Abu Nawas Menjadi Permaisuri Sehari

Pada suatu hari, Abu Nawas sedang berjalan-jalan di pasar kota Bagdad. Ia melihat-lihat barang dagangan dan menikmati suasana ramai pasar. Tiba-tiba, ia melihat sebuah iklan yang menarik perhatiannya. Iklan itu mengatakan bahwa siapa saja yang berhasil membuat Raja Harun Al-Rasyid tertawa, akan dijadikan permaisuri selama sehari.

Abu Nawas merasa tertantang dan ingin mencoba peruntungan. Ia pun segera pergi ke istana untuk mendaftarkan diri sebagai peserta. Setelah beberapa hari menunggu, akhirnya tiba giliran Abu Nawas untuk menghibur Raja Harun Al-Rasyid.

Abu Nawas sudah merencanakan sesuatu yang sangat lucu untuk membuat Raja tertawa. Ia menyiapkan sebuah cermin yang sangat besar dan meletakkannya di depan pintu ruangan tempat Raja bersemayam. Kemudian, Abu Nawas mengenakan pakaian raja dengan mahkota dan perhiasan. Ia juga menambahkan make up tebal di wajahnya agar terlihat seperti permaisuri.

Saat Raja Harun Al-Rasyid memanggil nama Abu Nawas, ia pun segera masuk ke ruangan dengan gaya anggun seperti permaisuri. Rupanya, Raja Harun Al-Rasyid terkejut melihat Abu Nawas yang berdandan seperti permaisuri. Ia penasaran dan ingin melihat lebih dekat.

Abu Nawas mengajak Raja Harun Al-Rasyid berdiri di depan cermin besar yang sudah disiapkan. Ketika Raja melihat pantulan dirinya dan Abu Nawas yang berdandan seperti permaisuri, ia tidak bisa menahan tawa. Semua orang yang ada di ruangan itu ikut tertawa melihat kekonyolan Abu Nawas dan Raja Harun Al-Rasyid.

Karena berhasil membuat Raja tertawa, Abu Nawas akhirnya diangkat menjadi permaisuri sehari. Namun, ia menolak dengan sopan dan mengatakan bahwa ia hanya ingin menunjukkan kecerdasan dan kreativitasnya dalam menghibur Raja. Raja Harun Al-Rasyid pun menghargai kejujuran dan kecerdasan Abu Nawas, serta memberinya hadiah berupa harta dan tanah untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Abu Nawas kemudian kembali ke kehidupan normalnya sebagai seorang sastrawan dan penasihat Raja. Meskipun ia sempat menjadi permaisuri sehari, Abu Nawas tidak pernah melupakan jati dirinya sebagai pribadi yang kreatif, pintar, dan selalu ingin membuat orang lain tertawa.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *