Tidak seperti biasanya, pagi ini banyak pedagang janur lewat depan rumah. Mereka menjajakan daun kelapa yang masih muda untuk dijadikan pembungkus ketupat. Ketupat adalah makanan khas Indonesia, khususnya warga Jawa, yang hadir setahun sekali saat Lebaran Idul Fitri tiba. Ketupat hanya akan muncul kembali saat warga Jawa melaksanakan hajatan besar, misalnya membangun rumah dan menikahkan anaknya. Kali ini ketupat lebaran hadir karena adanya Riyaya Kupat.
Penduduk muslim dari suku Jawa memiliki tradisi Riyaya Kupat setelah hari raya Idul Fitri berlangsung. Riyaya Kupat dilaksanakan tanggal 5-7 Syawal setiap tahun. Praktis, hari raya bagi muslim Jawa berlangsung seminggu penuh. Mereka tidak makan ketupat pada tanggal 1-2 Syawal. Ketupat lebaran baru muncul saat lebaran idul fitri memasuki hari kelima. Proses memaksa ketupat berlangsung lama, sedikitnya 6 jam tanpa putus. Ketupat tidak hadir sendirian di Riyaya Kupat. Biasanya warga juga membuat lontong, lepet dan aneka masakan berkuah santan.
Setelah semua matang, warga saling berkirim hidangan khas Riyaya Kupat. Proses ini menjadi ajang perekat silaturahmi antar warga usai lebaran. Makna kupat adalah mengaku lepat alias mengakui semua kesalahan diri sendiri. Kata kupat pada umumnya beriringan dengan empat kata dalam Bahasa Jawa yang terdengar saling mirip, yaitu lebaran, leburan, luberan, dan laburan. Apakah arti masing-masing kata tersebut?
Lebaran menandakan telah lebar (selesai) masa berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Leburan bermakna bahwa segala kesalahan telah dilebur menjadi satu dan setiap orang memiliki pandangan yang sama untuk kembali ke titik nol kehidupan. Berikutnya, luberan diartikan dengan harta yang melimpah ruah dan dibagi kepada masyarakat berbentuk zakat. Terakhir, laburan adalah kata dalam Bahasa Jawa yang bermakna memutihkan seluruh tubuh hingga tanpa noda sedikitpun. Simbol-simbol tersebut memiliki pengaruh dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Berbeda dengan perayaan Idul Fitri di masyarakat perkotaan yang cenderung tidak mengenal tradisi Riyaya Kupat, masyarakat pedesaan justru menikmati setiap detail rangkaian waktu bersenang-senang ini. Peristiwa Riyaya Kupat ini juga menjadi penutup bagi rangkaian Lebaran Idul Fitri dan libur sekolah. Setelah Riyaya Kupat, warga yang mudik segera balik ke kota untuk bekerja kembali. Semoga setiap umat muslim yang merayakan Lebaran Idul Fitri tahun ini bisa terlahir kembali menjadi manusia suci layaknya bayi yang baru lahir. Aamiin.
Tinggalkan Balasan ke Ketika Emak-emak Rempong Mencari Guru Les Privat – The Jombang Taste by Agus Siswoyo Batalkan balasan