogan, melainkan sebuah strategi ambisius untuk memosisikan Jombang sebagai pusat sejarah, budaya, dan pendidikan yang kaya di Pulau Jawa. Dengan pendekatan ini, Jombang berupaya memanfaatkan warisan masa lalunya untuk membuka peluang baru di masa depan, khususnya dalam pengembangan potensi ekonomi, bisnis, pariwisata, pendidikan, dan kebudayaan. Artikel ini akan mengulas secara mendalam makna tagline tersebut serta dampaknya terhadap berbagai sektor di Jombang.
Makna Tagline “Jombang The Root of Java”
Tagline “Jombang The Root of Java” mengandung makna yang dalam dan multidimensional. Secara harfiah, “akar Jawa” menunjukkan posisi Jombang sebagai salah satu wilayah yang menjadi fondasi sejarah dan budaya Pulau Jawa. Terletak di tengah Provinsi Jawa Timur, Jombang menjadi persimpangan penting yang menghubungkan berbagai kota besar seperti Surabaya, Malang, dan Kediri. Namun, makna tagline ini melampaui letak geografis. Ia merujuk pada peran Jombang sebagai salah satu pusat peradaban kuno, ditandai dengan penemuan fosil Homo Mojokertensis di lembah Sungai Brantas yang menunjukkan keberadaan manusia purba ratusan ribu tahun lalu.
Selain itu, Jombang memiliki warisan budaya dan religi yang kuat. Dikenal sebagai “Kota Santri,” kabupaten ini menjadi rumah bagi ratusan pondok pesantren yang telah melahirkan ulama dan pemikir besar, termasuk Presiden ke-4 Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Situs-situs bersejarah seperti Candi Rimbi dan Sendang Made, yang terkait dengan legenda Kerajaan Majapahit dan Airlangga, juga memperkuat identitas Jombang sebagai “akar” budaya Jawa. Melalui rebranding ini, pemerintah daerah ingin mengemas kekayaan tersebut menjadi narasi yang menarik bagi masyarakat lokal maupun dunia luar.
Dampak terhadap Pengembangan Ekonomi
Rebranding dengan tagline “Jombang The Root of Java” telah membawa angin segar bagi perekonomian Jombang. Dengan menonjolkan identitasnya sebagai wilayah bersejarah dan budaya, Jombang berhasil menarik perhatian investor yang ingin memanfaatkan potensi lokal. Salah satu sektor yang paling terdampak adalah agribisnis. Jombang dikenal sebagai daerah penghasil beras terbesar di Jawa Timur, bahkan mencapai status swasembada pangan. Kini, melalui citra baru ini, produk-produk pertanian unggulan seperti buah-buahan dari Wonosalam—termasuk durian, manggis, dan alpukat—serta jeruk nipis dari Perak mulai dipromosikan secara lebih luas.
Selain itu, rebranding ini mendorong munculnya industri kreatif berbasis budaya. Salah satu contoh nyata adalah pengembangan motif batik khas Jombang yang terinspirasi dari relief Candi Rimbi. Batik ini tidak hanya menjadi produk lokal yang diminati wisatawan, tetapi juga mulai menembus pasar ekspor. Inisiatif ini menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperkuat ekonomi daerah. Pemerintah juga mendukung dengan membangun pusat-pusat pelatihan kewirausahaan yang membantu petani dan pengrajin meningkatkan kualitas produk mereka, sehingga mampu bersaing di pasar yang lebih luas.
Pengembangan Bisnis Lokal
Bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), rebranding ini memberikan peluang emas untuk berkembang. Tagline “The Root of Java” menjadi nilai jual yang kuat bagi produk-produk lokal. Misalnya, pengrajin kerajinan tangan yang menggunakan bahan-bahan tradisional seperti bambu atau kayu kini dapat memasarkan produk mereka dengan narasi autentik yang terkait dengan warisan Jawa. Produk-produk seperti tas anyaman, miniatur candi, dan peralatan rumah tangga berbasis tradisi mulai mendapat tempat di hati konsumen, baik domestik maupun internasional.
Pemerintah daerah turut berperan dengan meluncurkan program pendampingan UMKM yang mencakup pelatihan desain, pemasaran digital, dan akses ke pasar. Program ini sejalan dengan visi rebranding untuk menjadikan Jombang sebagai pusat industri kreatif yang berakar pada kearifan lokal. Hasilnya, banyak UMKM yang sebelumnya hanya beroperasi di lingkup lokal kini mampu menjangkau pasar nasional, bahkan ekspor. Peningkatan aktivitas bisnis ini juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah, dengan pendapatan asli daerah (PAD) yang terus meningkat dari sektor perdagangan dan jasa.
Pengembangan Pariwisata
Pariwisata adalah salah satu sektor yang paling diuntungkan dari rebranding ini. Tagline “Jombang The Root of Java” berhasil memosisikan Jombang sebagai destinasi wisata yang menawarkan pengalaman unik berbasis sejarah, budaya, dan religi. Wisata religi, khususnya ziarah ke makam Gus Dur di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, telah lama menjadi daya tarik utama. Namun, rebranding ini memperluas cakupan pariwisata Jombang dengan mengintegrasikan wisata religi dengan atraksi lain seperti wisata alam dan sejarah.
