Tim Tari Pesona Jombang: Pelestari Warisan Budaya Tari Tradisional Jawa Timur

Kabupaten Jombang, yang terletak di jantung Provinsi Jawa Timur, bukan hanya dikenal sebagai kota santri dengan mayoritas penduduknya yang taat beragama, tetapi juga sebagai gudang seni budaya yang kaya akan tradisi. Di tengah hiruk-pikuk modernisasi, Jombang tetap mempertahankan pesonanya melalui berbagai kesenian tradisional, khususnya seni tari. Salah satu pilar utama dalam pelestarian ini adalah Tim Tari Pesona Jombang, sebuah kelompok seni yang berdedikasi untuk mempromosikan dan mengembangkan tari-tari khas daerah. Tim ini bukan sekadar kelompok penari biasa; ia merupakan jembatan antara masa lalu dan masa depan, di mana gerak tubuh yang lincah bercerita tentang sejarah, nilai kepahlawanan, dan harmoni sosial masyarakat Jombang.

Didirikan pada awal tahun 2000-an sebagai inisiatif komunitas seni lokal, Tim Tari Pesona Jombang lahir dari semangat untuk menghidupkan kembali tari-tari yang hampir pudar di era globalisasi. Nama “Pesona” sendiri mencerminkan daya tarik magis dari tarian-tarian Jombang yang mampu memikat hati penonton, baik lokal maupun nasional. Melalui penampilan rutin di festival budaya, upacara adat, dan even internasional, tim ini telah menjadi ikon pelestarian budaya tak benda. Artikel ini akan mengupas tuntas perjalanan tim ini, jenis-jenis tari khas Jombang yang menjadi andalannya, para seniman lokal yang terlibat, serta peran krusial Pemerintah Kabupaten Jombang dalam mendukung keberlangsungannya. Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan gambaran komprehensif tentang bagaimana seni tari menjadi denyut nadi identitas Jombang.

Tari khas Jombang tidak hanya sekadar hiburan; ia adalah cerminan filosofi hidup masyarakatnya yang santun, religius, dan inovatif. Dari gerakan patah-patah yang gagah hingga iringan gamelan yang merdu, setiap langkah tari menyimpan cerita perjuangan leluhur. Tim Tari Pesona Jombang, dengan anggota yang mayoritas berasal dari kalangan pemuda desa, telah berhasil membawa pesona ini ke panggung nasional, bahkan internasional. Di era digital saat ini, di mana tren TikTok dan media sosial mendominasi, tim ini tetap setia pada akar tradisi sambil beradaptasi dengan elemen kontemporer. Pembahasan selanjutnya akan menyelami lebih dalam elemen-elemen kunci yang membuat Tim Tari Pesona Jombang begitu istimewa.

Sejarah dan Perkembangan Tim Tari Pesona Jombang

Tim Tari Pesona Jombang resmi berdiri pada tahun 2005, di bawah naungan Sanggar Seni Desa Ceweng, Kecamatan Diwek—tempat kelahiran tari ikonik Jombang, Tari Remo. Inisiatif ini lahir dari kekhawatiran sekelompok seniman lokal yang melihat generasi muda semakin jauh dari warisan budaya. Pada masa awal, tim ini hanya terdiri dari 15 anggota, mayoritas remaja putra yang dilatih oleh para tetua desa. Nama “Pesona” dipilih untuk menggambarkan daya pikat tarian Jombang yang seperti mutiara tersembunyi di pesisir timur Jawa, siap mempesona dunia.

Perjalanan tim ini tidak lepas dari tantangan. Pada 2008, mereka mengikuti Festival Tari Remo Jawa Timur di Jombang dan meraih juara pertama kategori kelompok pemula. Prestasi ini menjadi titik balik, di mana tim mulai mendapat dukungan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jombang. Sejak itu, penampilan mereka merambah ke luar daerah, seperti Festival Budaya Nusantara di Jakarta pada 2012 dan Pekan Kebudayaan Nasional pada 2015. Pada 2022, tim ini turut andil dalam Tari Remo Boletan Massal Jombang yang memecahkan rekor MURI dengan melibatkan ribuan penari, sebuah momen yang diabadikan sebagai warisan budaya tak benda.

Evolusi tim ini juga terlihat dari adaptasi modern. Awalnya fokus pada tari tradisional murni, kini mereka mengintegrasikan elemen kontemporer seperti pencahayaan LED dan musik fusion. Misalnya, pada penampilan “Pesona Remo Modern” di Jombang Culture Carnival 2024, tim ini memadukan Tari Remo dengan beat elektronik, menarik generasi Z untuk ikut serta. Saat ini, tim memiliki 50 anggota tetap, dengan program pelatihan bulanan yang terbuka untuk pemuda desa. Keberhasilan ini tak lepas dari kolaborasi dengan seniman lokal dan dukungan pemerintah, yang akan dibahas lebih lanjut nanti.