Kawasan Wonosalam, misalnya, kini dipromosikan sebagai destinasi wisata alam dengan kebun buah dan pemandangan pegunungan yang memukau. Pengunjung dapat menikmati aktivitas seperti petik buah langsung dari pohon, yang menjadi daya tarik tersendiri. Di sisi lain, situs-situs bersejarah seperti Sendang Made dan Candi Rimbi dikemas ulang sebagai bagian dari narasi “The Root of Java,” menarik wisatawan yang ingin menyelami jejak peradaban Jawa kuno. Untuk mendukung pertumbuhan sektor ini, pemerintah telah meningkatkan infrastruktur pariwisata, termasuk pembangunan jalan, penginapan, dan pusat informasi wisata. Dampaknya, kunjungan wisatawan meningkat signifikan, memberikan efek domino pada perekonomian lokal melalui sektor perhotelan, kuliner, dan transportasi.
Pengembangan Pendidikan
Sebagai “Kota Santri,” Jombang memiliki reputasi kuat sebagai pusat pendidikan Islam. Rebranding dengan tagline “The Root of Java” memperkuat posisi ini sekaligus membukanya ke arah yang lebih luas. Pondok pesantren, yang menjadi tulang punggung pendidikan di Jombang, kini semakin dikenal di tingkat internasional. Pesantren seperti Tebuireng dan Darul Ulum mulai menarik santri dari luar negeri, seperti Malaysia, Thailand, dan bahkan negara-negara Timur Tengah, berkat promosi yang didukung citra baru Jombang.
Di sisi lain, institusi pendidikan formal juga turut berkembang. Universitas PGRI Jombang, misalnya, meluncurkan program studi baru yang berfokus pada kajian budaya dan sejarah Jawa, sejalan dengan tagline rebranding. Program ini tidak hanya menarik minat mahasiswa lokal tetapi juga akademisi yang ingin mendalami akar budaya Jawa. Selain itu, rebranding ini mendorong pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai lokal dengan pendidikan modern, seperti teknologi dan kewirausahaan. Dengan demikian, Jombang tidak hanya mempertahankan identitasnya sebagai pusat pendidikan Islam tetapi juga bertransformasi menjadi destinasi pendidikan yang holistik dan berdaya saing global.
Pengembangan Kebudayaan
Rebranding ini juga memiliki dampak besar pada pelestarian dan promosi kebudayaan lokal. Pemerintah daerah, bekerja sama dengan komunitas seni, berupaya menghidupkan kembali tradisi yang hampir punah, seperti Seni Besutan, sebuah kesenian tradisional yang menggabungkan musik dan teater. Melalui program pendidikan dan promosi di sekolah-sekolah, generasi muda mulai mengenal dan melestarikan warisan ini. Selain itu, tari Kenya Made, yang terinspirasi dari legenda lokal, kini menjadi ikon budaya Jombang yang sering ditampilkan dalam berbagai acara.
Festival budaya tahunan juga menjadi bagian dari strategi rebranding. Festival ini menampilkan kekayaan tradisi Jombang, mulai dari tarian, musik, hingga kuliner khas seperti soto Jombangan dan pecel pincuk. Acara ini tidak hanya menarik wisatawan tetapi juga menjadi ajang bagi seniman lokal untuk menunjukkan karya mereka, memperkuat identitas budaya Jombang di mata dunia. Dengan pendekatan ini, rebranding tidak hanya melestarikan budaya tetapi juga menjadikannya aset ekonomi yang bernilai tinggi.

Kesimpulan
Rebranding Kabupaten Jombang dengan tagline “Jombang The Root of Java” oleh Bupati Jombang Abah Warsubi diharapkan membawa perubahan positif yang signifikan di berbagai sektor. Dalam ekonomi, investasi dan industri kreatif berkembang pesat. Bisnis lokal, terutama UMKM, mendapat dorongan untuk bersaing di pasar yang lebih luas. Pariwisata tumbuh dengan pesat berkat promosi destinasi berbasis sejarah dan alam. Pendidikan, yang menjadi keunggulan Jombang, semakin diperkuat dengan pendekatan modern dan global. Sementara itu, kebudayaan lokal tidak hanya dilestarikan tetapi juga dipromosikan sebagai daya tarik utama.
Melalui strategi ini, Jombang berhasil memanfaatkan kekayaan sejarah dan budayanya untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Tagline “The Root of Java” bukan sekadar slogan, melainkan visi yang mengakar kuat untuk menjadikan Jombang sebagai pusat potensi lokal yang relevan di era modern. Dengan terus mengembangkan inisiatif ini, Jombang berpotensi menjadi model bagi daerah lain dalam memadukan warisan masa lalu dengan peluang masa depan.