Tim Tari Pesona Jombang bukan hanya pelaku seni, tapi juga agen pendidikan budaya. Mereka sering menggelar workshop di sekolah-sekolah, mengajarkan nilai-nilai kepahlawanan dari Tari Remo kepada anak-anak. Di tengah pandemi COVID-19, tim beralih ke penampilan virtual melalui YouTube dan TikTok, yang justru meningkatkan follower mereka hingga puluhan ribu. Hingga September 2025, tim ini telah tampil di lebih dari 100 even, membawa pesona Jombang ke seluruh nusantara. Sejarah ini membuktikan bahwa dengan dedikasi, warisan budaya bisa tetap relevan di era digital.

Jenis Tari Khas Jombang yang Dipentaskan oleh Tim

Jombang kaya akan jenis tari tradisional yang mencerminkan keragaman budaya masyarakatnya. Tim Tari Pesona Jombang, sebagai pelestari utama, sering mementaskan berbagai jenis ini dalam repertoar mereka. Tari khas Jombang umumnya berasal dari tradisi ludruk, sandur, dan ritual adat, dengan tema kepahlawanan, penyambutan tamu, dan harmoni alam. Berikut adalah beberapa jenis utama yang menjadi andalan tim.

Pertama, Tari Remo—ikon utama Jombang. Tari ini berasal dari Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, dan diciptakan sekitar tahun 1907 oleh seniman jalanan bernama Cak Mo sebagai pembuka pertunjukan ludruk. Awalnya bernama Seniti atau Seniten, tari ini menggambarkan perjuangan pangeran gagah berani dalam pertempuran, dengan gerakan patah-patah yang lincah dan hentakan kaki yang berirama. Properti utamanya adalah selendang hijau yang melambangkan keberanian, diiringi gamelan slendro. Tim Pesona sering mempresentasikan versi klasiknya, di mana penari pria mendominasi dengan kostum blangkon dan beskap hitam. Varian populer adalah Tari Remo Boletan, yang lahir pada 1947 dan memiliki ciri suara gerincing dari cincin kaki serta gerakan lebih energik. Pada Festival Tari Remo Jawa Timur 2021, tim ini tampil dengan versi boletan massal, memecahkan rekor partisipasi.

Kedua, Tari Topeng Klono Sewu—warisan budaya tak benda yang unik. Berasal dari ritual adat di Desa Klino, Kecamatan Mojoagung, tari ini melibatkan penari bertopeng yang menceritakan kisah perjalanan spiritual 1000 hari (klono sewu berarti seribu hari). Gerakannya lambat dan meditatif, dengan topeng kayu yang melambangkan roh leluhur. Tim Pesona mengadaptasinya menjadi pertunjukan kontemporer pada 2023, menggabungkan elemen pencahayaan untuk efek mistis. Tari ini bukan hanya seni, tapi juga sarana pemenuhan nazar masyarakat, sering ditampilkan dalam upacara selamatan panen.

Ketiga, tari-tari dari tradisi Sandur Manduro di Desa Manduro, Kecamatan Kabuh. Ini termasuk Tari Bapang (gerakan tangan seperti bapang atau pengibar bendera, melambangkan semangat juang), Tari Klana (kisah pangeran pemberani), Tari Sapen (karakter pendekar lincah), Tari Punakawan (humor rakyat dengan tokoh Semar), Tari Gunungsari (harmoni alam gunung), Tari Panji (romansa bangsawan), dan Tari Jaranan (kuda lumping dengan elemen mistis). Sandur Manduro sendiri adalah pertunjukan wayang orang yang kaya tari, dan tim Pesona sering mengambil elemen-elemen ini untuk kreasi baru. Misalnya, pada Jombang Cultural Heritage 2024, mereka memadukan Tari Bapang dengan Tari Remo untuk tema “Kepahlawanan Nusantara”.

Selain itu, ada Tari Remo Jawara—varian modern yang mengintegrasikan elemen bela diri silat, diciptakan untuk festival sekolah. Tim juga mempromosikan Tari Cantik, kreasi daerah yang menonjolkan kelembutan perempuan Jombang, meski jarang. Secara keseluruhan, jenis-jenis ini menunjukkan keragaman: dari energik seperti Remo Boletan hingga sakral seperti Klono Sewu. Tim Pesona memastikan setiap penampilan autentik, dengan kostum batik tulis Jombang dan iringan kendang. Melalui ini, mereka tidak hanya melestarikan, tapi juga mengedukasi generasi muda tentang nilai budaya. Di era Gen Z, tari-tari ini tetap eksis berkat adaptasi digital, seperti video TikTok yang viral menampilkan gerakan Remo patah-patah.

Guk dan Yuk Jombang memakai baju khas jombang
Guk dan Yuk Jombang memakai baju khas jombang

Seniman Lokal yang Terlibat dalam Tim Tari Pesona Jombang

Keberhasilan Tim Tari Pesona Jombang tak lepas dari dedikasi para seniman lokal yang menjadi tulang punggungnya. Mereka bukan hanya pengajar, tapi juga inovator yang menjaga api tradisi tetap menyala. Beberapa tokoh kunci adalah pewaris langsung dari generasi pendiri tari Jombang.

Cak Mo, meski telah tiada, tetap menjadi legenda sebagai pencipta Tari Remo. Lahir di Jombang akhir abad 19, ia adalah seniman jalanan yang pernah menjadi gemblak (pelayan) di istana keraton. Pada 1907, Cak Mo menciptakan Remo sebagai pembuka ludruk, menggabungkan elemen teater rakyat dengan gerak tari. Tim Pesona sering menghormatinya melalui rekonstruksi pertunjukan, dan semangatnya diwariskan melalui cerita lisan.

Suhartono, seniman hidup yang aktif sejak 1980-an, adalah pewaris Tari Remo Boletan. Berbasis di Desa Diwek, ia bergabung dengan tim pada 2010 sebagai koreografer utama. Suhartono, yang juga menguasai gending dan karawitan, telah melatih ratusan pemuda. Pada 2020, ia memimpin workshop yang menghasilkan kreasi “Remo Harmoni”, memadukan boletan dengan elemen kontemporer. Kontribusinya diakui saat tim memenangkan penghargaan provinsi.

Ery Mefri, pimpinan Nan Jombang Dance Company, sering berkolaborasi dengan tim sejak 2015. Lahir 1958 di Jombang, Ery adalah koreografer nasional yang menciptakan puluhan karya, termasuk adaptasi Remo untuk panggung internasional. Melalui kolaborasi, ia membawa tim ke Festival Asia Tenggara pada 2018, memperkenalkan Topeng Klono Sewu ke publik global.

Arif Rofiq, penata tari asal Jombang (lahir 1964), mendirikan Raff Dance Company dan sering menjadi tamu pelatih. Karyanya yang inovatif, seperti penggabungan Sandur Manduro dengan balet, telah diadopsi tim untuk penampilan modern. Ia juga aktif dalam pelatihan anak muda, memastikan pewarisan lintas generasi.

Lainnya termasuk Sastro Bolet Amenan, pencipta boletan pada 1947, yang inspirasinya masih hidup melalui murid-muridnya di tim. Cak Durasim, seniman ludruk legendaris Jombang, memberikan fondasi teater yang memengaruhi kreasi tim. Para seniman ini, dengan latar belakang dari desa hingga kota, membentuk tim menjadi keluarga besar. Mereka tidak hanya mengajar gerak, tapi juga nilai santun dan religius, membuat Tim Pesona lebih dari sekadar grup tari—ia adalah komunitas pelestari identitas.

Remaja Penabuh Gamelan di Pertunjukan Kesenian Wayang Kulit di Jeruk Kuwik Bareng Jombang (1)
Remaja Penabuh Gamelan di Pertunjukan Kesenian Wayang Kulit di Jeruk Kuwik Bareng Jombang (1)

Peran Pemerintah Kabupaten Jombang dalam Dukungan Seni Tari

Pemerintah Kabupaten Jombang memainkan peran sentral dalam keberlangsungan Tim Tari Pesona Jombang dan seni tari secara umum. Melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), pemerintah mendorong pelestarian melalui program pembinaan di sekolah dasar, seperti ekstrakurikuler Tari Remo di 50 SD sejak 2020. Ini memastikan generasi muda terlibat, dengan anggaran tahunan Rp500 juta untuk workshop.

Festival seperti Jombang Culture Carnival 2024 dan Jombang Cultural Heritage menjadi wadah utama. Dibuka Bupati, even ini menampilkan tim sebagai headliner, mempromosikan budaya ke wisatawan. Pemerintah juga mengakui tari Jombang sebagai warisan tak benda, seperti Besutan Jombang yang diserahkan Gubernur Jatim ke Kemdikbud. Dukungan finansial, seperti subsidi kostum dan transportasi, membuat tim bisa tampil nasional.

Selain itu, program pemberdayaan masyarakat melalui kontes Sandur Manduro di Desa Kabuh melibatkan tim dalam juri dan pelatih. Di era digital, pemerintah bekerja sama dengan tim untuk konten online, meningkatkan promosi pariwisata. Peran ini holistik: dari pendanaan hingga advokasi, memastikan seni tari tetap hidup sebagai identitas Jombang.

Prestasi, Dampak, dan Kesimpulan

Tim Tari Pesona Jombang telah meraih puluhan prestasi, dari rekor MURI hingga tampil di TV nasional, membawa dampak ekonomi melalui wisata budaya. Secara sosial, ia memperkuat kohesi antar-etnis di Jombang yang multikultural.

Kesimpulannya, Tim Tari Pesona Jombang adalah simbol ketangguhan budaya Jombang. Dengan tari khas seperti Remo dan Klono Sewu, seniman seperti Cak Mo dan Suhartono, serta dukungan pemerintah, pesona ini akan abadi. Mari dukung pelestarian ini untuk generasi mendatang.

Tinggalkan Balasan